Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Arak-arakan Dewa Dewi, Kemeriahan Tahun Baru Imlek di Makassar

Kemeriahan Arak-arakan Dewa Dewi sebagai rangkaian Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili di Jalan Sangir, Kota Makassar, Minggu (2/2/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)
Intinya sih...
  • Festival Arak-Arakan Dewa Dewi dan Budaya di Kota Makassar merayakan Tahun Baru Imlek 2576 dengan prosesi arak-arakan dewa dan Bhineka Tunggal Ika
  • Acara ini menjadi ajang untuk menunjukkan keberagaman Indonesia, menggambarkan kebersamaan lintas agama, etnis, dan budaya
  • Setelah vakum selama 11 tahun, festival ini kembali hadir dengan semangat yang lebih besar dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat

Makassar, IDN Times - Pada Minggu (/2/2025) siang, sebuah perayaan tampak di salah satu sudut Kota Makassar. Itu adalah Festival Arak-Arakan Dewa Dewi dan Budaya yang merupakan rangkaian dari Tahun Baru Imlek 2576.

Di bawah terik matahari yang menyinari Kota Makassar, festival ini menarik ribuan penonton untuk menyaksikannya. Acara ini tidak hanya menjadi momentum bagi masyarakat etnis Tionghoa, namun juga menjadi ajang untuk menunjukkan keberagaman dan kebersamaan Indonesia.

Ketika pukul satu siang, prosesi mulai bergerak. Prosesi arak-arakan dewa, dimulai dari Jalan Sulawesi, melintasi Jalan Sangir, Wahidin Sudirohusodo, dan Ahmad Yani, berakhir di Jalan Riburane dan kembali lagi ke Jalan Sulawesi di depan Klenteng Xian Ma. 

Di depan, ada barisan yang membawa lambang burung Garuda dan bendera Merah Putih. Di belakangnya, ada barisan Bhineka Tunggal Ika yang terdiri dari berbagai komunitas lintas agama, etnis, dan budaya.

Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama tiga organisasi yakni Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Sulawesi Selatan, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Himti) Sulawesi Selatan, dan Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI) Sulawesi Selatan. 

1. Lebih dari ritual keagamaan

Kemeriahan Arak-arakan Dewa Dewi sebagai rangkaian Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili di Jalan Sangir, Kota Makassar, Minggu (2/2/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Mikel Darmaji, Wakil Ketua III Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Sulawesi Selatan, yang juga menjadi salah satu panitia Cap Go Meh, memandang acara ini sebagai prosesi yang lebih dari sekadar ritual keagamaan. Dia menyebut arak-arakan dewa ini bukan hanya untuk etnis Tionghoa tetapi untuk semua warga Makassar. 

"Kegiatan arak-arakan dewa ini adalah suatu kegiatan yang sebenarnya bertujuan untuk memberkahi Kota Makassar," kata Migel. 

Dengan suara yang penuh keyakinan, Mikel menjelaskan bahwa tujuan utama dari prosesi ini adalah untuk memohon berkah agar kota dan negara terhindar dari bencana, baik alam maupun akibat kelalaian manusia.

"Kemudian juga kita bagaimana agar bisa menjauhkan energi-energi negatif yang ada dan juga hal-hal yang buruk yang mungkin saja bisa terjadi di kota kita tercinta ini dan negara kita Indonesia," lanjutnya. 

2. Melibatkan 12 klenteng

Kemeriahan Arak-arakan Dewa Dewi sebagai rangkaian Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili di Jalan Sangir, Kota Makassar, Minggu (2/2/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Pihak yang terlibat arak-arakan ini yakni 12 klenteng, vihara, dan cetiya. Sebanyak 10 dari Makassar, serta masing-masing 1 dari Takalar dan Parepare. Di antaranya ada dari Klenteng Xian Ma yang merupakan klenteng terbesar di Makassar dan Klenteng Kwan Kong. 

"Kebetulan tahun ini adalah kegiatan yang sepanjang sejarah pelaksanaan pada prosesi arak-arakan dewa ini adalah yang terbesar dari jumlah klenteng, vihara dan cetiya yang mengikutinya," kata Migel. 

Mereka membawa atribut keagamaan mereka dengan anggun, mengenakan kostum khas, serta menyiapkan secara matang setelah mendapatkan izin dari dewa-dewi yang mereka percayai. 

Proses ini bukan perkara mudah, mengingat setiap klenteng atau vihara harus meminta persetujuan secara sakral. Hanya ketika izin diberikan, prosesi ini bisa berjalan. Hal ini pula yang membuat prosesi ini sempat vakum selama 11 tahun karena terakhir digelar pada 2014 silam. 

"Mereka terlebih dahulu harus meminta izin kepada dewa dewinya. Kalau dewa dewinya setuju, baru bisa keluar. Syukur karena sebagian besar yang ikut meminta persetujuan dewa itu semua bersedia keluar," kata Migel. 

3. Menggambarkan keberagaman Indonesia

Atraksi Paraga saat Arak-arakan Dewa Dewi sebagai rangkaian Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili di Jalan Sangir, Kota Makassar, Minggu (2/2/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Selain prosesi sakral, acara ini juga dimeriahkan dengan barisan Bhineka Tunggal Ika yang menggambarkan keberagaman Indonesia. Ada barisan lintas agama, lintas etnis, serta kebudayaan lokal Sulawesi Selatan seperti Paraga. 

Semua ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa meskipun Indonesia kaya akan perbedaan, kebersamaan tetap menjadi kekuatan utama.

Tidak hanya itu, atraksi barongsai yang menjadi ciri khas budaya Tionghoa turut memukau para penonton. Semua mata tertuju pada para pemain yang gesit dan penuh semangat menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama gong yang keras. 

Di antara sorakan penonton, ada juga deretan dewa-dewi yang diarak, termasuk Dewa Erlang dan Dewi Kwan Im, yang menjadi lambang keberkahan dan perlindungan.  Total ada 18 dewa dewi yang diarak. 

Festival ini bukan hanya tentang perayaan agama atau etnis tertentu, namun juga tentang memperlihatkan bahwa kebudayaan Tionghoa, seperti barongsai, tarian, dan ritual lainnya. Ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia. 

"Di tengah perbedaan itu sebenarnya menjadi sumber kekuatan bagi kita bahwa kebersamaan ini menjadi hal yang sangat penting menuju kesuksesan bersama. Tema yang kita angkat yaitu 'Kebersamaan dalam Keberagaman Menuju Indonesia Emas 2045," kata Migel. 

4. Masyarakat sambut positif

Kemeriahan Arak-arakan Dewa Dewi sebagai rangkaian Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili di Jalan Sangir, Kota Makassar, Minggu (2/2/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Setelah vakum selama 11 tahun, Arak-Arakan Dewa Dewi kembali hadir dengan semangat yang lebih besar. Tanggapan masyarakat pun sangat positif. 

Rahma, seorang ibu dari Pannampu yang datang bersama lima anaknya. Seorang anaknya juga turut serta menjadi peserta drumband di antara ribuan peserta yang ikut. Dia pun mengungkapkan kebahagiaannya. 

"Anak saya yang satu tampil dalam drumband. Semua sangat semangat. Semoga acara seperti ini bisa dilakukan setiap tahun,”ujarnya sambil tersenyum lebar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
Ashrawi Muin
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us