Almalik Pababari, Salah Satu Anggota DPD RI Tertua asal Sulawesi Barat

Makassar, IDN Times - Para anggota parlemen RI periode masa bakti 2024-2029 sudah resmi dilantik di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa lalu (1/10/2024). Sebanyak 580 anggota DPR RI dan 152 anggota DPD dilantik secara serentak, dan akan bekerja menyampaikan aspirasi rakyat selama lima tahun ke depan.
Meski para anggota dewan termuda menjadi sorotan karena usianya, terdapat sejumlah sosok yang masuk dalam kategori tertua. Salah satunya adalah politisi asal Sulawesi Barat yakni Almalik Pababari. Umurnya saat dilantik sebagai anggota DPD kemarin mencapai 75 tahun 9 bulan.
Kendati baru berkarier di Senayan, Almalik sejatinya bukan wajah baru di percaturan politik nasional. Ia sudah malang melintang di daerahnya, dan memiliki bekal yang memadai sebagai senator Sulbar. Berikut IDN Times menyajikan profil lengkapnya untuk pembaca.
1. Menghabiskan masa mengenyam pendidikan formal di Mamuju dan Makassar

Almalik lahir di Desa Lumu (kini wilayah Kabupaten Mamuju Tengah) pada 14 Desember 1948. Ia lahir dari pasangan Muhammadong Pababari dan Andi Husna Maccirinnai. Saat mulai masuk jenjang Sekolah Rakyat pada pertengahan 1950-an, situasi keamanan menjadi kacau karena ulah kelompok Kahar Muzakkar memaksanya pindah ke Mamuju lalu bersekolah di pengungsian.
Setelah menyelesaikan SR pada tahun 1962, ia melanjutkan pendidikan ke SMP 1 Balang Boddong, Makassar. Setelah itu, Almalik remaja akhirnya kembali ke Mamuju dan menamatkan SMP pada 1965.
Almalik memutuskan kembali ke Makassar untuk masuk SMA 3 Makassar, di mana ia mulai aktif berorganisasi sebagai Ketua Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada tahun 1968, ia melanjutkan studi ke Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Di Kampus Merah, dirinya bergabung dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hingga menjadi Ketua Komisariat PMII FH Unhas.
Ayahnya merasa resah dengan aktivitas organisasi Almalik yang dinilai mengganggu kuliah, sehingga memutuskan untuk mencarikannya jalur lain. Tahun 1971, Al Malik didaftarkan menjadi mahasiswa Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Makassar dan resmi meninggalkan studinya di Fakultas Hukum Unhas.
2. Sempat berkarier di dunia birokrat, sebelum akhirnya banting setir menjadi politisi

Setelah lulus dari APDN, ia mulai berkarier sebagai pamong praja pemerintah pada akhir dekade 1970-an. Masuk tahun 1980, Almalik diangkat sebagai Wakil Camat Budong-Budong, Mamuju. Tugas tersebut diembannya hingga 1982, sebelum akhirnya ia naik jabatan menjadi Camat Budong-Budong sampai tahun 1984.
Almalik kemudian dipercaya memimpin Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju (1984-1987). Kiprahnya sebagai petugas birokrasi terpaksa terhenti saat ia banting setir menjadi politisi. Momennya terjadi saat Almalik menjadi anggota DPRD Mamuju pada tahun 1987. Ia menjadi anggota parlemen Kabupaten Mamuju selama tiga periode beruntun, atau hingga 1999.
Pada Pemilu 1999, ia kembali terpiliih sebagai anggota DPRD Mamuju untuk periode 1999-2004. Tapi, Almalik tidak menyelesaikan masa bakti lima tahun tersebut. Golkar mengusungnya bersama Hasan Sulur sebagai wakil dalam Pemilihan Bupati Mamuju periode 1999-2004.
Ternyata, pemilihan bupati yang saat itu masih berlangsung tertutup di DPRD Mamuju menempatkan pasangan Almalik-Hasan sebagai pemenang. Kenyang pengalaman sebagai anggota DPRD Mamuju selama 12 tahun, membuat sosok yang biasa disapa Uwe tersebut tak sulit beradaptasi dengan kehidupan sebagai orang nomor satu Mamuju.
3. Menjadi anggota DPRD Sulbar tiga periode dan berkarier di DPD sejak masa bakti 2019-2024

Setelah tak lagi menjabat Bupati Mamuju, Almalik tetap berpolitik. Meski kalah dalma pencalonan di Pilgub Sulbar 2005, ia ternyata kembali berkarier di parlemen. Kursi anggota DPRD Sulawesi Barat didudukinya selama tiga periode yakni 2004-2009 (masuk sebagai pengganti antar waktu), 2009-2014 dan kemudian 2014-2019.
Setelah 31 tahun berkarier di kancah politik lokal, Almalik memutuskan membawa langsung aspirasi masyarakat Sulbar ke Senayan. Ia maju ke Pemiliu 2019 sebagai anggota DPD RI masa bakti 2019-2024 dan lolos dengan perolehan suara mencapai 50.437. Uwe kembali terpilih sebagai senator Sulbar untuk masa bakti 2024-2029, setelah mengumpulkan 56.142 suara.
Tak cuma berpolitik, Almalik juga aktif di dunia organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua I DPD Golkar Kabupaten Mamuju (1983-1992) dan kemudian menjadi Ketua DPD Golkar Mamuju (1998-2004). Setelah itu, ia berkiprah sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Hanura Sulbar (2011-2018) dan Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Sulbar pada 2017-2018. Saat ini, ia masih tercatat sebagai kader Hanura.
Kepiawaian suami dari Hj. Masniaty tersebut dalam berpolitik ternyata menurun ke putra sulungnya, Irwan Satya Putra Pababari. Lulusan Fakultas Hukum Unhas tersebut menjabat sebagai Wakil Bupati Mamuju periode 2016-2021, sebagai pendamping Bupati Habsi Wahid. Politisi Golkar itu kemudian terpilih sebagai anggota DPRD Sulbar periode 2024-2029, setelah mengantongi 8.968 suara pada Pemilu yang berlangsung Februari lalu.