Sebagian Pengungsi Banjir di Sigi Sulteng Masih Enggan Pulang ke Rumah

Sebagian warga tetap di huntara, waspada banjir susulan

Sigi, IDN Times - Sebanyak 68 kepala keluarga pengungsi banjir bandang di Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, sudah kembali ke rumah. Sebelumnya, mereka mengungsi di Hunian Sementara (Huntara) di Dusun III, Desa Beka pascabanjir Jumat (26/3/2021) malam.

Kepala Bidang Darurat dan Logistik BPBD Kabupaten Sigi, Ahmad Yani mengatakan, saat ini Balai Wilayah Sungai bersama Dinas Pekerjaan Umum telah melakukan normalisasi sungai menggunakan alat berat.

"Yang lainnya masih di huntara, mereka belum kembali karena rumahnya mengalami rusak sedang dan ada juga yang berat. Pengungsi ini terbagi dua, sebagian juga ada yang memilih tinggal di rumah keluarganya," jelas Ahmad Yani, Sabtu (3/4/2021).

BPBD mencatat, ada 320 KK atau 968 jiwa di Desa Beka terdampak banjir. Sebagian besar rumah warga yang mengalami rusak ringan sudah melakukan pembersihan.

1. Persediaan bantuan dan dapur umum

Sebagian Pengungsi Banjir di Sigi Sulteng Masih Enggan Pulang ke RumahIDN Times/Kristina Natalia

Saat ini ada tiga dapur umum yang ditempatkan di Desa Beka, semua pasokan bahan makanan diambil dari posko induk yang ditempatkan di Dusun II.

Ahmad Yani mengatakan, setiap hari ada rausan nasi bungkus disalurkan kepada warga maupun relawan yang bekerja membantu pembersihan rumah.

"Sesuai aturan, posko ini akan berakhir setelah dua minggu, mungkin saja diperpanjang tapi melihat kondisi di Desa Beka," kata Ahmad.

Sementara itu, Damtim Dapur Lapangan Brimob Polda Sulteng, Kharolin menambahkan dapur umum khusus dari Polda Sulteng akan menyalurkan sekitar 600 bungkus dalam satu hari, namun tidak menyediakan makanan khusus bayi maupun lansia.

"Makan pagi, siang dan malam. Kendala kami ini air bersih, jadi sarapan pagi biasa lambat karena air bersih juga lambat," sebutnya, Sabtu (3/4/2021).

2. Kondisi tempat pengungsian di huntara

Sebagian Pengungsi Banjir di Sigi Sulteng Masih Enggan Pulang ke RumahIDN Times/Kristina Natalia

Ada 48 bilik huntara di Dusun III, Desa Beka yang dihuni puluhan kepala keluarga korban banjir Beka. Satu bilik huntara dihuni 1-2 kepala keluarga.

Salah seorang warga Dusun III RT 15, Nowira (55) mengatakan saat ini sebagain besar pengungsi di huntara belum berani pulang ke rumah. Alasannya, tak hanya kekhawatiran adanya banjir susulan namun juga ketersediaan kebutuhan bahan pokok.

"Sekarang kita hanya berharap bantuan, barang-barang kita banyak yang rusak dan tidak bisa lagi terpakai. Apalagi cuaca sekarang juga masih sering hujan, kami khawatir ada banjir lagi," terangnya, Sabtu (3/4/2021).

Tak hanya Nowira, warga lainnya yang memilih bertahan di huntara adalah Habsa (57). Menurutnya, saat ini tempat yang aman adalah huntara.

Sayangnya tidak semua kebutuhan pengungsi bisa terpenuhi di huntara. Selain bantuan logistik yang masih terbatas, pasokan air bersih juga tidak lancar.

"Tidak ada bantuan sembako, beras kami baru terima kemarin dengan supermi. Ini juga air bersih kurang, kami kesulitan kalau begini," tutur Habsa.

Baca Juga: Alat Pendeteksi Likuefaksi akan Dipasang di Palu dan Sigi Sulteng 

3. Posko kesehatan untuk Desa Beka

Sebagian Pengungsi Banjir di Sigi Sulteng Masih Enggan Pulang ke RumahIDN Times/Kristina Natalia

Sebagian besar korban banjir bandang di Desa Beka menderita infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA. Terdata sejak Jumat (26/3/2021) hingga Jumat (1/4/2021), warga yang berobat dengan keluhan ISPA sebanyak 120 orang.

Kepala Puskemas Marawola, Ida Laila mengatakan dari pemeriksaan di posko kesehatan tidak ada pasien yang mengarah pada gejala COVID-19. Sebagian besar ISPA yang diderita warga merupakan penyakit bawaan.

"Sebelum bencana sudah ada yang memang sesak napas. Nah di posko ini tidak hanya terima warga, tapi juga relawan makanya ini data keseluruhan dan kasusnya berbeda-beda setiap hari," jelasnya, Sabtu (3/4/2021).

Khusus untuk bayi dan balita, Puskesmas Marawola bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi melakukan pemeriksaan langsung di rumah maupun di lokasi pengungsian.

Dari 47 bayi dan 85 balita, hanya satu yang mengalami gizi buruk namun sudah ditangani untuk diberikan pertolongan pemulihan gizi dan berat badan.

"Gizi buruk sebelum kejadian banjir ini, sudah ditangani puskesmas dan terus dikontrol perkembangan kesehatannya. Kalau bayi dan balita lain sehat," terangnya.

Ida menambahkan, selain memeriksa kesehatan warga, posko kesehatan juga akan membantu warga dengan keluhan penyakit dengan gejala berat. Pasien akan dirujuk ke puskesmas kemudian selanjutnya ke rumah sakit.

"Alhamdulillah hingga saat ini belum ada keluhan dengan gejala berat," ucap Ida. 

Baca Juga: 292 Keluarga Terdampak Banjir Bandang di Sigi Sulteng

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya