Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bukan Karena Uang! Ini 10 Alasan Kenapa Orang Pilih Resign 

Ilustrasi resign (freepik.com)

Banyak yang beranggapan bahwa gaji adalah faktor utama seseorang memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian. Seiring perubahan pola pikir dan gaya hidup, semakin banyak karyawan yang menempatkan fleksibilitas dan otonomi sebagai prioritas utama. Mereka ingin memiliki kendali atas waktu, tempat, dan cara mereka bekerja. 

Data dan pengalaman menunjukkan bahwa kepuasan kerja tidak lagi sekadar soal nominal gaji, melainkan tentang bagaimana pekerjaan bisa selaras dengan kehidupan pribadi dan kesehatan mental. Dilansir YourTango, berikut 10 alasan mengapa banyak orang memilih resign bukan karena uang:

1. Hanya 12% karyawan resign karena alasan finansial

Ilustrasi resign (freepik.com)

Menurut buku Captivate karya Vanessa Van Edwards, mayoritas karyawan (88%) keluar dari pekerjaannya karena tidak puas, bukan karena gaji. Vanessa menulis:

“Saat kamu bertanya kepada para manajer mengapa sebagian besar karyawan meninggalkan pekerjaannya, 88 persen dari mereka percaya bahwa uang adalah penyebab utama pergantian pekerjaan. Padahal, hanya 12 persen karyawan yang keluar karena alasan finansial. Sisanya, 88 persen, berkaitan dengan kepuasan kerja.”

Ketidakpuasan ini seringkali berasal dari kurangnya pengakuan, hubungan yang buruk dengan rekan kerja atau atasan, serta lingkungan kerja yang tidak mendukung pertumbuhan pribadi.

2. Fleksibilitas lebih diutamakan daripada gaji tinggi

Ilustrasi bekerja dengan fleksibilitas (freepik.com)

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa 59% pekerja lebih memilih fleksibilitas daripada gaji tinggi. Sekitar 77% akan memilih kebijakan bekerja dari mana saja dibandingkan kantor pusat yang mewah.

Akibatnya, ketika diwajibkan bekerja dengan cara tertentu atau di tempat tertentu, karyawan langsung merasa enggan terhadap pekerjaannya.

3. Kebijakan Work-from-Anywhere lebih menarik

Ilustrasi work from anywhere (freepik.com)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sekitar 77% pekerja akan memilih kebijakan bekerja dari mana saja dibandingkan harus datang ke kantor pusat yang mewah. Karena bagi mereka kebebasan menentukan lokasi kerja jauh lebih bernilai daripada fasilitas fisik yang mengesankan—terutama dalam menunjang keseimbangan hidup, efisiensi waktu, dan kenyamanan pribadi.

Pilihan ini mencerminkan pergeseran nilai di kalangan pekerja modern, di mana fleksibilitas dan otonomi dianggap lebih penting daripada simbol status atau kemewahan tempat kerja.

4. Karyawan ingin menentukan sendiri cara dan waktu kerja

Ilustrasi bekerja dengan fleksibilitas (freepik.com)

Pekerja dewasa lebih nyaman saat bisa menyesuaikan jam kerja dengan ritme biologis dan preferensi pribadi mereka. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka untuk bekerja di saat paling produktif, tanpa harus terjebak dalam pola kerja 9–5 yang kaku.

Hasilnya, kualitas kerja meningkat karena mereka tidak dipaksa untuk bekerja saat sedang tidak fokus atau kelelahan. Selain itu, kebebasan mengatur waktu juga membantu mereka menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang berdampak positif pada kesehatan mental dan loyalitas terhadap perusahaan.

5. Sistem kerja konvensional kurang mendukung kemandirian

Ilustrasi budaya kerja yang kaku dan canggung (freepik.com)

Sejak sekolah dasar, sistem pendidikan melatih kita untuk patuh pada aturan, bukan berpikir mandiri—dan itu terbawa ke dunia kerja. Kita diajarkan untuk duduk diam, mengerjakan soal dengan satu jawaban benar, dan mengikuti instruksi tanpa banyak bertanya.

Akibatnya, banyak karyawan merasa canggung atau ragu ketika diminta untuk berpikir kreatif atau mengambil inisiatif. Budaya kerja pun menjadi kaku dan minim inovasi, karena pekerja terbiasa menunggu arahan daripada mencari solusi sendiri. Untuk membentuk tim yang adaptif dan gesit, perusahaan perlu mendorong keberanian berpikir mandiri sejak awal.

6. Pandemi mengubah paradigma kerja selamanya

Ilustrasi kerja saat pandemi (freepik.com)

Pengalaman kerja dari rumah selama pandemi membuat banyak orang sadar bahwa produktivitas tidak selalu bergantung pada kehadiran fisik di kantor. Justru, banyak yang merasa lebih fokus dan efisien karena bisa bekerja dalam lingkungan yang nyaman dan minim gangguan.

Fleksibilitas ini juga memberi ruang bagi keseimbangan hidup dan kerja yang lebih sehat. Karyawan dapat mengatur ritme kerja sesuai kebutuhan pribadi tanpa mengorbankan hasil. Hal ini membuka mata perusahaan bahwa hasil kerja tidak ditentukan oleh jam duduk, melainkan oleh output nyata yang dihasilkan.

7. Rapat berlebihan menghambat kinerja

Ilustrasi rapat (freepik.com)

Riset menyebutkan tiga dari empat rapat bersifat mubazir. Meski begitu, banyak perusahaan tetap memaksakan rapat. Padahal, rapat yang tidak terstruktur hanya membuang waktu, menghambat alur kerja, dan menurunkan semangat tim. 

Karyawan sering kali keluar dari ruang rapat tanpa kejelasan arah atau keputusan yang konkret. Ini menciptakan rasa frustrasi dan menambah beban kerja yang seharusnya bisa diselesaikan lebih efisien lewat komunikasi singkat atau alat kolaborasi digital.

8. Perusahaan gagal mempertahankan talenta

Ilustrasi resign (freepik.com)

Lonjakan angka resign dalam beberapa tahun terakhir menandakan bahwa banyak perusahaan tidak bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan pekerja modern. Pekerja kini lebih menuntut fleksibilitas, keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, serta kesempatan untuk berkembang dalam lingkungan yang mendukung.

Ketidakmampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan ini membuat mereka kehilangan talenta-talenta terbaik yang memilih tempat kerja yang lebih sesuai dengan harapan mereka. Selain itu, para pekerja juga semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental dan fisik, yang membuat mereka lebih selektif dalam memilih perusahaan yang memperhatikan aspek tersebut.

9. Work-life-balance jadi prioritas

Ilustrasi work life balance (freepik.com)

Karyawan kini lebih memilih waktu untuk keluarga, tidur yang cukup, makanan sehat, dan menghindari stres perjalanan ke kantor. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi berdampak langsung pada produktivitas dan kepuasan kerja.

Dengan memiliki waktu yang lebih fleksibel, karyawan dapat menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka dengan lebih baik, yang pada akhirnya meningkatkan loyalitas dan kinerja di tempat kerja. Kondisi ini mendorong banyak perusahaan untuk menawarkan opsi kerja jarak jauh atau kebijakan fleksibilitas untuk memenuhi harapan karyawan modern yang lebih mengutamakan kualitas hidup.

10. Pekerja ingin dihargai sebagai individu dewasa

Ilustrasi stres bekerja (freepik.com)

Banyak orang rela menerima gaji lebih rendah asalkan diberi kepercayaan, bukan dikontrol seperti anak-anak. Diperlakukan sebagai profesional yang bertanggung jawab adalah bentuk penghargaan yang tak ternilai.

Di era pascapandemi, otonomi menjadi nilai yang paling dicari dalam dunia kerja. Bagi banyak orang, gaji tinggi tidak lagi relevan jika tidak dibarengi dengan rasa dihargai, dipercaya, dan diberi ruang untuk tumbuh sesuai gaya kerja mereka sendiri.

Meskipun gaji tetap menjadi faktor penting, kenyataannya alasan utama seseorang memutuskan untuk resign sering kali berkaitan dengan ketidakpuasan terhadap aspek-aspek lain dalam pekerjaan, seperti keseimbangan hidup, budaya perusahaan, dan kesempatan untuk berkembang. Perusahaan yang mampu memahami dan memenuhi kebutuhan karyawan secara holistik, bukan hanya dari segi finansial, memiliki peluang lebih besar untuk mempertahankan talenta terbaik dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan menyenangkan.

Sumber: 

  • https://www.yourtango.com/career/number-one-reason-people-leave-job-isnt-money
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
Aan Pranata
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us