7 Cara Hadapi Tekanan Sosial di Usia Dewasa dengan Santai

- Kenali prioritas hidupmu, jangan terlalu memenuhi standar sosial
- Prioritaskan lingkungan yang mendukung dan batasi interaksi dengan orang negatif
- Fokus pada perkembangan diri, nikmati hidup, dan belajar berkata 'tidak' sesuai ekspektasi orang lain
Usia dewasa adalah babak baru dalam hidup yang diikuti dengan berbagai macam tantangan. Ekspektasi dari orang sekitar, perbandingan dengan teman sebaya, tekanan akan standar sosial dan masih banyak lagi tuntutan yang cukup melelahkan. Kamu harus bisa segera mengatasi stres yang muncul sebelum hal itu membuatmu kehilangan semangat.
Setiap orang punya ritme hidupnya masing-masing dan tidak seharusnya kamu memaksakan diri melakukan hal yang belum jadi prioritasmu. Daripada terus-menerus merasa terbebani, lebih baik fokus pada cara-cara yang bisa bikin kamu lebih tenang dan menikmati perjalanan hidup. Coba ikuti ketujuh cara berikut agar bijak dalam menghadapi tekanan sosial tanpa kehilangan diri sendiri.
1. Kenali standar hidupmu sendiri

Jangan sampai kamu menjalani hidup berdasarkan ekspektasi orang lain tanpa benar-benar tahu apa yang kamu inginkan. Luangkan waktu khusus untuk bertanya pada diri sendiri tentang apa yang benar-benar penting untukmu. Hidup akan terasa lebih ringan kalau kamu menjalaninya sesuai dengan apa yang kamu butuhkan, bukan sekadar memenuhi standar sosial.
Setiap orang punya jalannya sendiri dan tidak ada aturan baku soal kewajiban untuk mencapai pencapaian tertentu. Kamu bebas menentukan prioritas, entah itu perkawinan, karier, dan sebagainya. Tidak ada yang salah dari hal tersebut. Ketika kamu sadar bahwa hidup bukan perlombaan, tekanan sosial pun akan terasa lebih mudah dihadapi.
2. Pilih lingkungan yang suportif

Lingkungan yang saling mendukung bisa memberikan dukungan terbaik dalam menghadapi tekanan sosial. Evaluasi kembali siapa saja yang ada di sekitarmu dan bagaimana caranya memperlakukanmu. Cobalah cari orang-orang yang bisa membuatmu merasa lebih baik tentang dirimu sendiri tanpa menghakimi.
Bukan berarti kamu harus memutus hubungan dengan semua orang yang negatif, tapi batasi interaksi dengan mereka. Pilih teman yang bisa diajak tumbuh bersama, bukan yang hanya membuatmu merasa tertinggal. Teman tidak lagi soal seberapa banyak jumlahnya, tapi seberapa berkualitas hubungannya.
3. Kurangi konsumsi media sosial

Media sosial memang menampilkan berbagai macam hal menyenangkan dari kehidupan orang lain. Meski demikian, kita jadi lebih sering membandingkan-bandingkan. Padahal, apa yang dilihat hanyalah sebagian kecil dari hidup seseorang. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi pada kehidupan orang tersebut.
Jangan ragu untuk membatasi waktu bermain media sosial. Fokuslah pada kehidupan nyata dan hal-hal yang bisa membuatmu merasa lebih baik. Dengan demikian, hidupmu juga jadi lebih berkembang setiap harinya tanpa perbandingan semu dengan keadaan orang lain. Apa yang terlihat sempurna di media sosial belum tentu sesuai dengan kenyataannya.
4. Terimalah bahwa hidup tidak selalu sesuai rencana

Kita bisa merencanakan banyak hal, tapi pada akhirnya hidup terkadang berjalan di luar ekspektasi. Ada kalanya di mana kamu sudah berusaha sebaik mungkin, namun hasilnya tidak sesuai harapan. Hal tersebut tidak lantas berarti bahwa kamu gagal seperti kata orang-orang. Ini adalah hal yang wajar dari sebuah perjalanan hidup.
Misalnya, kamu sudah merencanakan untuk menikah di usia tertentu, tetapi realita berkata lain. Itu tidak masalah. Alih-alih terus menyalahkan diri sendiri, cobalah untuk lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan dan hal tak terduga. Kamu bisa memilih untuk belajar dari kesalahan, bangkit, dan kembali melangkah dengan versi lebih baik dari dirimu.
5. Jangan ragu untuk berkata 'tidak'

Tekanan sosial sering kali datang dari ketakutan untuk mengecewakan orang lain. Kamu merasa harus selalu memenuhi ekspektasi mereka agar diterima atau dianggap sukses. Padahal, menyenangkan semua orang itu mustahil dan justru bisa membuatmu kehilangan jati diri.
Mulailah belajar untuk berkata ‘tidak’ pada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan nilai-nilai yang kamu pegang. Tidak perlu merasa bersalah jika pilihanmu berbeda dengan ekspektasi orang lain. Kamulah yang menjalani hidupmu bukan mereka.
6. Fokus pada perkembangan diri sendiri

Daripada terus-menerus membandingkan hidupmu dengan orang lain, lebih baik fokus pada perkembangan diri sendiri. Setiap orang punya lini waktu yang berbeda. Tidak ada yang terlambat dalam mencapai sesuatu. Selama kamu terus bertumbuh, itu sudah menjadi sebuah keberhasilan.
Cobalah untuk secara berkala mengevaluasi diri dan cari tahu hal apa lagi yang bisa membuatmu lebih berkembang. Entah itu belajar kemampuan baru, mengejar minat, atau sekadar melakukan sesuatu yang membuatmu bahagia. Hidup bukan hanya soal pencapaian besar, tapi juga tentang menikmati prosesnya.
7. Jangan lupa bersenang-senang

Di tengah segala tekanan dan ekspektasi, jangan lupa untuk tetap menikmati hidup. Kadang kita terlalu sibuk memenuhi tuntutan sosial sampai lupa bahwa hidup juga perlu dinikmati. Luangkan waktu untuk hal-hal yang kamu sukai tanpa harus merasa bersalah.
Bersenang-senang bukan berarti tidak bertanggung jawab. Ini adalah sebuah cara untuk menjaga keseimbangan hidup. Entah itu sekadar jalan-jalan atau mencoba hobi baru, lakukan apa pun yang bisa membuatmu lebih bahagia.
Memasuki usia dewasa memang penuh dengan tantangan terutama dari lingkungan sosial. Meski demikian, kamulah yang punya kendali penuh atas hidupmu sendiri. Jalani dengan cara yang paling nyaman buatmu. Kalau mulai merasa kewalahan, tarik napas, istirahat sejenak, lalu lanjutkan lagi dengan penuh keyakinan.