Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Kamu Sudah Masuk ke Zona Toxic Positivity, Hentikan Sekarang

Ilustrasi zona toxic positivity(Pexel.com/John Diez)

Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang terlalu memaksakan diri untuk berpikir positif hingga mengabaikan perasaan negatif yang sebenarnya wajar dirasakan. Meskipun berpikir positif penting untuk kesehatan mental, berlebihan dalam hal ini justru dapat merugikan.

Berikut adalah lima tanda kamu mungkin telah masuk ke zona toxic positivity, yang sebaiknya segera kamu hentikan sekarang juga.

1. Selalu menolak emosi negatif

Ilustrasi zona toxic positivity(pexel.com/cottonbro studio)

Kamu merasa harus selalu bahagia, bahkan ketika sedang menghadapi masalah berat. Akibatnya, kamu sering mengabaikan emosi seperti sedih, marah, atau kecewa dengan berpikir, "aku harus tetap kuat."

Padahal, emosi negatif adalah bagian alami dari hidup yang membantu kita memahami diri sendiri dan situasi yang dihadapi. Menolak emosi ini hanya akan membuatmu kehilangan kesempatan untuk belajar dan berkembang dari pengalaman tersebut.

2. Memberi saran "semangat!" tanpa memahami situasi

Ilustrasi zona toxic positivity(Pexel.com/George Milton)

Saat teman curhat, kamu mungkin sering berkata, "Semua akan baik-baik saja," tanpa benar-benar mendengarkan perasaan mereka. Kamu fokus memberi solusi tanpa mencoba memahami apa yang mereka rasakan.

Meskipun maksudmu baik, respons semacam ini dapat membuat orang lain merasa emosinya tidak valid atau diabaikan. Sebaiknya, cobalah lebih hadir dan mendengarkan dengan empati.

3. Memaksa diri untuk selalu produktif

Ilustrasi zona toxic positivity(pexel.com/Andrea Piacquadio)

Kamu merasa bersalah jika beristirahat atau tidak menyelesaikan semua tugas di daftar pekerjaanmu. Pemikiran seperti "Jika aku berhenti, aku lemah," adalah bentuk toxic positivity terhadap diri sendiri.

Memaksa diri untuk terus produktif tanpa henti dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Ingatlah bahwa istirahat juga bagian dari produktivitas, karena memberi ruang bagi tubuh dan pikiran untuk pulih.

4. Menghindari konflik demi "kedamaian"

Ilustrasi zona toxic positivity(Pexel.com/Sahil Captures)

Kamu cenderung menghindari konflik atau diskusi penting karena takut memunculkan suasana negatif. Kamu berpikir bahwa menjaga hubungan tetap damai lebih penting daripada mengutarakan pendapatmu.

Namun, menghindari konflik justru dapat memperburuk hubungan karena masalah yang tidak terselesaikan akan terus menumpuk. Berani mengungkapkan pendapat dengan cara yang baik dan konstruktif adalah langkah yang lebih sehat.

5. Merasa bersalah saat merasa sedih atau lelah

Ilustrasi zona toxic positivity(Pexel.com/Timur Weber)

Kamu sering menyalahkan diri sendiri jika tidak merasa bahagia atau bersemangat sepanjang waktu. Kamu mungkin berpikir, "Seharusnya aku tidak boleh merasa seperti ini."

Perasaan sedih atau lelah adalah sinyal dari tubuh dan pikiran yang menunjukkan bahwa kamu butuh jeda. Alih-alih merasa bersalah, terimalah perasaan ini dan berikan waktu untuk merawat diri.

Hidup tidak selalu tentang bahagia dan produktif setiap saat. Penting untuk mengenali dan menerima semua emosi yang kamu rasakan, baik positif maupun negatif. Dengan menerima emosi tersebut, kamu dapat memahami kebutuhanmu dan mengambil langkah yang lebih bijak untuk menjaga keseimbangan hidup. Daripada terus mendorong diri hingga kelelahan, mari belajar untuk lebih empati pada diri sendiri. Ingatlah, kita tidak perlu menjadi sempurna, cukup menjadi manusia yang mau bertumbuh dan menerima apa adanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Afifah
EditorAfifah
Follow Us