5 Hal yang Sering Jadi Sumber Ekspektasi Berlebihan, Termasuk Sosmed?

- Ekspektasi terhadap diri sendiri bisa menjadi motivasi meraih pencapaian terbaik, namun jika tidak terkontrol, dapat menghancurkan rasa percaya diri.
- Kehidupan di media sosial yang terlihat ideal sering menjadi sumber ekspektasi berlebihan, mempengaruhi sudut pandang terhadap diri sendiri.
- Ekspektasi yang terlalu tinggi bisa jadi didasari oleh kurangnya pemahaman diri dan sumber penyebab lainnya seperti kehadiran teknologi digital dan budaya masyarakat.
Setiap orang pasti memiliki ekspektasi akan suatu hal. Terutama berekspektasi terhadap diri sendiri secara berlebihan. Sebenarnya ini bisa menjadi motivasi meraih pencapaian terbaik. Tapi jika ekspektasi tidak terkontrol, justru dapat menghancurkan rasa percaya diri.
Ekspektasi yang berlebihan tidak terlepas dari sebab-sebab dibaliknya. Entah dipengaruhi oleh media sosial, komunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar, atau mungkin sumber lain yang mendominasi kehidupan secara kuat. Kurang lebih, email ini sering menjadi sumber ekspektasi di luar batas wajar.
1. Kehidupan di media sosial yang terlihat ideal

Kehadiran media sosial memang kerap menghadirkan fenomena menarik. Kita bisa dengan mudah mengamati kehidupan orang lain yang berjalan ideal. Mereka tidak memiliki kendala apapun dalam menjalani kehidupan yang dikehendaki. Ternyata ini juga menjadi permasalahan tersendiri.
Kehidupan di media sosial yang terlihat ideal sering menjadi sumber ekspektasi berlebihan. Melihat kehidupan orang lain yang nyaris lengkap tanpa kurang, tanpa sadar mempengaruhi sudut pandang terhadap diri sendiri. Kita menginginkan standar karier, pencapaian, maupun hubungan selayaknya yang ditampilkan dalam konten media sosial.
2. Pengaruh budaya atau lingkungan sosial

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keberadaan ekspektasi. Wajar kita memiliki harapan tertentu atas suatu pencapaian. Tapi juga perlu dicatat, ekspektasi yang berlebihan justru menumbuhkan sikap pesimis. Bahkan dapat mengganggu keseimbangan mental dan pikiran.
Lantas, bagaimana bisa ekspektasi berlebihan itu muncul? Ini terjadi karena adanya pengaruh budaya atau lingkungan sosial. Seperti standar untuk sukses di usia tertentu, atau standar untuk menikah dan memiliki kehidupan yang dianggap ideal. Pengaruh budaya dan lingkungan sosial turut mempengaruhi harapan mengenai keberhasilan.
3. Sudut pandang yang terlalu perfeksionis

Sikap perfeksionis bisa mendorong seseorang untuk menunjukkan kinerja terbaik. Tapi dengan catatan, sikap perfeksionis tersebut sesuai dengan batas yang tepat. Sudah tentu menjadi persoalan tersendiri ketika sikap perfeksionis justru mendominasi secara berlebihan.
Inilah sebab mengapa seseorang terjebak ekspektasi di luar kontrol. Karena sudut pandang perfeksionis sudah mengendalikan segalanya. Tidak ada toleransi mengenai kekurangan atau kekeliruan. Beberapa bahkan memiliki standar yang tinggi dan susah diturunkan.
4. Pengalaman di masa lalu

Seberapa sering kamu menjumpai hal-hal yang menjadi sumber ekspektasi berlebihan? Mirisnya, kita tidak menyadari jika sedang terjebak dalam situasi tersebut. Padahal ekspektasi yang berlebihan justru merusak sudut pandang dalam menyusun strategi dan perencanaan.
Jika kita mencari sumber ekspektasi berlebihan, pengalaman di masa lalu menjadi salah satunya. Jika seseorang terbiasa dipuji hanya saat berprestasi, ia bisa mengembangkan ekspektasi tinggi agar terus mendapat pengakuan. Trauma atau kegagalan sebelumnya juga bisa menyebabkan ekspektasi berlebihan sebagai bentuk kompensasi.
6. Kurangnya pemahaman diri

Tidak dapat dimungkiri jika beberapa orang masih memiliki ekspektasi berlebihan. Hai itu mengenai pencapaian dalam hal karier, ekspektasi mengenai relasi pribadi, sama dengan ekspektasi terhadap orang-orang di lingkungan sekitar. Namun yang terjadi, seseorang justru terjebak ekspektasi yang terlalu tinggi.
Situasi ini terjadi karena ada sumber penyebab dibaliknya. Ekspektasi yang terlalu tinggi bisa jadi didasari oleh kurangnya pemahaman diri. Seseorang tidak mengenal kekuatan, batas, bahkan tujuan hidup yang ingin dicapai. Ia terjebak di tengah harapan yang sebenarnya tidak realistis.
Ternyata ada banyak hal yang menjadi sumber ekspektasi berlebihan. Baik dipengaruhi oleh kehadiran teknologi digital, budaya yang berlaku di lingkungan masyarakat, sampai dengan sudut pandang dan pemahaman diri. Adakalanya kita harus membatasi diri dari sumber ekspektasi berlebih tersebut untuk mengembalikan ketenangan sekaligus keseimbangan hidup.