Pengaturan Skor di Sepakbola Indonesia, Sejak Era Ramang hingga Kini
Sriwijaya FC jadi salah satu tim yang ditawari atur skor
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sudah dua pekan sepakbola Indonesia ramai diperbincangkan. Namun, bukan karena masalah prestasi, melainkan terbongkarnya kasus pengaturan skor atau match fixing. Hal ini menunjukan bahwa sepakbola negeri ini sedang dalam keadaan darurat.
Masalah pengaturan skor di sepak bola Indonesia sebenarnya bukan masalah baru. Berbagai kasus-kasus ganjil terjadi di kompetisi Indonesia bahkan ada yang menyangkut timnas Merah-Putih. Menilik ke belakang, publik pasti masih kaget dengan kasus yang menimpa pemain legendaris dari Makassar, Ramang. Ia dianggap bersalah dan tak boleh tampil seumur hidup karena dianggap terlibat dalam kasus pengatruan skor di Kejurnas PSSI 1961.
Kala itu, ia dianggap tampil tak normal karena dengan sengaja banyak membuang peluang saat PSM Makassar melawan Persebaya Surabaya. Hal itu berdasarkan hasil investigasi dari internal PSM dan federasi.
Ada juga kasus Persebaya yang sempat terlibat dalam 'sepakbola gajah'. Di pengujung fase penyisihan grup Wilayah Timur, skuat Bajul Ijo melakukan kecurangan demi menyingkirkan PSIS Semarang. Kala itu, mereka sengaja mengalah dengan skor telak 0-12 pada laga terakhir melawan Persipura Jayapura di Stadion Gelora 10 November pada 21 Februari 1988 silam.
Mirisnya, seluruh jajaran tim, baik pengurus dan pemain, tak merasa bersalah atas kasus tersebut. Mereka malah bangga bisa menyingkirkan PSIS yang dianggap musuh utamanya. "Ini strategi untuk memenangkan perang. Jadi, saya kira itu hal yang wajar," kata salah satu pengurus Persebaya, Supangkat (Catatan Ringan, Sumohardi Marsis, hal 12).
Di kompetisi Galatama pun demikian. Tepat saat liga bertama kali digulirkan, kasus suap sudah mencuat. Pemilik klub Warna Agung, Benny Moyono, geram karena kasus tersebut sebab beberapa pemainnya disuap oleh bandar judi.
Walaupun saat itu PSSI mebuat tim anti-suap yang dipimpin Acub Zainal, tak sekali pun kasus tersebut bisa diselsaikan dengan tuntas. Walau kata Acub kasus akan segera di bawa ke ranah hukum, tetap hasilnya masih nihil. Di medio 1990-an pun sebetulnya masih ada beberapa kasus serupa. Lalu, sampai kompetisi dinyatakan harus profesional dan tanpa menggunakan APBD, kasus tersebut tetap saja terjadi.
Baca Juga: Pengaturan Skor, Ini Kesaksian Pelatih PSM Makassar & Bhayangkara FC
1. 'Sepakbola gajah' PSS Sleman vs PSIS Semarang
Publik tentu ingat dengan 'sepakbola gajah' yang kembali terulang beberapa tahun lalu dan itu melibatkan dua klub dengan basis suporter besar, PSIS Semarang dan PSS Sleman. Saat laga tersebut, kedua tim sengaja ingin mengalah sebab enggan bertemu dengan Borneo FC di semifinal karena dicurigai merupakan tim yang kala itu sudah di-setting untuk juara. Saat itu, para pemain kedua tim melakukan gol bunuh diri ke gawangnya masing-masing dengan total 5 gol. Sontak, hal tersebut langsung ramai diperbincangkan, bahkan hingga ke media-media luar negeri.
Baca Juga: Laporan Januar Soal Pengaturan Skor Sempat Tak Digubris Komdis PSSI