Klaster Penularan COVID-19 di Sulsel Semakin Tidak Jelas

Karena kasus transmisi lokal sudah mendominasi

Makassar,IDN Times - Sejak kasus positif COVID-19 pertama kali diumumkan di Sulawesi Selatan pada 19 Maret 2020 lalu, hingga kini tim Gugus Tugas COVID-19 Sulsel belum pernah memunculkan seluruh data klaster penularan COVID-19 di Sulsel. Padahal ini penting agar masyarakat bisa mewaspadai kemungkinan penularan jika sebelumnya pernah berada di waktu dan tempat yang sama dengan pasien positif COVID-19.

Sebelumnya memang disebutkan bahwa ada sejumlah klaster penularan COVID-19 di Sulsel, seperti klaster Raha, Bogor, Jakarta, umrah, dan transmisi lokal yang paling mendominasi. Hanya saja, belum pernah disebutkan soal di mana saja distribusi klaster tersebut dan juga berapa jumlah klaster yang teridentifikasi di Sulsel. Terbaru, ada klaster santri, klaster kapurung, dan klaster Temboro.

Terkait hal ini, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel yang juga selaku juru bicara Gugus Tugas COVID-19, Ichsan Mustari, mengungkapkan bahwa sebenarnya klaster sudah tidak lagi bermakna di situasi yang seperti ini, apalagi pemerintah juga sudah melakukan upaya antisipasi untuk mencegah penyebaran klaster baru.

"Saat ini, klaster sudah tidak begitu bermakna. Kalau pun saya mau ceritakan klaster terakhir yang ada adalah klaster santri tapi klaster santri ini sudah bisa kita isolir karena semua kita tarik ke Makassar," kata Ichsan, Minggu (10/5).

1. Klaster menjadi tidak jelas seiring dengan perkembangan transmisi lokal

Klaster Penularan COVID-19 di Sulsel Semakin Tidak JelasANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Menurut Ichsan, identifikasi klaster memang penting dalam epidemiologi untuk melihat bagaimana suatu penyakit itu bisa menyebar dalam sebuah wilayah. Akan tetapi jika sudah ada langkah isolasi yang dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit itu, maka klaster pun menjadi tidak lagi bermakna.

Kasus pertama di Sulsel termasuk imported case atau kasus dari luar yang teridentifikasi dalam klaster umrah. Namun, kata Ichsan, penyebaran kasus positif COVID-19 di Sulsel sudah didominasi oleh kasus transmisi lokal sehingga klasternya pun menjadi tidak jelas.  Apalagi di Makassar dengan jumlah kasus yang banyak secara otomatis membuat Makassar menjadi klaster itu sendiri atau yang disebut episentrum.

"Episentrum adalah klaster. Klaster itu adalah kelompok yang punya potensi menyebarkan virus ke orang lain. Tapi seperti Makassar ini sudah tidak jelas klasternya," kata Ichsan.

2. Tetap melakukan penelusuran kontak

Klaster Penularan COVID-19 di Sulsel Semakin Tidak JelasSantri positif corona kluster Temboro, jalani isolasi program Wisata COVID-19 di Hotel, Makassar. IDN Times/Pemkot Makassar

Meski klaster di Makassar sudah tidak jelas, menurut Ichsan, namun tetap saja kontak dari pasien-pasien positif harus dilacak atau tracing. Hasil tracing yang dilakukan untuk kasus-kasus positif di Makassar, kata Ichsan, banyak yang merupakan karena kunjungan kerabat bahkan penularan dari orang serumah.

Tetapi hal ini tidak lantas disebut klaster. 

"Klaster itu kelompok besar. Seperti klaster umrah kemarin dia datang ada 10 orang. Terus menyebar ke sekitarnya, itu namanya klaster. Tapi kalau di Makassar ini tidak jelas lagi. Kekerabatan, hubungan atau pasangan, teman. Jadi sampai sekarang kalau dibilang generasi keempat. Jadi orang menyebar ke satu, satu menyebar ke lainnya, sudah sampai ke Makassar," jelasnya.

Baca Juga: Klaster Kapurung Parepare, dari Makan Bareng Berakhir Positif Corona

3. Langkah cepat karantina untuk mencegah perkembangan klaster baru

Klaster Penularan COVID-19 di Sulsel Semakin Tidak JelasSantri Ponpes Temboro jalani isolasi program Wisata COVID-19 di Hotel, Makassar. IDN Times/Pemkot Makassar

Namun meski ada penambahan klaster baru, seperti klaster santri, akan tetapi Ichsan mengaku hal itu juga belum tentu jadi klaster sebab tim Gugus Tugas telah melakukan langkah antisipasi dengan mengisolasi para santri tersebut sebelum menularkan penyakitnya ke orang lain.

Sebagaimana diketahui, pemerintah provinsi menyiapkan program isolasi di hotel bagi warga berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG).

"Di daerah yang terakhir ini kan yang kelihatan klaster santri. Tapi bukan lagi jadi klaster karena dia langsung ditarik jadi tidak bisa jadi klaster, tidak sempat menyebarkan ke tempat lain," katanya.

Baca Juga: Bayi 4 Bulan di Parepare Positif COVID-19, Masuk Klaster Kapurung

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya