TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tekad Niqab Squad Makassar: Hapus Stigma Negatif Perempuan Bercadar

Rangkul perempuan bercadar yang merasa terasing

Niqab Squad Makassar. IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - Penggunaan cadar oleh perempuan menjadi pemandangan biasa di negara-negara Arab, seperti Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Yaman. Namun, pemakaian cadar di Indonesia masih menimbulkan pro dan kontra.

Seiring berjalannya waktu, pengguna cadar juga semakin menunjukkan eksistensi mereka Salah satu komunitas yang aktif ingin menghapus stigma negatif mengenai cadar di Indonesia adalah Niqab Squad.

Komunitas ini lahir di Jakarta pada Februari 2016 yang didirikan oleh seorang perempuan bercadar bernama Indadari. Komunitas ini pun merambah ke daerah lain, salah satunya di Makassar. 

IDN Times pun berkesempatan berbincang-bincang dengan Ketua Niqab Squad Makassar Husniah Basir. Komunitas ini hadir karena kegelisahan sang pendiri lantaran banyaknya perempuan bercadar yang merasa terasingkan. Mereka kerap merasa dikucilkan oleh masyarakat karena pakaian yang mereka kenakan terlihat berbeda.

"Kan dulu cadar belum terlalu seperti sekarang. Kalau sekarang mungkin orang sudah terbiasa. Itu dua tahun lalu lah. Jadi, atas dasar itu Teh Indadari membentuk komunitas ini yang bisa merangkul akhwat-akhwat bercadar," kata Husniah yang ditemui IDN Times di Masjid Babul Afiah Jalan Wijaya Kusuma No 1, Selasa (26/11).

Baca Juga: Cerita Pendiri Niqab Squad Melawan Stigma Radikalisme

1. Anggota Niqab Squad tak hanya dari Makassar

IDN Times/Asrhawi Muin

Niqab Squad Makassar aktif sejak 2017. Husniah menuturkan, sebenarnya komunitas ini sebelumnya sudah terbentuk pada Mei 2017. Namun karena kesibukan tiap anggota, komunitas ini sempat vakum. 

"Setelah itu, kita dipertemukan dengan Teh Inda, dipercayakanlah kita untuk mengurus Niqab Squad Makassar pada Juli 2017 lalu," kata Husniah.

Respons muslimah bercadar pun ternyata cukup positif. Awalnya, komunitas ini hanya beranggotakan perempuan bercadar yang berdomisili di Makassar dan sekitarnya. Tapi lambat laun, anggotanya juga berasal dari daerah lain. 

"Karena daerah-daerah lain di Kawasan Timur Indonesia belum ada, jadi bergabung saja di Makassar karena memang belum dibuka," kata perempuan berusia 34 tahun ini.

Selain itu, Niqab Squad tidak hanya beranggotakan perempuan bercadar. Ada juga anggota yang tidak mengenakan cadar. Husniah mengatakan, cadar bukan menjadi syarat mutlak untuk bergabung.

"Semua bisa masuk selama dia muslimah dan mau belajar. Bukan muslimah pun bisa. Kalau teman-teman dari agama lain yang mau belajar Islam juga bisa, tidak apa-apa. Jadi, tidak khusus untuk wanita bercadar," katanya.

Baca Juga: Merunut Jejak Panjang Terorisme di Sulawesi Selatan

2. Menjaga ukhuwah dengan kegiatan rutin

IDN Times/Asrhawi Muin

Saat ini, Niqab Squad Makassar memiliki anggota aktif sebanyak 200 orang lebih. Namun anggota sangat aktif hanya berjumlah sekitar 50 orang saja. Selebihnya hanya aktif di grup percakapan Whatsapp.

Untuk bergabung menjadi anggota terlebih dahulu harus mengisi formulir pendaftaran. Setelah diterima, maka anggota baru akan dimasukkan ke dalam dua grup percakapan. Satu untuk khusus untuk berbagi materi kajian dan grup lainnya untuk sekedar saling sapa dan berkenalan.

"Jadi member harus masuk ke semua grup. Karena masuk di NSM bukan cuma buat dapat materi saja tapi kita harus mau bergaul menjalin ukhuwah (persaudaraan)," jelas Husniah.

Untuk menjalin ukhuwah, Niqab Squad Makassar pun rutin melakukan kegiatan, meskipun lebih banyak online. Salah satu kegiatan yang biasa dilakukan yaitu mengadakan buka puasa setiap Senin dan Kamis yang disalurkan ke masjid ataupun rumah tahfidz. 

"Kalau ada bencana, kita juga turun sebagai relawan seperti waktu gempa Palu dan bencana banjir Makassar. Ada juga meet up yang sebulan sekali. Kita usahakan juga harus ada gathering," katanya lagi.

Baca Juga: Klarifikasi Menag Soal Cadar dan Celana Cingkrang yang Kontroversial

3. Perempuan bercadar punya banyak tantangan

IDN Times/Asrhawi Muin

Memutuskan untuk mengenakan cadar tak selamanya berjalan mulus.Tantangan demi tantangan datang silih berganti, bahkan kerap datang dari lingkungan terdekat seperti keluarga. 

Dia menuturkan bahwa salah satu alasan mengapa keluarga tidak merestui perempuan bercadar adalah adanya kekhawatiran.

"Akhwatnya mau sekali bercadar tapi keluarganya, khususnya orangtua masih membatasi. Ada yang beranggapan, 'jangan bercadar nak nanti tidak ada laki-laki mau sama kamu. Nanti orang nda bisa lihat mukamu dan sebagainya,'" kata Husniah.

Hal itu juga ditambah dengan keterbatasan penggunaan cadar di instansi-instansi, seperti kampus maupun kantor. Bahkan sebagian instansi benar-benar melarang penggunaan cadar sebagai bagian dari peraturan.

"Jadi, itu semua seperti dilema antara mau bertahan atau tidak. Saya bilang pelan-pelan saja karena kan cadar itu sunnah sebenarnya. Itu sunnah kan perbedaan pendapat juga. Ada yang mewajibkan ada yang sunnah," kata ibu dua anak ini.

Berita Terkini Lainnya