Sulsel Perketat Antisipasi PMK Jelang Idul Adha

- Potensi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui hewan kurban di Sulawesi Selatan meningkat menjelang Idul Adha.
- Sulsel telah menerima 150 ribu dosis vaksin PMK dari Kementerian Pertanian dan tambahan 30 ribu dosis vaksin diajukan ke pusat.
- Mobilitas ternak antar daerah menjadi titik rawan penyebaran PMK, terutama pergerakan sapi lintas daerah yang sulit terpantau secara optimal.
Makassar, IDN Times - Menjelang Idul Adha, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulawesi Selatan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui hewan kurban. Pemerintah memastikan pengawasan distribusi ternak dan pelaksanaan vaksinasi tetap berjalan di tengah tingginya lalu lintas hewan dari luar provinsi.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, Nurlina Saking, menyebut beberapa kasus PMK masih ditemukan di kabupaten-kabupaten yang sebelumnya pernah terdampak. Namun jumlah kasus sangat kecil dan langsung tertangani.
"Ada kabupaten yang baru muncul tapi angkanya kecil 1-2 ekor dan segera tertangani karena sekarang mereka bisa cepat menemukan kalau ada gejala PMK, ini juga sudah familiar di peternak," kata Nurlina, Sabtu (31/5/2025).
1. Sulsel terima 150 ribu dosis vaksin PMK tahun 2025

Untuk tahun ini, Sulsel telah menerima 150 ribu dosis vaksin PMK dari Kementerian Pertanian. Semuanya telah digunakan, terutama di daerah-daerah sentra populasi ternak.
Tambahan 30 ribu dosis vaksin telah diajukan ke pusat, namun diperkirakan baru akan diterima setelah Idul Adha. Menurut Nurlina, kondisi ini mendorong perlunya kesadaran peternak untuk melaksanakan vaksinasi secara mandiri.
"Secara keseluruhan, tetap kita memberikan vaksin fokus di daerah sentra populasi. Namun, jumlah ketersediaan vaksin dukungan dari Kementerian Pertanian cukup terbatas sehingga memang dibutuhkan kesadaran peternak untuk mandiri," ucapnya.
2. Perdagangan ternak jadi perhatian

Mobilitas ternak antar daerah menjelang Idul Adha disebut menjadi salah satu titik rawan penyebaran PMK. Setiap tahun, ribuan ekor sapi masuk ke Sulawesi Selatan untuk memenuhi kebutuhan kurban.
Namun tidak semua pergerakan ternak bisa terpantau secara optimal. Utamanya, pergerakan sapi lintas daerah melalui jalur darat sebab tidak adanya pos pemeriksaan kesehatan di perbatasan atau cek poin.
"Itu salah satu yang agak sulit kendalinya karena antar kabupaten berbeda provinsi itu tidak cek poin. Sulbar dan Sulsel. Dulu ada cek poin. Kalau antar pulau masuk melalui pintu pelabuhan kan terdeteksi karena ada karantina" jelas Nurlina.
3. Pelaku usaha ternak tidak boleh sembarang berpindah tempat
Nurlina mengingatkan pelaku usaha perdagangan ternak untuk tidak sembarangan berpindah tempat bila menemukan gejala PMK di lapangan. Dia menyarankan peternak menunda perjalanan dan memastikan diri dalam keadaan bersih sebelum melanjutkan aktivitas.
"Kalau mereka datang ke satu wilayah kemudian menemukan ada gejala PMK, kiranya tidak pindah ke tempat lain sebelum mensterilkan dirinya atau bisa ditunda ke besok harinya karena kan kalau sudah mandi, semuanya sudah hilang," kata dia.