Nakes dan Guru di Makassar Dilatih Kampanyekan Imunisasi HPV

- 30 peserta ikuti pelatihan komunikator kesehatan untuk imunisasi HPV di Makassar
- Kanker serviks menyebabkan 21.000 kematian pada perempuan di Indonesia pada 2020
- Program pencegahan kanker serviks sejak usia dini melalui imunisasi HPV masih diragukan dan ditolak oleh sebagian masyarakat
Makassar, IDN Times - Sebanyak 30 peserta mengikuti pelatihan komunikator kesehatan untuk imunisasi HPV di Makassar. Para peserta terdiri dari tenaga kesehatan, guru, dan penyuluh kesehatan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Pelatihan ini terselenggara atas kerja sama Portal Kesehatan Masyarakat dan UNICEF Indonesia serta Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Makassar. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Santika pada 2-3 Oktober 2024.
Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia, Rizky Ika Syafitri, mengatakan pelatihan ini dalam rangka meningkatkan kapasitas atau keterampilan komunikasi para peserta. Hal ini agar semua program imunisasi, khususnya HPV yang targetnya anak usia sekolah bisa diterima dengan baik di masyarakat.
"Karena kan ini imunisasi ini baik sekali untuk bisa mencegah terjadinya kanker mulut rahim di perempuan," kata Rizky.
1. Kanker serviks jadi pembunuh nomor satu bagi perempuan Indonesia

Rizky menjelaskan kanker mulut rahim atau dikenal juga dengan sebutan kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, ada sekitar 36.000 perempuan terdiagnosis kanker serviks setiap tahunnya. Pada 2020, kanker serviks menyebabkan 21.000 kematian pada perempuan di Indonesia.
"Rata-rata kalau datang ke rumah sakit itu sudah di stadium lanjut sehingga agak sulit ditolong, itu makanya angka kematiannya tinggi," kata Rizky.
2. Imunisasi HPV dibayangi keraguan masyarakat

Pada 2022, Kementerian Kesehatan meluncurkan program pencegahan kanker serviks sejak usia dini melalui pemberian imunisasi HPV untuk anak usia 11 dan 12 tahun.
Meski terbukti efektif, namun masih ada sebagian masyarakat ragu dan menolak karena khawatir efek samping, alasan keagamaan dan anggapan bahwa imunisasi tidak diperlukan. Selain itu, maraknya peredaran hoaks da misinformasi tentang imunisasi semakin menimbulkan keraguan masyarakat pada imunisasi.
"Nah masalahnya masih banyak orang tua, warga yang ragu padahal ini manfaatnya luar biasa buat anak perempuan, buat perempuan Indonesia pada umumnya," kata Rizky.
3. Para peserta dilatih untuk mengedukasi dengan cara menyenangkan

Para peserta dilatih dengan metode Komunikasi Antar Pribadi (KAP). Harapannya agar para nakes, guru dan LSM bisa menyampaikan edukasi terkait imunisasi HPV dengan lebih intens.
Setelah pelatihan ini, daerah diharapkan bisa secara mandiri meneruskan inisiatif ini. Rizky mengatakan akan lebih banyak tenaga kesehatan yang dilatih. Demikian juga dengan guru dan LSM.
"Supaya bisa mengkomunikasikan berbagai program kesehatan dengan cara-cara yang mudah dipahami dan menyenangkan," kata Rizky.