Menteri Kehutanan: Tren Karhutla Menurun tapi Tetap Harus Waspada

- Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, menegaskan kesiapan pemerintah hadapi karhutla musim kemarau 2025.
- Pemerintah pusat membentuk Satgas dipimpin Menko Polhukam untuk koordinasi lintas kementerian dan daerah.
- Kemampuan negara mengurangi karhutla terlihat dari penurunan luas lahan terbakar menjadi 700 ribu hektare pada 2024.
Makassar, IDN Times - Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, menegaskan kesiapan pemerintah dalam menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring memasuki musim kemarau 2025. Hal ini disampaikan saat wawancara usai memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin, Rabu (14/5/2025).
Menurut Raja Juli, pemerintah pusat telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam). Koordinasi lintas kementerian, pemerintah daerah, hingga sektor swasta terus diperkuat guna mencegah dan menangani karhutla secara efektif.
"Berkali-kali sudah dilakukan rapat koordinasi dengan gubernur dan bupati yang memang mungkin dikasih ancaman karhutla untuk mengingatkan itu juga sudah diadakan apel persiapan antisipasi karhutla di Riau beberapa minggu yang lalu," kata Raja Juli.
1. Tren karhutla menurun

Raja Juli menyatakan kemampuan negara untuk mengurangi angka karhutla sudah membaik. Hal ini terlihat saat 2023 di mana fenomena El Nino yang biasanya langganan kebakaran besar-besaran.
Dia menyampaikan bahwa secara nasional, tren karhutla menunjukkan penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Jika pada 2019 luas lahan terbakar mencapai 1,7 juta hektare, maka pada 2023 angkanya turun menjadi 1,1 juta hektare, dan pada 2024 menjadi hanya 700 ribu hektare.
"Artinya kita mempunyai kapasitas yang baik untuk mengantisipasi karhutla. Kuncinya, koordinasi antar pusat dengan daerah yang baik," kata Raja Juli.
Raja Juli menekankan partisipasi pemegang izin konsesi seperti HGU dan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) juga sangat penting. Tak lupa pula masyarakat adat dan relawan peduli api (MPA).
2. Operasi modifikasi cuaca mulai disiapkan

Raja Juli juga menyoroti pentingnya operasi modifikasi cuaca (OMC) yang kini telah mulai disiapkan berdasarkan informasi cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Operasi ini digencarkan sebelum puncak musim kemarau, dengan tujuan membasahi lahan-lahan gambut di wilayah rawan karhutla seperti Kalimantan dan Sumatra.
"Ini penting OMC dilakukan bukan saat kering tapi saat masih ada ketersediaan air supaya lahan-lahan terutama yang gambut seperti di kalimantan sumatra bisa dibasahi," katanya.
3. Embung dan sumur tetap diisi selama musim hujan

Raja Juli optimis dengan kesiapsiagaan menghadapi ancaman karhutla menjelang musim kemarau ini. Saat ini, upaya antisipasi dimulai dengan mengisi embung-embung air.
"Saatnya sekarang mengisi embung, sumur-sumur mumpung masih hujan supaya nanti ketika ada kebakaran, kita bisa melakukan pemadaman yang lebih cepat. Jadi intinya sebenarnya kita siap terutama kalau ada partisipasi dari masyarakat," katanya.