Kisah Veteran 84 Tahun Kenang Operasi Trikora, Dwikora dan Seroja

- Berani mati demi Tanah Air: Abas Gaut berjuang dalam Operasi Trikora, Dwikora, dan Seroja untuk membebaskan Irian Barat dan Timor Timur dari penjajahan.
- Makna kemerdekaan sebagai hak hidup bebas: Bagi Abas, kemerdekaan adalah hak untuk hidup bebas dari penjajahan, yang membuatnya mampu menentukan nasib sendiri tanpa takut diintimidasi atau dijajah.
- Pesan keberanian untuk generasi muda: Abas mengingatkan generasi muda untuk tidak bertindak gegabah, menjauhi narkoba, dan tetap mencintai tanah air sebagai warisan nilai-nilai keberanian dari para veteran.
Makassar, IDN Times - Usianya kini 84 tahun, namun kenangan masa muda sebagai tentara Angkatan Laut Republik Indonesia atau ALRI (sekarang TNI AL) , masih segar di ingatannya. Abas Gaut, veteran operasi Trikora, Dwikora, dan Seroja, menapaki masa-masa yang penuh tantangan, keberanian, dan pengorbanan.
Dua tahun setelah mengenakan seragam ALRI, Abas menerima perintah mendadak yakni berangkat ke Surabaya. Dari sana, dia diberangkatkan ke Irian Barat (Papua) untuk bergabung dalam Operasi Trikora yang dimulai pada 19 Desember 1961 .
Saat itu dia baru berusia 18 tahun. Tanpa banyak waktu untuk berpikir, dia meninggalkan daerahnya di Makassar, berlayar menuju medan perjuangan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
"Berangkat dari Surabaya, kita kumpul di situ. Kami diutus di kapal perang," kata Abas saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Rabu (13/8/2025).
1. Berani mati demi Tanah Air

Setelah Trikora, tugas Abas berlanjut pada Operasi Dwikora. Operasi menjaga perbatasan laut Indonesia-Malaysia ini dideklarasikan oleh Presiden Soekarno pada 3 Mei 1964.
"Saat Dwikora saya masih di kapal perang. Kami menjaga laut di perbatasan Malaysia," katanya sembari menerawang.
Tahun 1975 membawanya ke Timor Timur dalam Operasi Seroja. Operasi Seroja adalah invasi Indonesia atas Timor Timur yang terjadi pada 7 Desember 1975.
"Waktu itu, bunyi tembakan sana-sini terdengar. Tapi tidak ada perasaan takut meskipun saya masih muda. Pokoknya berani mati," katanya.
2. Makna kemerdekaan sebagai hak hidup bebas

Meski menghadapi bahaya, Abas tetap menekankan bahwa semangat pengabdian adalah hal utama. Setelah pensiun dari TNI AL pada 1989, dia bekerja di kapal dagang dan feri penyeberangan Kolaka selama 17 tahun hingga akhirnya berhenti karena sakit jantung.
Kini, Abas menjalani hari-hari tuanya dengan tenang di rumahnya di Sudiang, Makassar. Dia tinggal bersama anaknya, menikmati kehidupan yang jauh dari hiruk-pikuk medan perang.
Bagi Abas, kemerdekaan bukan sekadar kata, melainkan hak untuk hidup bebas dari penjajahan. Baginya, merdeka berarti mampu menentukan nasib sendiri tanpa takut diintimidasi atau dijajah.
"Bagi saya kemerdekaan itu kebebasan. Kemerdekaan itu lepas dari penjajahan. Waktu Trikora, kami melepaskan Irian barat dari penjajahan Belanda," katanya.
3. Pesan keberanian untuk generasi muda

Abas juga bersyukur atas perhatian pemerintah terhadap para veteran. Bantuan rutin dari Pemprov Sulsel menjadi bentuk penghargaan atas pengabdian mereka.
"Perhatian pemerintah sudah bagus. Kami sering dapat bantuan," kata Abas.
Meski usianya sudah lanjut, kenangan Abas Gaut tentang medan perang tetap segar di ingatannya. Nilai-nilai keberanian yang dia pelajari selama bertugas kini menjadi warisan bagi generasi muda.
"Pesan saya untuk generasi muda, jangan bertindak gegabah, jangan narkoba, tetap mencintai tanah air. Itu saja," katanya.