BPS: Pengangguran di Sulsel Naik, Pekerja Formal Turun

- Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Selatan mencapai 4,96 persen per Februari 2025, naik 0,06 persen dari tahun sebelumnya.
- Jumlah angkatan kerja di daerah tersebut meningkat menjadi 4,82 juta orang dalam setahun terakhir, tetapi jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat menjadi 4,58 juta orang.
- Hanya 37,37 persen pekerja yang berada di sektor formal pada Februari 2025, sementara pekerja paruh waktu meningkat 5,08 persen poin.
Makassar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Selatan per Februari 2025 menjadi 4,96 persen atau naik 0,06 persen poin dibandingkan Februari 2024. Kenaikan ini terjadi di tengah peningkatan jumlah angkatan kerja yang kini mencapai 4,82 juta orang atau naik 108,41 ribu orang dalam setahun terakhir.
Dalam laporan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat menjadi 4,58 juta orang. Namun, peningkatan ini belum cukup menekan angka pengangguran, terutama karena struktur ketenagakerjaan yang didominasi sektor informal dan pekerja paruh waktu.
Salah satu indikator yang mencemaskan adalah menurunnya proporsi pekerja formal. Pada Februari 2025, hanya 37,37 persen pekerja yang berada di sektor formal atau turun 3,57 persen poin dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, pekerja paruh waktu justru meningkat 5,08 persen poin yang mencerminkan ketidakstabilan lapangan kerja.
1. Upaya menekan pengangguran melalui job fair

Menanggapi data tersebut, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Sulsel, Jayadi Nas, mengatakan pihaknya akan berupaya untuk menekan angka pengangguran itu. Pihaknya akan membahas hal ini dengan perguruan tinggi.
Jayadi juga menyampaikan Disnakertrans tengah menyiapkan job fair pasca-kelulusan siswa dan mahasiswa. Selain itu, pihaknya juga menjajaki peluang kerja di luar daerah seperti di kawasan industri timur Indonesia.
"Kami tentu berterima kasih atas data itu. Namun kami tetap mencoba untuk melakukan upaya untuk menekan. Dalam waktu dekat insyaallah kami akan mencoba rapat dengan teman-teman dari career center setiap kampus," kata Jayadi, Selasa (6/5/2026).
2. Faktor penyebab pengangguran

Jayadi mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan pengangguran, salah satunya pemutusan hubungan kerja (PHK). Dia menyebut ada perusahaan yang tidak mampu lagi bertahan karena produksi menurun atau bahkan ada yang restrukturisasi karena digitalisasi.
Dia juga mengatakan sebagian besar pengangguran juga disebabkan oleh ketidaksesuaian kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri. Karena itu, Disnakertrans kini mendorong pelatihan vokasi berbasis permintaan pasar.
"Banyak tenaga kerja tidak sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan dalam suatu perusahaan sehingga perusahaan harus ada waktu lagi untuk melakukan pelatihan. Jadi, kita balik itu persoalan yaitu kami meminta perusahaan apa kompetensi yang mereka butuhkan," kata Jayadi.
3. Siapkan pelatihan untuk calon tenaga kerja

Disnakertrans akan bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga lain untuk menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan komptensi kebutuhan perusahaan. Disnakertrans juga akan bekerja sama dengan Balai Besar Vokasi untuk menggelar pelatihan tenaga kerja.
Harapannya, pelatihan tersebut akan langsung melahirkan calon tenaga kerja yang siap sesuai kompetensi. Rencana ini mempertimbangkan apabila pelatihan telah selesai dan ditutup, maka pada hari itu juga perusahaan sudah bisa memutuskan tenaga kerja yang hendak direkrut.
"Pada hari itu juga, perusahaan mengatakan dengan ini kami terima sebagai tenaga kerja supaya ada kesesuaian antara apa kebutuhan perusahaan, apa hasil pelatihan yang kami lakukan dan seperti apa outcome yang kami dapatkan," kata Jayadi.