Kisah Perjuangan Marlina Melahirkan di Pengungsian Gempa Mamuju

Marlina waswas gempa susulan datang saat persalinan

Mamuju, IDN Times - Sebagian wilayah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat 15 Januari 2021 malam baru saja diguyur hujan deras. Warga berdiam diri di bawah tenda darurat dan teras-teras rumah yang disulap jadi pos pengungsian. Ya, mereka adalah korban terdampak gempa Magnitudo 6.2 yang mengguncang Mamuju dan Majene pada malam sebelumnya.

Dari deretan tenda dan rumah pengungsian di Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju itu, pekik tangisan bayi memecah keheningan malam. Seorang bayi baru saja lahir dari rahim Marlina (33) yang ikut mengungsi di kawasan dataran tinggi tersebut.

Dalam suasana kalut, para pengungsi sejenak tersenyum. Mereka turut bahagia atas kelahiran bayi dari pasangan Marlina dan suaminya, Murgan (37). Marlina mengaku tak menyangka akan melalui persalinan dalam situasi darurat bencana di pengungsian.

1. Tidak mudah melalui proses persalinan di lokasi bencana

Kisah Perjuangan Marlina Melahirkan di Pengungsian Gempa MamujuMarlina mengganti popok bayinya di pos pengungsi gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021) IDN Times/Kristina Natalia

Marlina, Murgan, serta ketiga putranya menyelamatkan diri dari amukan gempa. Marlina yang tengah hamil tua saat itu, lari sekuat tenaga meninggalkan rumah kontrakan di RT02, kawasan Tambi, Kelurahan Mamuju. Rumah itu sangat dekat dengan kawasan pantai.

“Rumah rusak sedanglah,” kata Marlina saat ditemui IDN Times di pos pengungsian, Senin (18/1/2021).

Dia menceritakan momen-momen menjelang persalinannya. Pada Jumat, 15 Januari sore sekitar pukul 16.00 WITA, Marlina sudah merasakan sakit di perutnya. Dia dan keluarganya saat itu berada di teras rumah warga. Marlina sempat panik, karena khawatir akan bersalin di saat-saat darurat.

Murgan yang selalu berada di samping Marlina, mencoba menghubungi bidan yang dikenalnya untuk datang memeriksa kandungan istrinya. Tiga bidan yang ditelepon sore itu tidak bisa datang. “Tambah bingung karena tiga bidan yang dihubungi tidak bisa bantu karena darurat begini,” kata Marlina.

2. Bidan yang datang tanpa membawa satupun peralatan medis

Kisah Perjuangan Marlina Melahirkan di Pengungsian Gempa MamujuMarlina bersama bayinya di teras rumah warga yang jadi pos pengungsian gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021) IDN Times/Kristina Natalia

Dalam keadaan menahan nyeri, pegawai di Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat itu terus berdoa agar ada kemudahan untuk kelahiran anak keempatnya. Beruntung, bidan keempat yang dihubungi Murgan bersedia membantu persalinan Marlina. “Bidan langsung datang, saya langsung lega. Alhamdulillah, doaku dijawab Allah,” tutur Marlina.

Perasaan waswas Marlina tak berhenti. Dia mencemaskan proses persalinannya terganggu jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan. Kata dia, hatinya makin tak tenang karena sang bidan datang tanpa dilengkapi satupun peralatan medis. “Sempat panik juga karena takut ada gempa. Mana bidan yang bantu melahirkan tidak punya peralatan apapun yang dibawa,” cerita Marlina.

Di tengah keterbatasan itu, dukungan keluarga dan pengungsi lain menguatkan hati Marlina untuk bisa melalui proses persalinan. “Sempat putus harapan tapi dikasih semangat keluarga,” ungkapnya.

Baca Juga: Gempa Sulbar: 19.435 Orang Mengungsi di Majene dan Mamuju

3. Tangisan pertama sang bayi membawa kehangatan di pos pengungsian

Kisah Perjuangan Marlina Melahirkan di Pengungsian Gempa MamujuMarlina bersama bayinya di teras rumah warga yang jadi pos pengungsian gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021) IDN Times/Kristina Natalia

Sekitar pukul 22.00 WITA, Marlina melahirkan. Tangisan pertama yang terdengar seakan menghilangkan rasa sakit bercampur takut di hati Marlina. Keluarga dan warga di tenda pengungsian yang menyaksikan turut haru dalam suasana sukacita.

Selembar kain tebal pun langsung menyelimuti tubuh bayi mungil Marlina. Suasana hangat begitu terasa di teras rumah itu. “Alhamdulillah bayinya lahir normal dan sehat. Lega saya, rasa sakit itu langsung hilang,” ujarnya.

Marlina mengatakan tidak lemas setelah melalui persalinan yang begitu mendebarkan hatinya. Dia mengaku sangat bahagia atas kelahiran putra keempatnya, yang hingga kini belum diketahui berapa berat badan dan kondisi kesehatannya secara menyeluruh. Namun setidaknya, kata Marlina, bayinya itu terlihat sehat dan baik-baik saja.

Hingga hari ketiga kelahiran puteranya, Marlina dan suami belum menentukan nama untuk sang buah hati. “Tidak rewel juga selama ada di tempat pengungsian. Mungkin nanti akan dicarikan namanya dan dibawa periksa kalau sudah normal di Mamuju,” terangnya.

Marlina berharap situasi di Mamuju segera membaik agar kondisi kesehatan bayinya bisa segera diperiksa di rumah sakit. Dia pun menunggu bantuan keperluan bayi, seperti susu, pakaian, dan popok. Sebab, seluruh barang kebutuhan yang sudah disiapkan untuk sang bayi tak dibawa serta saat dia lari menyelamatkan diri dari gempa.

“Pakai apa adanya saja dulu, nanti kalau aman ambil di rumah. Semoga kami dapat bantuan,” ungkap Marlina.

 

Laporan Kristina Natalia, kontributor IDN Times dari Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat

Baca Juga: Cerita Rahmi Selamatkan Diri dari Lantai 5 Rusun saat Gempa di Mamuju

https://www.youtube.com/embed/y3DVEMXKA1g

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya