Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tips Mengatasi Decision Paralysis, Jangan Biarkan Pilihanmu Menumpuk

ilustrasi memilih (pexels.com/Ron Lach)

Pernah gak sih kamu merasa lumpuh saat dihadapkan dengan pilihan? Bahkan keputusan sederhana seperti memilih tempat makan atau baju yang mau dibeli bisa bikin pusing berkepanjangan. Fenomena ini disebut decision paralysis atau kelumpuhan keputusan, dan bisa bikin produktivitas menurun drastis serta membuang banyak waktu berhargamu.

Di era digital dengan pilihan tak terbatas, decision paralysis jadi semakin umum terjadi. Dari ribuan film di platform streaming hingga jutaan produk di marketplace, otak kita sering kewalahan memproses terlalu banyak opsi. Tapi tenang, gak perlu terus terjebak dalam lingkaran overthinking. Yuk, simak lima tips praktis yang bisa kamu terapkan untuk mengatasi decision paralysis!

1. Batasi jumlah pilihan dan waktu untuk membuat keputusan

ilustrasi memilih (pexels.com/Ron Lach)

Terlalu banyak pilihan justru bisa jadi musuh terbesarmu. Coba batasi opsi yang kamu pertimbangkan menjadi maksimal tiga sampai lima saja. Misalnya, kalau mau beli laptop baru, fokus pada tiga brand teratas sesuai budget dan kebutuhanmu, bukan membandingkan puluhan model yang ada di pasaran.

Selain itu, tetapkan batas waktu yang jelas untuk setiap keputusan. Gunakan timer di ponselmu sebagai pengingat. Untuk keputusan sehari-hari, coba metode 2-menit: jika bisa diputuskan dalam 2 menit, langsung putuskan tanpa overthinking. Untuk keputusan yang lebih besar seperti pindah kerja atau investasi, berikan dirimu tenggat waktu yang masuk akal, misalnya satu minggu untuk riset dan tiga hari untuk memutuskan.

2. Kenali prioritas utama dan buat kriteria keputusan yang jelas

ilustrasi memilih (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebelum mulai mempertimbangkan berbagai opsi, tentukan dulu apa yang sebenarnya paling penting buatmu. Buat daftar prioritas dari yang paling utama hingga yang bisa dikompromikan. Dengan begitu, kamu punya panduan jelas saat harus memilih antara beberapa alternatif yang tampak sama bagusnya.

Coba terapkan sistem penilaian sederhana untuk membantu proses keputusan. Misalnya, untuk memilih apartemen baru, beri skor 1-10 untuk faktor-faktor seperti lokasi, harga, fasilitas, dan keamanan. Apartemen dengan total skor tertinggi kemungkinan besar adalah pilihan terbaik sesuai kriteriamu. Pendekatan sistematis ini bisa mengurangi kebingungan dan membuat proses keputusan jadi lebih objektif.

3. Terapkan aturan default untuk keputusan rutin

ilustrasi memilih (pexels.com/Gustavo Fring)

Untuk keputusan yang berulang, buat aturan default yang bisa kamu ikuti secara otomatis. Misalnya, selalu pesan menu yang sama untuk sarapan di hari kerja, atau selalu pilih pakaian dengan warna netral untuk meeting penting. Dengan mengurangi jumlah keputusan harian, kamu menghemat energi mental untuk hal-hal yang lebih penting.

Aturan default juga bisa diterapkan untuk keputusan finansial, seperti menyisihkan 20% gaji untuk tabungan setiap bulan atau membatasi budget belanja bulanan. Strategi ini dikenal sebagai "choice architecture" yang membantu mengarahkan pilihan tanpa harus berpikir terlalu keras setiap kali. Para CEO sukses seperti Steve Jobs dan Mark Zuckerberg terkenal dengan kebiasaan memakai pakaian yang sama setiap hari untuk mengurangi decision fatigue.

4. Gunakan metode "satisficing" bukan "maximizing"

ilustrasi memilih (pexels.com/Liza Summer)

Salah satu penyebab utama decision paralysis adalah sikap maximizing atau keinginan untuk selalu mendapatkan pilihan terbaik dan sempurna. Coba ganti dengan pendekatan satisficing, yaitu memilih opsi pertama yang cukup memuaskan dan memenuhi kriteria minimummu, tanpa harus terus mencari yang lebih baik.

Pendekatan satisficing ini membantu kamu lepas dari jebakan analisis berlebihan. Ingat bahwa dalam banyak kasus, pilihan yang "cukup baik" sekarang lebih bermanfaat daripada mencari pilihan "sempurna" yang entah kapan ketemu. Saat berbelanja online misalnya, tentukan budget dan fitur yang dibutuhkan, lalu beli produk pertama yang memenuhi kriteria tersebut tanpa harus scroll terus menerus membandingkan ratusan produk serupa.

5. Praktikkan teknik "ulang" untuk keputusan penting

ilustrasi memilih pakaian (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Untuk keputusan besar yang berisiko tinggi, coba teknik "ulang" dengan membayangkan kamu sedang memberi saran kepada teman. Jika temanmu yang menghadapi dilema yang sama, apa yang akan kamu sarankan? Pendekatan ini membantu menyingkirkan overthinking dan emosi yang sering menghalangi keputusan rasional.

Teknik lain yang efektif adalah "10-10-10 rule" yang diperkenalkan oleh Suzy Welch. Pikirkan bagaimana keputusan ini akan mempengaruhi hidupmu dalam 10 menit, 10 bulan, dan 10 tahun ke depan. Perspektif jangka panjang ini membantu memisahkan keputusan yang benar-benar penting dari yang sebenarnya gak terlalu berpengaruh signifikan dalam hidup. Misalnya, memilih warna mobil mungkin penting dalam 10 menit atau 10 bulan, tapi mungkin gak relevan lagi dalam 10 tahun.

Mengatasi decision paralysis memang butuh latihan dan kesadaran diri. Mulai dengan menerapkan tips-tips di atas untuk keputusan kecil sehari-hari, lalu perlahan terapkan untuk keputusan yang lebih besar. Ingat, gak ada keputusan yang 100% sempurna, dan kadang keputusan yang "salah" pun bisa membawa pelajaran berharga atau kejutan menyenangkan yang gak terduga.

Sumber rujukan:

  • https://krisp.ai/blog/choice-paralysis/
  • https://www.healthline.com/health/mental-health/analysis-paralysis
  • https://www.betterup.com/blog/analysis-paralysis
  • https://asana.com/id/resources/analysis-paralysis
  • https://health.clevelandclinic.org/analysis-paralysis
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us