5 Cara Meningkatkan Fokus di Era Distraksi Digital

Siapa yang sering kehilangan fokus saat mengerjakan sesuatu karena tergoda untuk bermain ponsel? Beberapa orang sudah terbiasa mengalami hal semacam itu agaknya.
Misalnya nih, kamu lagi fokus menyelesaikan tugas, lalu tiba-tiba notifikasi berdering di ponselmu. Kamu pun mengecek notifikasi itu dan melihatnya sekilas. Ternyata, notifikasi mengenai email newsletter dari akun yang kamu subscribe. Niatnya sih hanya melihat sekilas, tapi jemarimu kemudian membuka media sosial dan tanpa terasa scroll down selama hampir satu jam. Tugasmu pun terbengkalai.
Gak mudah memang meningkatkan fokus di tengah era distraksi digital. Namun, hal ini bukan berarti mustahil dilakukan, bukan berarti kamu harus menjauhi teknologi juga, ya. Karena teknologi justru penunjang rutinitas kita. Coba deh terapkan cara-cara ini agar bisa fokus di era distraksi digital!
1. Identifikasi pemicu distraksi utama kamu

Untuk bisa mengubah fokusmu, kamu sebaiknya tahu apa pemicu distraksimu selama ini. Hal apa sih yang sering membuat perhatianmu teralihkan? Mungkin pemicunya adalah notifikasi media sosial, email newsletter yang masuk, atau keinginan update berita terbaru setiap beberapa jam atau bahkan menit.
Kalau kamu sudah tahu pemicunya, kamu jadi lebih mudah menetapkan solusi apa yang tepat untuk mengatasinya. Ini menuntut kamu untuk lebih mampu menganalisis dan sadar diri, ya. Mengidentifikasi pemicu distraksi merupakan langkah awal untuk produktivitas yang lebih baik serta fokus yang dalam.
2. Gunakan teknik time blocking saat menyelesaikan suatu pekerjaan

Time blocking adalah metode manajemen waktu dengan membagi waktu yang kamu punya menjadi bagian-bagian kecil. Time blocking menuntut kamu membuat blok waktu untuk setiap pekerjaan atau tugas. Nah, saat menyelesaikan suatu pekerjaan, kamu bisa membuat blok waktu kamu sendiri. Kamu perlu menetapkan slot waktu yang gak bisa diganggu gugat. Ini berarti kamu harus menghindari segala macam bentuk distraksi yang ada.
Misalnya nih, kamu menetapkan jadwal menulis laporan dari pukul 08.00 sampai 09.00 pagi. Maka, selama periode waktu tersebut, semua kegiatan atau gangguan harus disingkirkan. Mendedikasikan waktu khusus untuk menyelesaikan suatu pekerjaan membuat kamu lebih fokus. Ini membantu kamu untuk fokus pada pekerjaan sesuai tenggat yang telah ditetapkan. Kalau kamu konsisten melakukan time blocking, kamu pun terbiasa berkonsentrasi dan mudah menghilangkan distraksi.
3. Manfaatkan teknologi untuk melawan teknologi

Salah satu musuhmu dalam ketidakfokusan karena adanya distraksi adalah teknologi. Maka, untuk mengatasinya, gunakan teknologi juga. Manfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah yang diciptakan oleh teknologi itu sendiri.
Caranya? Kamu bisa menggunakan sejumlah fitur yang ditawarkan oleh teknologi. Misalnya, kalau kamu menggunakan mode grayscale pada smartphone-mu, kamu mungkin jadi kurang tertarik menatap layar sehingga keinginan untuk scrolling down berkurang. Intinya, buat dirimu jadi gak nyaman untuk melakukan distraksi dan lebih nyaman untuk fokus pada pekerjaan.
4. Gunakan teknik pomodoro

Selain time blocking, kamu juga bisa menggunakan teknik pomodoro. Teknik ini terkenal efektif untuk fokus secara maksimal dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Ciri khas teknik ini adalah pembagian waktu kerja yang ketat dan pendek diselingi dengan waktu istirahat singkat yang teratur.
Misalnya nih, kamu fokus mengerjakan suatu pekerjaan selama 25 menit. Setelah waktumu untuk mengerjakan pekerjaan itu habis, kamu beristirahat sejenak selama 5 menit. Kamu bisa mengulang hal yang sama sampai empat kali. 25 menit kerja, 5 menit istirahat. Ketika istirahat, buat dirimu serileks mungkin. Lakukan peregangan tubuh atau minum minuman yang menenangkan.
5. Jangan jadikan media sosial sebagai satu-satunya alat pengusir kebosanan

Merasa gak bermain media sosial itu adalah cara untuk mengatasi rasa bosan? Itulah kenapa di era digital, orang jarang merasakan kebosanan, karena kita bisa mengeksplor apa pun di layar. Kenapa kebosanan bisa muncul? Dilansir laman Greatmind, ada dua sumber yang memicu kebosanan. Pertama, karena kegiatan yang kamu lakukan kurang stimulus. Misalnya, kamu mengotak-atik pekerjaan yang sama selama tiga jam. Kedua, karena tujuan kegiatan yang dilakukan mulai kabur. Misalnya, saat kamu diminta untuk ikut pelatihan kantor yang bukan keinginanmu sendiri.
Tahu gak bahwa ternyata bosan merupakan sebuah emosi. Layaknya alarm, kebosanan justru mengingatkan kamu bahwa kamu kekurangan stimulus atau kamu sedang melakukan hal yang gak ingin kamu kerjakan. Fakta menariknya, para peneliti menyatakan bahwa bermain media sosial memberikan sedikit sekali reward untuk menyebutkan rasa bosan. Bahkan, bermain media sosial berpotensi bisa mengurangi kemampuan kamu merasa bosan.
Gak masalah sebenarnya menjadikan media sosial sebagai alat pengusir rasa bosan, tetapi jangan dijadikan satu-satunya cara. Kalau kamu sedang bosan karena mengerjakan pekerjaan yang sama selama berjam-jam, terima rasa bosanmu. Gak apa-apa kok buat merasa bosan. Alih-alih langsung bermain media sosial, nikmati kebosananmu. Kamu bisa hanya diam untuk beberapa waktu atau beristirahat.
Memang sulit kalau sudah biasa terdistraksi oleh media sosial. Rasanya menyenangkan ketika kita bisa scrolling. Namun, ini termasuk dopamin instan yang dapat membuat kita terus-menerus ingin melakukan hal itu sampai lupa waktu. Kalau gak berlebihan, gak masalah kok, tapi kalau sudah sampai sering mengganggu fokusmu, bukankah perlu segera kamu atasi?