Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Banjir di Manggala, Danny Pomanto: Akibat Perumahan Besar Hambat Air

Banjir genangi puluhan rumah di blok 8, Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Makassar. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Makassar, IDN Times - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto kembali menyinggung soal peran pengembang perumahan besar yang memicu banjir di kawasan Antang, Kecamatan Manggala. Kawasan itu jadi langgan banjir tiap musim hujan. 

Danny menganggap pembangunan perumahan turut memicu banjir karena mengurangi resapan serta menyebabkan penyempitan bahkan penyumbatan aliran air. 

"Solusinya, sumbatan atau hambatan alur aliran air harus dihilangkan akibat pembangunan perumahan besar di Manggala," kata Danny Pomanto lewat pesan singkat kepada IDN Times, Sabtu (18/2/2023).

1. Pengerukan sungai otoritas pemerintah pusat

Wali Kota Makassar Danny Pomanto. IDN Times/Sahrul Ramadan

Danny tidak secara gamblang menyebut perumahan yang disebut berperan besar pada banjir di kawasan Manggala. Dia hanya menyebut bahwa harus segera ada pengerukan pada sungai-sungai kecil menuju Sungai Tallo yang selama ini tertutup karena pembangunan perumahan.

Soal pengerukan, Danny mengatakan kewenangan Pemkot Makassar tidak sampai ke sana. "Pengerukan sungai itu otoritas (pemerintah) pusat," ucap Danny.

2. Warga Antang sudah 20 tahun jadi langganan banjir

Ketua Rukun Warga (RT) 04, Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Fatiah Bachmid (50). (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Sebelumnya, Fatiah Bachmid, Ketua Rukun Warga (RT) 04, Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, menyampaikan keluhannya soal banjir di wilayahnya, Perumnas Antang Blok 8. Dia berharap semoga ada solusi untuk mengatasi banjir yang sudah bertahun-tahun terjadi.

"Adakah solusi? kami kalau hitung-hitungan sudah 20 tahun lebih seperti ini. Awal kami kebanjiran akhir tahun 1999, kami mengungsi di masjid ini," kata Fatiah saat ditemui di masjid Al Muttaqin, Perumnas Antang Blok 8, Jumat sore (17/2/2023).

Fatiah menceritakan, masjid tersebut merupakan tempat pengungsian rutin setiap banjir melanda. Bahkan, mereka pernah menjalani bulan Ramadan dan Lebaran di tempat itu karena rumah kebanjiran.

"Semua itu sudah kami lalui. Makin ke sini tiap tahun bukan makin turun (banjir), malah naik," lanjutnya sambil menyeka air mata.

Akibat banjir yang selalu datang tiap tahun, kata Fatiah, warga Perumnas Antang Blok 8 harus rugi uang, tenaga dan waktu. Perabotan rumah yang rusak terendam air mesti dibuang lalu diganti dengan uang tabungan.

"Setinggi apa kami berusaha angkat barang kami. Ini sudah lima kali (banjir), November 2022, Desember dua kali, Januari (2023) dan bulan Februari yang kelima. Kalau memang ada yang diusahakan setidaknya semakin berkurang tinggi airnya, tetapi ini makin parah, kasihanilah kami pak, warga Makassar," jelas Fatia

Setiap banjir datang, bantuan sembako dan kebutuhan harian memang selalu berdatangan dari berbagai pihak. Namun, itu bukan solusi untuk mengakhiri penderitaan warga korban banjir.

"Selalu ada yang datang membawa bantuan bilang sabar bu, sabar bu. Kurang sabar apa kami selama 23 tahun kami bertahan di sini? Kalau mau pergipun mau pergi kemana? Jadi tolonglah, kami capek, kami butuh solusi," sambungnya.

3. Blok 8 jadi titik banjir terparah di Manggala

Proses evakuasi warga dan bayi di blok 8, Kecamatan Manggala, Makassar. (IDN Times Sulsel/Dahrul Amri)

Camat Manggala Makassar, Andi Anshar mengaku, banjir terparah di wilayahnya memang di Blok 8 Perumnas Antang, Kelurahan Manggala. Ketinggian air bahkan mencapai 1,5 meter.

"Ketinggian air bervariasi di wilayah Manggala, antara 10 sentimeter, 30, 80 sampai 150 sentimeter itu yang terparah di blok 8. Berdasarkan laporan sebagian besar warga sudah mengungsi," jelas Andi Anshar.

Pantauan IDN Times Sulsel di Blok 8, tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan anggota SAR Brimob Polda Sulsel, masih terus melakukan evakuasi warga dan mengantar makanan ke warga yang bertahan.

Dari delapan kelurahan di Manggala lanjut Andi Anshar, semuanya dilanda banjir. Tetapi ada tiga kelurahan yang warganya harus mengungsi, yaitu Kelurahan Manggala sebanyak 12 titik pengungsian, Batua 1 titik, dan Antang 1 titik.

"Sementara jumlah titik genangan banjir di Manggala secara keseluruhan ada 33 titik dengan total pengungsi sampai dengan hari ini 760 jiwa dari 179 KK (kepala keluarga). Kami di Manggala punya inovasi Matabe (Manggala Tanggap Bencana), jadi semua titik pengungsian sudah ada personel Matabe," ujarnya.

Matabe membantu para korban banjir di Kecamatan Manggala Makassar dalam hal penanganan kesehatan di 12 posko.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dahrul Lobubun
EditorDahrul Lobubun
Follow Us