TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pembangunan Jalur Kereta Api Trans Sulawesi Fokus Rute Barru-Pangkep

Wali Kota Parepare kecewa dengan perubahan rute

Peninjauan lahan pembebasan proyek kereta api di Barru, Sabtu (29/2. IDN Times/Istimewa

Makassar, IDN Times -  Proyek Strategis Nasional (PSN) jalur kereta api Makassar - Parepare hingga kini masih terus dibangun. Pemerintah Pusat bahkan memasukkan mega proyek ini dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan menjadi salah satu program yang masuk dalam 41 Major Project atau proyek prioritas strategis.

Jalur kereta api Sulawesi ini mulai dibangun sejak tahun 2015, diawali dengan pembukaan rel dari Barru menuju ke Parepare dengan konsep angkutan penumpang dan barang. Namun seiring waktu, terjadi perubahan rute rel kereta.

Rute tersebut diputar menjadi Barru-Pangkep-Maros yang diperuntukkan sebagai kereta barang terlebih dahulu. Saat ini, progres pengerjaannya telah rampung sekitar 44 km, khusus di kabupaten Barru. 

1. Jalur Barru-Pangkep lebih diprioritaskan tahun ini

Peninjauan lahan pembebasan proyek kereta api di Barru, Sabtu (29/2. IDN Times/Istimewa

Untuk tahun ini, pemerintah lebih memprioritaskan pembangunan jalur kereta api Barru-Pangkep. Jalur tersebut membentang dari Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru menuju ke Tonasa di Kabupaten Pangkep.

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan rute Barru-Pangkep itu diharapkan rampung sepajang 30 km tahun ini. Selanjutnya diharapkan terkoneksi ke Kabupaten Maros akhir tahun 2021 mendatang. Setelahnya, barulah jalur ke Parepare akan dikerjakan.

"Ini secepatnya, kita ingin dari Tonasa (Pangkep) ke Garongkong (Barru) selesainya tahun ini. Terus nanti sampai Bosowa (Maros) akhir tahun depan, setelah itu baru kita bangun yang ke Makassar-Parepare," katanya saat meninjau langsung lokasi pembebasan lahan proyek tersebut di Barru, Sulsel, Sabtu (29/2).

Baca Juga: Total Rp366 Miliar, Lahan Kereta Maros-Pangkep Mulai Diganti Rugi

2. Pembebasan lahan belum berjalan mulus

kai.id

Meski terus dikerjakan, namun persoalan pembebasan lahan untuk jalur rel kereta Sulawesi, belum dapat diselesaikan dengan baik. Pasalnya masyarakat setempat masih banyak yang menolak untuk melepas lahan miliknya. Hal ini pun mendorong agar dilakukan konsinyasi atau penitipan pembayaran ganti rugi ke pengadilan.

"Bagi masyarakat yang tidak setuju, ada jalurnya yaitu konsinyasi dan bagi masyarakat yang setuju tinggal bayar dan dilaksanakan pembangunannya," kata Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulsel, Firdaus Dewilmar, Minggu (1/3).

Menurut data Kementerian Perhubungan, progres pengadaan lahan di Kabupaten Barru atau arah Pelabuhan Garongkong telah mencapai 59 persen. Dari 187 bidang yang dibutuhkan, sudah ada 111 bidang yang telah dibebaskan, 24 bidang telah dititip di PN, dan 52 bidang sisanya merupakan kawasan hutan.

Untuk Kabupaten Pangkep, progres pengadaan lahan baru 8,8 persen. Dari 2.196 bidang, baru 195 bidang yang telah dibebaskan di mana terdiri dari 49 pembayaran langsung dan 146 untuk fasilitas umum jalan dan irigasi. Sementara ada 1.115 bidang yang melalui proses konsinyasi.

Sementara untuk di Kabupaten Maros, lahan yang yang dibebaskan juga masih sedikit yakni baru 14,3 persen. Dari 938 bidang yang dibutuhkan, baru 121 bidang yang dibebaskan dan ada 29 bidang yang melalui konsinyasi.

Baca Juga: Kereta Api di Sulsel Beroperasi Bertahap Mulai Akhir Tahun 2020

Berita Terkini Lainnya