DILAN Effect, Ical-Fadli Duta Aspirasi Millennials di Pilkada Makassar
Meski, menggaet suara millennials tidak mudah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Nama Dilan identik dengan salah satu karakter novel populer. Tapi di Makassar, Dilan adalah akronim salah satu pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang sedang bertarung di perhelatan Pilkada 2020.
DILAN, singkatan dari nama paslon nomor urut 3, Syamsu Rizal atau Deng Ical dan Fadli Ananda. Pasangan ini diusung oleh tiga partai politik yaitu PDI Perjuangan, Hanura, dan PKB. Ketiga parpol ini menamakan diri mereka sebagai koalisi Pelangi sesuai warna identik ketiga parpol tersebut.
Dalam merebut simpati pemilih, pasangan DILAN ini lebih fokus menggaet suara pemilih pemula. Pasalnya, sebagian besar pemilih di Kota Makassar didominasi oleh pemilih muda. Menurut data KPU Makassar, pemilih dengan rentang usia 21 - 30 tahun menjadi jumlah terbanyak yakni 110.687 orang.
Deng Ical dan Fadli kerap bersosialisasi ke masyarakat dengan mengenakan jaket jeans. Mirip seperti jaket yang dikenakan karakter Dilan dalam film berjudul sama.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Sukri Tamma, menyebut fokus Ical dan Fadli untuk menggaet pemilih muda kemungkinan karena adanya asumsi bahwa mereka sudah cukup populer di kalangan pemilih dewasa, sehingga tak dibutuhkan lagi tagline untuk menggaet mereka.
"Dalam konstruksi pemilih Makassar yang agak banyak swing voters ini para pemilih pemula dan milenial, sehingga untuk bisa mendapatkan simpati dari segmen pemilih ini sangat besar," kata Sukri kepada IDN Times, Minggu (4/10/2020).
Pemilihan nama DILAN ini juga dianggap lebih mudah diingat karena dalam konteks psikologi pemilih, kata Sukri, sebuah tagline harus lebih mudah diingat. Tujuannya agar lebih mudah membayang di ingatan pemilih.
"Dilan itu bukanlah tagline yang out of the box. Jadi bukan sesuatu yang keluar dari konteksnya. Ini adalah konteks di mana tagline itu biasa didengarkan oleh masyarakat terutama di segmen pemilih pemula," papar Sukri.
Baca Juga: Peluang ADAMA di Pilkada Makassar, Pemilih Masih Anggap Danny Petahana
1. Menggaet pemilih millennials tidak mudah
Meski begitu, mengggaet suara pemilih muda bukan hal yang mudah. Menurut Sukri, semua paslon juga akan berupaya memaksimalkan proses pilkada ini di segmen pemilih muda dengan jumlahnya yang besar itu. Belum lagi anak muda yang kerap masih apatis terhadap politik.
Upaya yang harus dilakukan oleh Ical-Fadli untuk mendekati segmen pemilih tersebut tidak hanya sekedar memperkenalkan diri untuk mendapatkan simpati, tapi juga memastikan mereka mau memilih.
"Ini memang juga sangat penting karena itu kemudian tentu saja upaya mereka adalah mendorong para pemilih pemula ini mau menggunakan hak pilihnya dan menggunakan isu-isu lebih milenial untuk menarik perhatian agar mereka mau ke kotak suara," kata Sukri.
Sebenarnya untuk menggaet pemilih pemula ke kotak suara, tambah Sukri, bukan saja tugas dari tiap paslon tapi juga tugas dari penyelenggara. Harus ada faktor-faktor yang bisa memberikan rasa keinginan bagi para pemilih pemula untuk datang memilih.
Misalnya, kata dia, menyosialisasikan tentang menjadi pemilih itu keren atau ikut pemilu itu adalah jiwa millennials. Hal-hal seperrti inilah yang semestinya dibangkitkan sebab segmen ini yang akan menjadi rebutan.
"Karena jumlahnya cukup signifikan maka saya kira ini bisa jadi sangat menentukan. Jadi pasangan yang bisa memanfaatkan dan bisa mengambil banyak simpati dari segmen ini akan punya kans menang yang cukup besar," jelas Sukri.
Baca Juga: Peluang IMUN di Pilkada Makassar: Perpaduan Klan Limpo-Nurdin Halid
Baca Juga: Kans Appi-Rahman di Pilkada Makassar: Masih di Top of Mind Pemilih