Tim Unhas dan Ehime Jepang Teliti Likuefaksi di Palu dan Sigi

Digelar penggalian di titik lokasi pergeseran tanah

Makassar, IDN Times - Universitas Hasanuddin melalui Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Studi Kebencanaan, bersama Tim Studi Kebencanaan Universitas Ehime Jepang, menggelar riset soal likuefaksi di Sulawesi Tengah. Fenomena pencairan dan pergeseran tanah terjadi di Palu dan Sigi saat bencana gempa bumi, pada 28 September 2018.

Tim riset Unhas dan Ehime menggelar penelitian pada salah satu lokasi likuefaksi, di Sibalaya, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi. Tim berada di lapangan sejak Minggu (23/6) lalu, dan rencananya akan bekerja selama 14 hari.

"Tujuan riset ini untuk mencari tahu mekanisme yang menyebabkan terjadinya likuefaksi pada saat bencana alam tersebut," kata Humas Unhas Ishaq Rahman melalui keterangan tertulis kepada IDN Times di Makassar, Kamis (27/6).

1. Tim riset cari sumber likuefaksi lewat penggalian

Tim Unhas dan Ehime Jepang Teliti Likuefaksi di Palu dan SigiANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Riset Unhas dan Ehime difokuskan pada penggalian titik-titik tertentu untuk mengkaji fenomena likuefaksi yang melanda Palu dan sekitarnya. Bencana ini dianggap menghebohkan dunia internasional, khususnya jajaran peneliti geologi, karena sangat jarang terjadi.

Sibalaya dipilih karena lokasinya dianggap sangat ideal untuk penggalian atau ekskavasi. Sehingga diharapkan sumber likuefaksi bisa diketahui. Ketika gempa bumi melanda Sulteng, daerah Sibalaya mengalami pergeseran sejauh kurang lebih 500 meter dari tempat asalnya.

Baca Juga: Unhas Gelar Seminar dan Penghargaan Khusus bagi Prof Sangkot Marzuki

2. Hasil penelitian bakal jadi referensi mitigasi kebencanaan

Tim Unhas dan Ehime Jepang Teliti Likuefaksi di Palu dan SigiDok. IDN Times/Istimewa

Kepala Puslitbang Kebencanaan Unhas Dr Adi Maulana menjelaskan, kerja sama riset didasarkan oleh nota kesepahaman antara Unhas dan Ehime. Tim Melakukan penggalian di beberapa titik dengan menggunakan alat berat, sedalam kurang lebih 5-7 meter, dan lebar 3-4 meter.

Ke depan, hasil riset diharapkan dapat mengungkap mekanisme likuefaksi dan menjadi referensi mitigasi kebencanaan. Dari hasil penelitian bisa diupayakan mengurangi risiko bencana agar korban bisa diminimalkan.

"Penelitian ini juga akan sangat penting untuk dijadikan acuan dalam meninjau tata ruang di wilayah-wilayah rawan gempa di tempat lain, agar korban jiwa maupun harta bisa diminimalkan,” kata Adi Maulana.

3. Pemerintah segera bentuk pusat penelitian likuefaksi

Tim Unhas dan Ehime Jepang Teliti Likuefaksi di Palu dan SigiANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah merencanakan pengembangan pusat penelitian terkait likuefaksi dengan melibatkan banyak praktisi internasional. Pusat penelitian jadi salah satu pintu mitigasi agar Indonesia lebih aman dan tangguh bencana.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan, pusat penelitian akan diberi nama Nalodo Center. Nalodo diangkat dari bahasa lokal di Sulteng, yang berarti terkubur lumpur atau tanah yang tenggelam. Nalodo Center diyakini bakal  meningkatkan pemahaman terkait likuefaksi melalui penelitian yang maju dan inovatif, termasuk pengembangan dan penyebaran sistem teknologi canggih.

"Saya ingin meningkatkan kesadaran dunia khususnya untuk negara-negara tertentu yang mungkin memiliki kondisi geologis serupa seperti Palu. Lewat pusat penelitian tersebut, diharapkan dapat dihasilkan penelitian likuifikasi yang semakin kaya dan berkualitas tinggi di seluruh dunia,” ujar Menteri Basuki pada pertemuan tematik Air dan Bencana di Markas Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Senin (24/6) lalu.

Baca Juga: Sopir Angkot Nyaris Perkosa Penumpangnya di Kampus Unhas

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya