Respons Pemda soal Bangunan SD Negeri Mirip Kandang Ternak di Wajo

- Pemkab Wajo akan mengembalikan siswa dari sekolah darurat ke sekolah induk karena tidak memenuhi syarat untuk pembangunan fasilitas baru.
- Sekolah viral yang disebut mirip kandang ternak ini sebenarnya merupakan kelas darurat yang dibuka 15 tahun lalu untuk memudahkan akses siswa yang tinggal jauh.
- Pemkab Sidrap bersedia menerima mutasi 23 siswa asal daerahnya, tetapi usulan ini menuai pro dan kontra di tingkat masyarakat.
Makassar, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel), menanggapi perihal viral bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 408 Ongkoe, yang disebut mirip bangunan kandang ternak dengan lantai tanah dan dinding papan.
Pemkab Wajo melalui Dinas Pendidikan setempat pun merancang skema pengembalian siswa dari sekolah darurat itu ke sekolah induk, karena jumlah siswa yang tidak memenuhi syarat untuk pembangunan fasilitas baru. Pemkab bahkan akan menyediakan sepeda untuk memudahkan akses bagi mereka yang rumahnya jauh.
"Solusi kami dan petunjuk Bapak Bupati juga setelah saya laporkan bahwa sekolah ini kita kembalikan ke induknya. Anak-anak yang jaraknya jauh kita belikan sepeda," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo, Alamsyah, saat diwawancarai IDN Times via telepon, Rabu (21/5/2025).
1. Kelas yang jauh dari sekolah induk

Alamsyah, menyebut sekolah yang viral karena disebut mirip kandang ternak ini bukanlah sekolah mandiri. Sekolah ini hanya kelas jauh dari sekolah induk yang berjarak lebih dari satu kilometer.
Dia menyebut ini merupakan kelas darurat yang dibuka sekitar 15 tahun lalu sebagai inisiatif kepala sekolah sebelumnya. Pendirian kelas ini untuk memudahkan akses siswa yang tinggal jauh dari lokasi sekolah induk.
"Jumlah siswanya hanya 25 semua. Dari 25 siswa itu, 23 siswa berwarga Kabupaten Sidrap, 2 orang berwarga Kabupaten Wajo karena memang berada di perbatasan," kata Alamsyah.
2. Opsi mutasi siswa ke Sidrap

Karena sebagian besar siswanya berdomisili di Sidrap, maka muncul opsi lain dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap. Pemkab Sidrap yang bersedia menerima mutasi 23 siswa asal daerahnya.
" Dari Kabupaten Sidrap itu kepala dinasnya mendatangi kami, malah solusinya adalah dari mereka. Mereka meminta yang berwarga Sidrap mau dimutasikan ke Kabupaten Sidrap. Jadi 23 orang itu sudah ada nama-namanya," kata Alamsyah.
3. Opsi mutasi menuai pro dan kontra

Meski demikian, usulan pindah ke Sidrap itu menuai pro dan kontra di tingkat masyarakat. Alamsyah mengaku telah mengundang pihak-pihak terkait mulai dari camat, kepala desa, komite sekolah, dan orang tua siswa untuk merumuskan solusi bersama.
"Laporan dari kepala desanya itu ada pro kontra. Ada yang mau pindah, ada yang mau bertahan sehingga cari jalan tengahnya. Kami akan berembuk apa solusi yang terbaik terkait dengan sekolah ini," kata Alamsyah.