Menteri Pertanian Jamin Indonesia Aman dari Krisis Pangan Global

- Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, memastikan stok pangan Indonesia aman dari krisis global.
- Penguatan sektor pertanian telah menunjukkan hasil positif, termasuk dalam penyediaan pupuk dan pengelolaan irigasi yang lebih merata.
- Kebijakan ekspor-impor pangan selalu berpihak pada kepentingan rakyat kecil, sementara harga komoditas seperti kelapa, kakao, dan cengkeh mengalami lonjakan signifikan.
Makassar, IDN Times - Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, memastikan bahwa Indonesia dalam kondisi aman dari ancaman krisis pangan global. Hal itu dia sampaikan dalam wawancara usai menghadiri Pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) XII Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dan Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) XXV di Makassar, Kamis (10/4/2025).
"Sektor pangan sudah menunjukkan progres yang baik karena semua stok pangan kita di bulan suci Ramadan dalam kondisi aman. Kita tahu negara tetangga; Malaysia, Filipina, dan Jepang krisis pangan. Alhamdulilah kita aman-aman saja," kata Amran.
1. Sebut upaya penguatan sektor pertanian telah menunjukkan hasil positif

Amran menyebutkan, upaya penguatan sektor pertanian telah menunjukkan hasil positif. Hal ini termasuk dalam penyediaan pupuk dan pengelolaan irigasi yang lebih merata.
"Apa keluhannya? Contoh, pupuk sudah selesai. Irigasi sudah selesai. Stok aman. Jadi kata kuncinya adalah meminta kepada seluruh kabinet berpihak pada rakyat kecil, berpihak pada yang lemah, berpihak pada Merah Putih, berpihak pada negara Indonesia. Jadi jangan diartikan secara parsial. Itu harus dipahami secara holistik," katanya.
2. Tegaskan kebijakan ekspor-impor pangan selalu berpihak pada rakyat kecil

Amran juga menegaskan kebijakan pemerintah, termasuk dalam hal ekspor-impor pangan, selalu berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Dia mengutip arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan agar pemerintah tidak menyakiti rakyat kecil dalam setiap kebijakan teknis.
"Makna yang disampaikan Bapak Presiden kata kuncinya adalah jangan pernah menyakiti yang kecil. Harus berpihak pada rakyat kecil. Itu persoalan ekspor impor adalah teknis. Tapi manakala rakyat membutuhkan, itu kita lakukan. Manakala rakyat tidak membutuhkan, itu kita tidak lakukan," tegasnya.
3. Harga komoditas naik, petani diuntungkan

Di sisi lain, situasi global yang tidak menentu justru memberi berkah bagi petani Indonesia. Harga sejumlah komoditas seperti kelapa, kakao, dan cengkeh mengalami lonjakan signifikan.
"Ekspor nilainya naik. Kelapa dulu nilainya Rp4.000 (per butir) sekarang Rp7.000, Rp10.000. Tapi tidak boleh karena ada yang terkena (dampak). Tapi di sisi lain, itu berkah bagi petani kakao, cengkeh, coklat, kelapa dan CPO (Crude Palm Oil)," ungkapnya.
Meski demikian, dia mengingatkan agar keberhasilan sektor pertanian tidak membuat lupa akan kesulitan sektor lain. Walau bagaimana pun krisis tetap harus ditangani.
"Tapi ini kita tidak boleh berbahagia di atas penderitaan sektor lain kan. Kalau pertanian ditanya, banyak petani tanya Pak menteri, kapan lagi krisis. Duh kamu itu ya. Itu tidak memikirkan saudara kita semua. Benar kan," katanya.