Dua Gedung DPRD di Makassar Dibakar, Polisi: Kami Memantau dari Jauh

Makassar, IDN Times – Kericuhan besar yang berujung pembakaran Gedung DPRD Kota Makassar, DPRD Sulsel, dan sejumlah pos polisi pada Jumat (29/8/2025) malam, menimbulkan pertanyaan publik soal keberadaan aparat keamanan di lokasi kejadian.
Publik menilai pihak kepolisian menghilang saat aksi kericuhan terjadi yang menyebabkan empat orang terpaksa meregang nyawa. Bahkan masyarakat menyebut ini adalah bentuk kelalaian polisi dalam menjaga keamanan di Kota Makassar.
1. Kapolrestabes: kami ada di lokasi

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menepis isu yang menyebut polisi sengaja menghilang saat massa mulai anarkistis. Ia menegaskan bahwa polisi tetap berada di lapangan saat insiden berlangsung.
"Polisi ada, kami ada di tempat di pos lantas (flyover) yang dibakar, yang dilempari bom molotov. Kami ada di situ. Di DPRD pun sebenarnya ada anggota POM. Hanya saja, karena jumlah massa yang cukup banyak dan peralatan kami terbatas, kami memutuskan untuk memantau dari jauh," kata Arya, Senin (1/9/2025).
2. Massa terlalu besar, perbantuan terhambat

Menurut Arya, sebelum melakukan pergerakan, pihaknya sudah meminta bantuan dari TNI. Namun, kepadatan massa yang mencapai lebih dari 3.000 orang membuat TNI maupun pemadam kebakaran tidak bisa bergerak cepat.
"Perbantuan dari polisi juga terpecah di beberapa titik sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penghalauan massa yang sudah anarkis," jelasnya.
3. Polisi akui ada toleransi demonstrasi hingga malam

Arya juga menyinggung pertanyaan publik soal kenapa aksi yang biasanya dibubarkan pukul 18.00 WITA, kali ini dibiarkan berlanjut. Arya mengaku pihaknya memberi toleransi agar massa bisa menyampaikan aspirasi lebih lama.
"Kami sudah imbau, walaupun sudah lewat jam 6. Tapi karena massa jumlahnya cukup besar dan masih berorasi, kami beri kesempatan. Namun, situasi dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang sejak awal sudah memantau," ungkapnya.
Arya menegaskan, kepolisian tidak pernah sengaja meninggalkan lokasi. Namun, kondisi massa yang masif dan mulai anarkis membuat aparat memilih langkah pengamanan bersama TNI sambil memantau situasi.
"Cuma memang hari itu kondisi massa sudah melewati angka 3000 dan kondisinya sudah anarkis. Sehingga, kami memantau saja," tandasnya.