Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Pedagang Kanrerong: Sebelum Pandemik Saja Sudah Sepi

Kawasan kuliner Kanrerong di Lapangan Karebosi Makassar. IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - Hampir dua tahun pandemik COVID-19 melanda Indonesia, termasuk di Kota Makassar. Pemerintah setempat pun menerapkan kebijakan pembatasan yaitu pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4.

Pedagang di kawasan kuliner Kanrerong, Jalan RA Kartini, pun turut merasakan dampak pandemik COVID-19 dan PPKM itu. Meski pandemik dengan segala pembatasannya, mereka harus tetap bekerja.

Kiki (34), penjual nasi campur di kawasan Kanrerong, tepatnya yang berhadapan dengan Bank Mandiri, menceritakan bagaimana pandemik membuatnya tetap harus bertahan. Dia bercerita bahwa pelanggan memang tak pernah terlalu ramai sebelum masa pandemik.

"Biar tidak pandemik sepi apalagi ini pandemik tambah sepi. Dulu biasa buka sampai jam 1 malam, tapi sekarang hanya jam 10, ikut sama pemerintah," kata Kiki saat berbincang dengan IDN Times, Kamis (5/8/2021).

Sehari-hari, Kiki berjualan sejak pukul 06.00 WITA. Sejak pagi hingga malam, kata dia, tetap ada pembeli namun porsinya tidak menentu. Kadang ada kadang juga tidak.

"Namanya juga jualan. Kita tidak tahu kapan ada pembeli. Sepi-sepi memang karena jarang menang banyak orang duduk," katanya.

1. Mengandalkan layanan pesan antar

Kawasan kuliner Kanrerong di Lapangan Karebosi Makassar. IDN Times/Asrhawi Muin

Menurut Kiki, pelanggan banyak yang takut duduk dan nongkrong lama di depan karena takut jika dirazia petugas. Namun hal itu berbeda jika siang hari di mana masih ada orang yang biasa duduk lama.

"Selama ada Satpol datang, semua orang takut duduk. Jangan sampai diusir. Selama ada PPKM, anak-anak takut nongkrong karena kebetulan duduk langsung ada petugas," kata ibu tiga anak ini.

Kiki mengaku selama ini tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Namun dia masih bersyukur karena meskipun sedikit orang yang nongkrong di kiosnya, namun dia masih bisa melayani pembeli melalui layanan pesan antar.

Lokasinya yang berhadapan langsung dengan kantor Bank Mandiri dan RS Siti Khadijah membuatnya banyak menerima pesanan antar melalui telepon.

"Jadi mengandalkan telepon kalau dilarang makan di sini. Kan kita sudah dikenal sama pegawai rumah sakit, pegawai bank. Jadi biar mereka tidak turun makan, kita ditelepon untuk antarkan makanan," kata Kiki.

2. Berjualan karena kena PHK

Kawasan kuliner Kanrerong di Lapangan Karebosi Makassar. IDN Times/Asrhawi Muin

Andi Ira (41) pedagang di Kanrerong yang berjualan nasu palekko dan minuman dingin juga membagikan ceritanya berjualan selama masa pandemik COVID-19. Berbeda dengan Kiki, Andi Ira justru termasuk pedagang baru.

Pilihannya untuk membuka kios di sana karena dia mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari kantornya tahun 2020 lalu. Sebelum berjualan di Kanrerong, dia merupakan karyawan di salah satu perusahaan konstruksi terkenal.

"Kita di-PHK jadi buka tempat di sini. Saya langsung beli dua kios. Lumayan daripada tidak ada dikerja. Enak juga kan kalau punya usaha sendiri," katanya.

Meski ada pembatasan, namun Andi Ira bersyukur karena pembelinya tidak berkurang. Untuk menjalankan usahanya itu, dia merekrut dua orang karyawan karena dia tak bisa bekerja sendirian, apalagi penjualannya juga mengandalkan daring.

"Karena biasa kewalahan kan kalau banyak pesanan lewat aplikasi ojek online," katanya.

3. Memilih mematuhi aturan

Kawasan kuliner Kanrerong Lapangan Karebosi di Makassar. IDN Times/Asrhawi Muin

Bagi Andi Ira, kebijakan PPKM memang memberatkan pedagang. Tapi dia menyambut baik karena adanya pelonggaran batas jam operasional hingga jam 22.00 WITA. 

"Kebijakannya juga Pak Wali pertama dikasih waktu jam 8 harus tutup, lanjut lagi jam 5. Tapi sekarang dikasih longgar, alhamdulilah," katanya. 

Setiap pagi, Andi Ira harus berangkat dari rumahnya di Jalan Pettarani 3 menuju ke Kanrerong. Meski menggunakan sepeda motor, namun dia tetap menikmati pekerjaannya.

"Kalau sudah salat Subuh jalan, singgah belanja di Pasar Terong. Kalau tutup kadang jam 10, kadang jam setengah 10. Kita ikuti peraturan sajalah," katanya.

Dia juga sempat merasakan prihatin saat ada beberapa pedagang di sana yang kedapatan melanggar oleh petugas. Meja dan kursi pun terpaksa disita. Namun Ira sendiri lebih memilih menaati aturan karena tak mau bernasib serupa.

"Sering datang petugas karena mereka juga kan sedang menjalankan tugas. Saya pernah buka tapi langsung tutup saat ada petugas. Itu tetanggaku diambil meja kursinya karena buka lewat jam 10. Jadi kita ikuti aturannya yang berlaku," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ashrawi Muin
Aan Pranata
Ashrawi Muin
EditorAshrawi Muin
Follow Us