Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Fakta Kehidupan Manusia Bertopeng dari Teori Dramaturgi, Terlibat?

Ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/geralt)
Intinya sih...
  • Teori dramaturgi menjelaskan kehidupan seorang aktor sebagai akting di atas panggung, dengan penonton sebagai masyarakat yang berinteraksi.
  • Seseorang yang menjadi aktor memiliki pesan dan tujuan khusus, seperti dalam wawancara kerja untuk menampilkan citra diri positif.
  • Setiap hari rajin latihan akting karena akting umumnya berlangsung lama dan harus konsisten dalam menyampaikan pesan kepada penonton.

Sesuai dengan namanya, teori dramaturgi ini menjelaskan bagaimana kehidupan seseorang diibaratkan sebagai sosok aktor yang sedang akting di atas panggung. Yang mana sebuah drama tak luput dari sosok penonton. Maka, penonton dalam teori dramaturgi ini ialah masyarakat atau publik yang berinteraksi dengan pelaku sebagai aktor.

Teori dramaturgi sendiri merupakan buah pemikiran dari seorang sosiolog yang bernama Erving Goffman. Ilmuwan yang satu ini memusatkan perhatiannya pada aktor atau manusia yang senantiasa memakai topeng dalam kehidupannya. Meski dengan niatan yang tertentu, demi sesuatu yang penting, atau hal lainnya, yang namanya akting tetap tidak menjadi dirinya sendiri, ya. Berikut fakta kehidupan sang aktor yang senantiasa menggunakan topeng dalam kesehariannya.

1. Dalam berinteraksi, aktor menggunakan topeng sesuai tujuannya

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/sasint)

Teori dramaturgi menjelaskan layaknya sebuah drama yang memiliki pesan dan tujuan untuk disampaikan ke penonton. Misalnya drama perjuangan kisah cinta si kaya dan si miskin. Maka, pesan yang ingin disampaikan ke penonton ialah perjuangan untuk mendapatkan kebahagian cinta, ya.

Dengan begitu, seseorang dalam kehidupan nyatanya yang menjadi aktor tentu memiliki pesan dan tujuan khusus. Ya, saat dia akting, maka penampilannya akan fokus ditujukan untuk menunjukkan pesan yang dia bawakan.

Contoh sederhananya, ketika interview kerja dengan HRD, maka aktor akan akting menggunakan topeng dengan tujuan menampilkan citra diri yang positif. Ketika pesan tersebut sampai ke HRD sebagai penonton, maka pesar peluang si aktor untuk keterima kerja di situ, ya.

2. Menggunakan atribut akting untuk meyakinkan penonton

Ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/geralt)

Layaknya sebuah drama, teori dramaturgi ini menyebutkan bahwa seseorang yang menjadi aktor ini memiliki skenario untuk melancarkan aksi aktingnya. Skenario ini membantu memuluskan topeng yang dipakai saat di atas panggung, ya. Skenario tersebut mulai dari setting penampilan hingga gaya peran. Tentunya semua hal tersebut dijalankan supaya akting tampak seperti nyata, ya.

Contohnya, ketika akting sedang baik-baik saja, maka setting penampilan aktor membuktikan bahwa dirinya memang sedang dalam kondisi baik. Bukan malah sebaliknya, yakni dari ujung rambut sampai kaki acak-acakan, mata sembab, dan sejenisnya. Begitu pula dengan gaya peran, aktor akan memerankan karakter orang yang sedang baik-baik saja. Aktor akan memaksimalkan penampilannya yang sudah cocok itu dengan gaya bicaranya yang juga harus meyakinkan.

3. Ada panggung belakang sebagai tempat berlatih

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Polina Sirotina)

Fakta selanjutnya dari kehidupan manusia bertopeng dari teori dramaturgi yakni adanya backstage sebagai tempat latihan akting, nih. Jelas bahwa drama yang ingin berjalan sukses, maka harus ada latihan terlebih dahulu, ya.

Mengapa perlu latihan? Jelas secara logika peran yang dimainkan itu ialah sosok orang lain, bukan diri aktor sendiri. Sehingga, jika ingin tampak nyata di depan target sebagai penonton, maka ya harus giat latihan.

Itulah fakta kehidupan manusia bertopeng, setiap hari rajin latihan akting. Hal tersebut karena akting yang dijalankan umumnya berlangsung secara jangka panjang atau dengan jumlah penonton yang banyak. Sehingga, kualitas akting di setiap waktunya harus stabil. Terlebih juga pesan yang disampaikan dari interaksi dengan penonton satu dan lainnya harus konsisten.

4. Ada panggung belakang sebagai tempat istirahat dan membuka topeng jadi diri sendiri

ilustrasi orang merenung (pixabay.com/JerzyGorecki)

Secara lebih kompleks, backstage bukan hanya sebagai tempat latihan, melainkan juga tempat istirahat, nih. Secara logika, siapa sih yang tidak lelah seharian akting menjadi sosok orang lain? Tentunya seluruh pikiran dan tenaga terkuras di situ, ya.

Jadi, dalam teori dramaturgi dijelaskan bahwa aktor bisa beristirahat di backstage. Terlebih lagi, aktor juga bisa menjadi dirinya sendiri di sini, tanpa akting dan pakai topeng. Bahkan, di backstage juga boleh lelah, boleh menangis, ketika akting itu dilakukan atas paksaan keadaan. Pun boleh berbahagia ketika tujuan baik dari akting itu tercapai, nih.

Pada akhirnya, ibarat dua mata pisau, teori dramaturgi ini bisa bermanfaat tapi juga bisa menyengsarakan aktornya. Hal tersebut mengingat, terkadang akting memang dibutuhkan untuk berbagai tujuan baik. Namun, akting juga bisa menyiksa ketika terpaksa oleh keadaan dengan tidak bisa menjadi diri sendiri, ya. Kalau kamu sendiri, apakah tertarik untuk menggunakan topeng dalam situasi dan kondisi tertentu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us