Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

[KLASIK] PSM Makassar di Aga Khan Gold Cup 1960, Awal "DNA Asia" Terbentuk

Para pemain PSM Makassar sebelum jalani salah satu pertandingan Kejurnas PSSI 1959 di Lapangan IKADA Jakarta. (Dok. Repro. Harian Kedaulatan Rakyat edisi Agustus 1959)

Makassar, IDN Times - Jauh sebelum Asian Champion Club Tournament atau AFC Champions League, Aga Khan Gold Cup pernah dipandang sebagai kejuaraan antarklub Asia paling bergengsi. Ini lantaran turnamen tahunan yang berlangsung di Pakistan Timur (kini Bangladesh) tersebut mempertemukan banyak tim-tim papan atas.

Indonesia pernah beberapa kali mengirimkan wakil ke Aga Khan Gold Cup. Mulai dari Timnas Indonesia, Indonesia U-23, Persib Bandung, Persija Jakarta, PSMS Medan hingga Niac Mitra. PSM Makassar pun pernah mencicipi kerjasnya Aga Khan Gold Cup, dan ini terjadi pada edisi 1960 yang diikuti oleh 23 tim.

Yang unik, inilah ajang internasional tingkat Asia pertama yang diikuti oleh PSM sepanjang sejarah. Melawat ke Dhaka, tim yang saat itu dilatih E.A. Mangindaan tersebut mengusung misi lain, yakni persiapan jelang Babak 7 Besar alias penentuan pemenang Kompetisi Perserikatan PSSI edisi 1959-1961.

1. Saat itu PSM Makassar diperkuat oleh Ramang, Suardi Arland hingga Icing Pasande

Legenda PSM Makassar, Ramang, saat memperkuat Timnas Indonesia dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 1958 Zona Asia melawan China di Stadion Ikada Jakarta pada 12 Mei 1957. (Dok. Repro. Pikiran Rakyat edisi 13 Mei 1957, Koleksi Perpustakaan Nasional RI)

PSM saat itu memang tengah berada di puncak performa. Mereka berhasil menjadi jawara Wilayah Timur, satu tiket ke fase penentuan juara berhasil diamankan. Dengan ambisi meraih gelar nasional, uji coba di kancah internasional menjadi pilihan tepat untuk mematangkan tim.

Skuat PSM yang berlaga di Aga Khan Gold Cup 1960 diisi oleh nama-nama legendaris. Di bawah mistar gawang ada Frans Tjong, mengganti Maulwi Saelan yang baru saja pensiun. Lini belakang diperkuat barisan palang pintu tangguh seperti Thomas Rairatu, Dolfin Mangundap, Icing Pasande, Jhon Simon, dan Idris Mappakaya.

Di lini serang, nama Ramang menjadi primadona. Sang "Macan Bola" disokong oleh Nursalam, Suwardi Arland, Kurnia, Manan, dan Frans Jo. Kombinasi pemain-pemain tersebut, dipadukan dengan strategi ofensif nan atraktif, membuat PSM menjadi tim yang menakutkan pada era tersebut. Banyak surat kabar Indonesia waktu itu bahkan menjuluki PSM sebagai "sirkus bola".

2. PSM Makassar takluk 4-1 dari Mohammedan SC pada partai final Aga Khan Gold Cup 1960

Para pemain klub sepak bola asal Kolkata (India), Mohammedan SC, pada tahun 1961. (Wikimedia Commons)

Di Aga Khan Gold Cup 1960, PSM langsung menunjukkan dominasi. Pada 3 Oktober 1960, mereka melibas Al-Hilal (Gujranwala) dengan skor telak 8-1. Laju impresif berlanjut di partai semifinal (9 Oktober 1960), saat tim lokal Dacca Wanderers dihancurkan 8-0.

Dengan dua kemenangan telak ini, media-media setempat langsung menjagokan Ramang dan kawan-kawan menjadi juara. Terlebih agresivitas serangan mereka sulit ditandingi oleh tim-tim Pakistan dan India yang berpartisipasi. Tapi yang terjadi di final justru menjadi antiklimaks.

Tim asal Kolkata (India), Mohammedan SC, menghentikan laju kencang tamu asal Makassar. Di hadapan 40 ribu penonton yang memadati National Stadium Dhaka pada 10 Oktober 1960, PSM takluk dengan skor 4-1. Nursalam jadi pencetak satu-satunya gol balasan di laga tersebut. Surat kabar India, The Daily Star, dalam artikel tahun 2008 menulis bahwa PSM langsung dibuat tak berkutik sejak awal pertandingan. Agaknya, permainan menyerang membuat stamina para pemain terkuras, terlebih waktu rehat mereka sangat tipis.

3. Aga Khan Gold Cup 1960 jadi awal PSM Makassar membentuk "DNA Asia" yang bertahan hingga sekarang

Aksi pemain PSM Makassar, Victor Luiz, dalam laga semifinal leg pertama ASEAN Club Championship (ACC) 2024/2025 melawan Cong An Ha Noi FC yang berlangsung di Stadion BJ Habibie Parepare, 2 April 2025. (Dok. Ofisial PSM Makassar/Agung Dewantara)

Sekembalinya dari Dhaka, PSM Makassar melanjutkan tur dengan jalani beberapa laga persahabatan di Singapura. Kabar tentang capaian runner-up PSM membuat beberapa tim-tim lokal Negeri Singa ikut penasaran ingin menjajal kemampuan mereka.

Seperti dihimpun dari RSSSF, pada 17 Oktober 1960, PSM berhasil mengalahkan tim gabungan Singapore Combined Division One Clubs. Tur ditutup pada 21 Oktober 1960, saat PSM harus mengakui keunggulan kesebelasan Singapore Sino-Malays dengan skor 2-1.

Kendati pulang dari Aga Khan Gold Cup 1960 dengan tangan hampa, PSM Makassar sukses membentuk awal "DNA Asia" dari turnamen tersebut. Tradisi tampil spartan saat terjun ke ajang internasional masih dilanjutkan hingga sekarang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us