Ngudud di Masa Wabah: Fakta-fakta tentang Merokok dan Virus Corona 

Apa benar virus corona bisa menular melalui asap rokok?

Makassar, IDN Times - Seiring dengan bukti bahwa virus corona penyebab wabah COVID-19 menyerang paru-paru, meningkat pula anggapan bahwa perokok aktif kini menjadi kelompok paling rentan. Nyebat alias ngudud atau merokok malah bikin was-was ketimbang di situasi normal.

Masih merokok di masa wabah? Oke, itu hak kamu. Tetapi mulai pertimbangkan untuk berhenti secara perlahan, ya. Fakta bahwa organ paru-paru, organ tubuh paling menderita akibat aktivitas merokok, kian terancam akibat corona jelas gak bisa dielakkan.

Nah, berikut ini IDN Times coba menjabarkan beberapa fakta terkait rokok dan virus corona.

1. Benar gak sih COVID-19 bisa menyebar lewat asap rokok?

Ngudud di Masa Wabah: Fakta-fakta tentang Merokok dan Virus Corona Pexels.com/Petar Starčević

Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), belum ada penelitian spesifik membuktikan bahwa virus corona baru tersebut menular lewat perantara asap rokok yang diembuskan oleh orang yang sudah lebih dahulu terinfeksi.

"Penularan COVID-19 itu melalui percikan (droplets), lalu apakah dengan asap rokok tadi bisa menularkan? Belum ada penelitian (soal itu)," kata dr. Daeng M. Faqih selaku Ketua Umum PB IDI seperti dikutip dari Antara.

Sama seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang, virus tersebut menyebar lewat droplets dari orang terinfeksi yakni air liur, bersin, dan batuk.

Memang sih belum ada penelitian untuk mencari tahu penyebaran COVID-19 lewat asap rokok. Lagi-lagi physical distancing serta pembatasan sosial jadi jurus jitu memutus mata rantai penularan.

2. "Tutup semua bilik merokok!"

Ngudud di Masa Wabah: Fakta-fakta tentang Merokok dan Virus Corona freepik.com/nensuria

Japan Society for Tobacco Control pada 12 Maret silam telah menerbitkan surat tertulis meminta pihak perusahaan, pengelola gedung dan hiburan malam agar menutup bilik khusus merokok. Menurut Dr. Tetsuro Ishizawa, seorang kepala klinik di distrik Ginza, ilmuwan pemerintah Jepang sepakat ada tiga kondisi yang membuat COVID-19 menyebar.

"Saat kedap udara dan ventilasi buruk, di mana orang berbicara satu sama lain dalam jarak dekat, dan di mana ada banyak orang berkerumun saling berdekatan. Bilik merokok di dalam bangunan bisa dikatakan memenuhi ketiga kondisi tersebut," ujar Dr. Tetsuro seperti dikutip dari harian Mainichi Shimbun.

Gak sampai di situ, perokok juga lebih mungkin tertular jika masih belum mengubah kebiasaan menggunakan tangan yang gak dicuci ketika merokok atau melinting tembakau.

Baca Juga: Jubir Virus Corona kepada Perokok: Berhenti, Jangan Tunggu COVID-19!

3. Menyoal statistik... (Sebab angka gak bisa bohong)

Ngudud di Masa Wabah: Fakta-fakta tentang Merokok dan Virus Corona Warga menggunakan masker untuk mencegah penularan virus corona saat melihat lowongan pekerjaan di West Coast New Area di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada 8 April 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

Namun dalam sebuah artikel di New England Journal of Medicine pada 28 Februari 2020, dijabarkan bahwa kurang dari 15 persen pasien COVID-19 di Tiongkok adalah perokok aktif atau mantan perokok. Wow, banyak juga ya?

Puluhan peneliti yang tergabung dalam China Medical Treatment Expert Group for COVID-19 menemukan fakta bahwa merokok bisa meningkatkan level parahnya penyakit yang diderita. Dari 1.099 pasien yang diteliti, potensi menderita gejala berat jadi 1,4 kali lebih berat dan 2,4 kali lebih mungkin mendapat perawatan intensif di ICU.

Dari 173 pasien dengan gejala parah, 16,9% dari mereka adalah masih menjadi perokok aktif dan 5,2% adalah mantan perokok. Sementara untuk pasien dengan gejala sedang, 11,8% di antaranya adalah perokok aktif dan 1,3% pernah merokok.

Lebih lanjut, sebuah penelitian berskala kecil menyebut bahwa dari 78 orang pasien positif, statistik jumlah perokok yang kondisinya memburuk selama jalani perawatan lebih tinggi ketimbang menunjukkan peningkatan kondisi atau malah berhasil pulih.

4. Bahayanya penyakit bawaan hasil merokok

Ngudud di Masa Wabah: Fakta-fakta tentang Merokok dan Virus Corona unsplash.com/@averey

Meski hasil penelitian tersebut memang penting, sama sekali gak dijabarkan tingkat kematian perokok dan mantan perokok yang terinfeksi COVID-19 secara rinci. Namun, perokok aktif adalah orang-orang dengan potensi atau telah menderita penyakit bawaan seperti gangguan pernapasan dan pneumonia.

Para perokok aktif pun berpotensi bakal menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), sejenis penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang akibat virus. Semuanya bisa membuat perokok yang terinfeksi virus ini berada dalam situasi gawat.

Berbicara kepada Forbes, J. Taylor Hays, MD, selaku Direktur Ketergantungan Nikotin di Mayo Clinic di Kota Rochester, Minnesota AS menyebut masa #dirumahaja bisa dimanfaatkan untuk berhenti merokok sekaligus meningkatkan kualitas paru-paru.

"Saya mengerti bahwa ketika orang-orang stres, mereka mencari metode untuk melampiaskan rasa stres (termasuk merokok). Saya sarankan kepada mereka, coba cari metode yang lain. Ini kesempatan yang baik untuk berhenti merokok, bahkan berhenti merokok sebentar bisa meningkatkan kualitas paru-paru," ujar Taylor.

Baca Juga: IDI: Belum Ada Penelitian Asap Rokok Bisa Tularkan Virus Corona

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya