Penjual Tuak Toraja Tak Gentar Bersaing dengan Minuman Bermerek

Tuak disukai warga Toraja karena murah dan berbahan alami

Makassar, IDN Times - Belum lama diterbitkan, Presiden Joko "Jokowi" Widodo akhirnya mencabut aturan tentang legalisasi investasi minuman keras (miras) yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.

Perpres tersebut sempat terdengar oleh Cristian Dala (47), seorang pedagang tuak di Kecamatan Kesu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

"Sempat memang saya dengar, tapi saya tidak begitu tahu itu aturan," kata Cristian saat berbincang dengan IDN Times lewat sambungan telepon, Jumat (5/3/2021) malam.

1. Mengetahui informasi soal Perpres Investasi Miras dari media dan konsumen

Penjual Tuak Toraja Tak Gentar Bersaing dengan Minuman BermerekIlustrasi minuman keras, IDN Times/ istimewa

Cristian mengaku, selain melalui media, dia mendengar informasi itu dari beberapa orang pelanggan yang kerap singgah di kedai tuaknya. Kedai tuak sederhana miliknya sering dihampiri sejumlah warga sehabis bekerja dari ladang. "Bahas-bahas soal aturan (perpres) itu tapi saya tidak mengerti," ucapnya. 

Sebelum dicabut, Perpres yang ditandatangani Jokowi pada 2 Februari itu mengatur sejumlah poin tentang legalitas dan investasi miras di Indonesia. Jokowi memberi restu investasi bagi perdagangan eceran miras atau minuman beralkohol masuk daftar bidang usaha yang diperbolehkan dengan persyaratan tertentu.

Menurut Cristian, selama aturan itu tidak merugikan, kenapa tidak untuk disahkan saja oleh pemerintah. "Asalkan 'kan semua orang setuju. Tapi harus juga dijelaskan kenapa sampai dikasih aturan begitu. Karena pendapat orang 'kan beda-beda kalau soal minuman beginian (tuak)," ujar pria yang akrab disapa Tian ini.

2. Tak khawatir bersaing dengan miras bermerek

Penjual Tuak Toraja Tak Gentar Bersaing dengan Minuman BermerekIlustrasi Minuman Beralkohol (IDN Times/Arief Rahmat)

Tian mengungkapkan, tidak begitu khawatir apabila Perpres Investasi Miras tetap disahkan. Sebab, dia yakin minuman tuak buatannya mampu bersaing dengan produksi pemodal miras besar. Dia percaya, kualitas minuman tradisional jauh lebih disukai banyak orang.

"Kalau untuk yang minuman botolan itu 'kan pasti lebih mahal. Tapi kalau yang begini (tuak) banyak dicari orang karena terjangkau harganya," ucapnya. 

Apalagi menurut Tian, tuak bagi masyarakat di kampungnya sudah sejak turun temurun dikonsumsi oleh semua kalangan, termasuk perempuan. "Apalagi kalau ada acara adat 'kan, kami sudah biasa. Karena ini minuman tradisional, bahannya juga semua 'kan asalnya dari hutan (alam). Jadi memang masih alami," jelas Tian.

Baca Juga: Sebelum Komentar, Pahami Dulu Nih Poin Penting Perpres Investasi Miras

3. Omzet penjualan tuak turun sejak pandemik COVID-19

Penjual Tuak Toraja Tak Gentar Bersaing dengan Minuman BermerekIlustrasi. Tuak yang dikemas dalam jerigen. IDN Times/Imron

Sebagian besar pelanggan yang datang ke kedai milik Tian, memesan tuak yang disimpan di dalam botol air mineral. Ada juga yang memesan dalam jeriken berukuran 5 liter untuk dibawa pulang. Sebelum pandemik, kata Tian, dia bisa meraup keuntungan mencapai Rp250 ribu hingga Rp300 ribu dalam sehari. 

Namun, sejak pandemik COVID-19 melanda, penghasilannya pun turun drastis. "Orang 'kan biasa ragu mau kumpul-kumpul nanti ditegur. Jadi biasanya ada pesan baru dibawa pulang, atau kadang diantarkan kalau dekat," kata Tian.

Baca Juga: Mengenal Cap Tikus dan 4 Minuman Tradisional asal Sulawesi

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya