Istana: Butuh Gotong Royong untuk Penanganan COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Juru Bicara Presiden Republik Indonesia Fadjroel Rachman menyampaikan bahwa upaya penanganan COVID-19 butuh kerja sama semua pihak. Penanganan pandemik seperti ini, kata dia, tidak bisa didominasi oleh pihak tertentu.
Fadjroel mengingatkan soal konsep pentahelix, di mana ada lima unsur yang membangun kebersamaan. Yakni pemerintah, akademisi, pengusaha, media, dan masyarakat. Semua, kata dia, harus bersatu dalam menghadapi COVID-19.
"Metode pentahelix yang dibuat oleh pemerintah itu ingin memperlihatkan pemerintah bahwa ada akademisi, komunitas bisnis seperti BUMN dan swasta, ada masyarakat yang akan menjadi ujung tombak kedisiplinan, dan ada media," kata Fadjroel dalam seminar daring yang digelar Laboratorium Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis (21/5).
1. Pentahelix mudah diterapkan karena Indonesia punya budaya gotong royong
Menurut Fadjroel, konsep pentahelix mudah diterapkan di Indonesia karena masyarakat punya tradisi gotong royong. Apalagi menurut laporan Legatum Prosperity Index pada tahun 2019, Indonesia adalah negara dengan modal sosial tertinggi nomor lima di dunia.
Fadjroel menyebut bahwa modal sosial tersebut didasarkan kepada kepercayaan, rasa saling menghormati, serta menolong sesama masyarakat yang dilakukan secara kelompok atau individu.
"Ini yang menjadi modal sosial kita menghadapi apa yang kita sebut sebagai krisis pandemik ini," ujar dia.
2. Kehadiran pemimpin disebut penting dalam situasi krisis
Fadjroel menjelaskan, pemerintah harus menunjukkan kehadirannya di tengah krisis. Sebab masyarakat butuh kepemimpinan menghadapi situasi seperti saat ini.
Hal itu, menurutnya, sudah ditunjukkan oleh pemerintah melalui Presiden Joko Widodo.
"Saya menemukan sejak Januari sampai Mei ini, pemeritah Republik Indonesia bersama Presiden Jokowi sudah berhasil menampilkan moral leadership, rule of law leadership, institutional leadership, operational leadership, dan informational leadership," sebut dia.
3. Bupati Gowa: COVID-19 tidak melihat latar belakang
Bupati Gowa Adnan Puritha Ichsan yang juga turut menjadi pembicara dalam webinar, menyebut bahwa pemerintah adalah sebuah kesatuan dari tingkat pusat sampai desa. Saat menghadapi krisis seperti sekarang, dibutuhkan sinergi antara semua tingkatan pemerintah.
Lebih lanjut, Adnan menyebut penanganan COVID-19 bukan hanya kewajiban pemerintah. Masyarakat juga memegang peranan yang sama pentingnya.
"Bukan hanya sinergi antara pemerintah tetapi sinergi antara semua pihak yang ada. Seluruh komponen yang ada harus bersama-sama untuk menangani COVID-19 ini," ucap Adnan.
"Karena ini menjadi urusan kita bersama. COVID-19 ini tidak melihat latar belakang seseorang," Adnan melanjutkan.