TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Siswa Tunanetra di Makassar Tadarus dengan Alquran Braille, Khusyuk!

Tadarus digelar setiap selesai salat Magrib

Aktivitas tadarus Alquran berhuruf Braille di SLB-A Yapti Makassar, Minggu (25/4/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - Mereka memang tidak dapat melihat, tapi jangan ragukan kemahirannya membaca ayat suci Alquran. Dengan Alquran khusus berhuruf braille, mereka melantunkan ayat-ayat suci dengan khusyuk.

Seperti itulah aktivitas murid-murid Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra (SLB - A) Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia (YAPTI). Sekolah asrama ini berlokasi di Jalan Kapten Piere Tendean di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Di sini, para murid rutin menggelar tadarus Alquran. Ibadah ini digelar setiap hari, tidak hanya saat bulan Ramadan.

1. Harus dimulai dari pembelajaran huruf alfabet

Alquran Braille. IDN Times/Asrhawi Muin

Rahmawati Mangka selaku Kepala Panti menjelaskan penggunaan Alquran braille harus diawali dengan pembelajaran huruf alfabet. Sebab mereka tidak akan bisa membaca Alquran braille jika tidak mengenal huruf alfabet.

Setelah mengenal huruf alfabet dan sudah bisa membaca dengan lancar, barulah mereka diajarkan membaca Alquran braille.

"Jadi tidak akan pernah mereka bisa membaca Alquran braille kalau alfabetnya tidak dikuasai. Karena itu kan memang dari alfabetnya," kata Rahmawati saat ditemui IDN Times di ruang kerjanya, Minggu (25/4/2021).

Baca Juga: Masjid dan Gereja Bersebelahan, Bukti Kuatnya Toleransi di Makassar

2. Para murid diajar oleh alumni yang juga penyandang tunanetra

Aktivitas tadarus Alquran berhuruf Braille di SLB-A Yapti Makassar, Minggu (25/4/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Para murid diajar oleh guru-guru yang berpengalaman yang tak lain adalah alumni di sekolah itu. Ada juga para senior yang masih tinggal di panti yang sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

"Itu yang mengajarkan kepada adik-adiknya ataupun binaan yang baru masuk. Karena ada beberapa yang baru masuk memang belum pernah mereka tersentuh dengan braille, apalagi Alqurannya," kata Rahmawati.

Sebagai informasi, penghuni asrama sekolah ini mulai dari murid tingkat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Baca Juga: Kisah Nabila, Disabilitas Netra di Makassar Menulis Sejumlah Novel

Berita Terkini Lainnya