Organda Sulsel Nilai Ojol Day Makassar Diskriminatif pada Sopir Angkot
Program Ojol Day wajibkan ASN di Makassar pakai ojol
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Program Ojol Day yang dicanangkan Pemerintah Kota Makassar menuai pro dan kontra. Di satu sisi, pengemudi ojol menyambut baik kebijakan itu, sementara di sisi lain sopir angkutan umum tidak setuju.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sulawesi Selatan (Sulsel), Zainal Abidin, menyatakan keberatan dengan kebijakan Ojol Day di Kota Makassar. Dia merasa kebijakan itu tidak berpihak kepada sopir angkutan kota.
"Kebijakan itu secara tidak langsung mengatakan bahwa pegawai tidak usah naik petepete (angkutan kota), tidak usah naik bentor. Oleh karena itu, sopir sebenarnya keberatan dengan adanya surat edaran Pak Wali soal Ojol Day," kata Zainal, saat diwawancarai IDN Times, Senin (19/9/2022).
1. Organda minta tidak ada diskriminasi
Menurut Zainal, kebijakan Ojo Day di Makassar jelas sangat diskriminatif bagi pekerja transportasi publik pada umumnya. Mereka merasa dianaktirikan soal penggunaan transportasi publik umum di Kota Makassar.
"Seharusnya yang dilakukan Pak Wali menggunakan angkutan umum. Silakan masyarakat memilih mau naik pete-pete, ojol, ojek, bentor. Tapi jangan ditekan seperti itu. Jangan diskriminasi. Kita ini semua warga Makassar," kata Zainal.
Zainal paham bahwa kebijakan Ojol Day memang hanya untuk pegawai Pemkot Makassar. Namun bisa jadi ada ASN yang telah berlangganan dengan Petepete secara bulanan.
"Bayar tiap bulan saat gajian kan ada yang begitu. Lalu di perjalanan ini disuruh mengganti angkutannya naik ojol, lalu selfie kemudian sampaikan pimpinannya agar tidak dikasih sanksi. Kalau seperti itu kan kasihan," katanya.
Baca Juga: Ojol Day di Makassar, Pengemudi Harap Bisa Menambah Pelanggan
Baca Juga: Danny Klaim Ojol Day Pemantik Warga Makassar Pakai Transportasi Publik