TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Rahmat Erwin Berlatih Cuma Diterangi Lampu Minyak

Ibu Rahmat menyebut anaknya tak dapat perhatian pemerintah

Lifter Indonesia Rahmat Erwin Abdullah melakukan angkatan clean and jerk dalam kelas 73 kg Putra Grup B Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, Rabu (28/7/2021). Rahmat Erwin Abdullah berhasil meraih medali perunggu dengan total angkatan 342 kg. (ANTARA FOTO/NOC Indonesia)

Makassar, IDN Times - Senyum bahagia terus terpancar dari wajah ibunda Ami Asun Budiono, ibunda Rahmat Erwin Abdullah, setelah melihat anaknya berhasil meraih medali perunggu di ajang Olimpiade Tokyo 2020. 

Ditemui di kediamannya di Jalan Cendrawasih, Kota Makassar, Kamis (29/7/2021), Ami mengaku sangat bangga dan bahagia melihat putra tunggalnya itu berhasil meraih medali di ajang olahraga paling bergengsi.

"Karena dia berhasil meraih mimpinya. Karena cita-citanya dari kecil memang mau kalahkan rekornya bapaknya," kata Ami.

Kedua orang tua Rahmat merupakan atlet dari cabang olahraga yang sama. Ayahnya, Erwin Abdullah merupakan peraih medali perak pada Kejuaraan Asia di Busan Korea Selatan 1995. Dia juga meraih medali perunggu saat  tampil dalam Kejuaraan Dunia IWF di Istanbul Turki 1994.

Sementara ibunya, Ami Asun Budiono, adalah peraih medali emas angkat besi di SEA Games Chiangmai 1995 dan Jakarta 1997.

Baca Juga: Rahmat Erwin yang Wujudkan Mimpi Ayah di Olimpiade Tokyo

1. Rahmat sudah berminat ke angkat besi sejak kecil

Beberapa medali Rahmat Erwin Abdullah yang ditunjukkan sang ibu di rumahnya di Jalan Cendrawasih Makassar, Kamis (29/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Ami bercerita, saat kecil Rahmat merupakan anak yang hiperaktif. Itu membuat Ami lebih memproteksi anaknya. Terlebih lagi, Rahmat memang tergolong anak yang jarang bergaul. 

"Karena hati-hatinya saya sebagai orang tua, dari kecil memang saya sudah arahkan dia untuk mengalihkan hiperaktifnya," kata Ami.

Awalnya, Rahmat menyukai olahraga senam. Tapi sang ayah merasa berat karena dia menganggap olahraga senam tidak terukur sehingga tak cocok bagi Rahmat yang hiperaktif. Akhirnya, Rahmat selalu ikut saat ayahnya latihan.

"Dari situ dia sudah mulai senang main-main," kata Ami.

Tapi minat Rahmat pada olahraga angkat besi baru benar-benar terlihat saat dia duduk di bangku kelas 5 SD. Kebetulan saat itu Ami menerima penghargaan hari tua dari negara.

"Waktu itu saya diundang ke Solo, yang saya bawa anak saya. Dari situ anak saya punya motivasi. Katanya enak ya jadi atlet. Bisa makan enak, bisa tinggal di hotel. Pulang dari situ, tidak lama dia langsung mau olahraga, mau angkat besi," kata Ami.

2. Sempat tak didukung orang tua

Ami Asun Budiono, ibu Rahmat Erwin Abdullah, saat ditemui di rumahnya di Jalan Cendrawasih Makassar, Kamis (29/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Sebenarnya orang tua Rahmat awalnya tak mendukung keputusannya menjadi atlet. Sebagaimana orang tua pada umumnya, orang tua Rahmat juga ingin dia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

"Tapi karena hobinya, dia suka, jadi kita ikuti semuanya. Akhirnya memang sampai sekarang," kata Ami.

Karena bertekad bulat menjadi atlet, orang tua Rahmat pun menyekolahkannya ke SMA Nasional. Menurut Ami, sekolah tersebut bisa mendukung cita-cita Rahmat menjadi atlet angkat besi.

"Di situ dapat dukungan juga dari sekolah. Kebetulan juga guru olahraganya bagus. Mendukung sekali. Jadi tidak punya kendala selama sekolah. Alhamdulillah anak saya bisa lulus SEA Games, Asean games. Akhirnya bisa juara Olimpiade," kata Ami.

Ami menuturkan, sejak kecil Rahmat sangat mengidolakan ayahnya. Berkat itu, Rahmat bertekad meraih juara di atas ayahnya yang belum pernah meraih medali Olimpiade.

"Kejuaraan inilah dia wujudkan, dia bisa kalahkan bapaknya karena bapaknya belum pernah juara olimpiade sementara dia bisa pecahkan rekor bapaknya. Tapi masih banyak cita-cita lainnya dia," kata Ami.

Baca Juga: 10 Fakta Rahmat Erwin Abdullah, Lifter Muda Indonesia yang Berprestasi

Berita Terkini Lainnya