Gubernur Sulsel Akui Pilkada 2020 Berdampak pada Jumlah Kasus COVID-19
Nurdin menunggu keputusan pemerintah pusat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Usulan penundaan Pilkada Serentak 2020 terus digaungkan sejumlah pihak. Pasalnya, penyelenggaraan pilkada di tengah pandemik COVID-19 dinilai dapat membahayakan masyarakat.
Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah pun merespons hal tersebut. Menurut Nurdin, saat ini dia menerima banyak masukan dari berbagai kalangan terkait penundaan Pilkada Serentak di Sulsel.
Hanya saja, Nurdin tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya semua keputusan terkait kelanjutan Pilkada Serentak 2020 ada di tangan pemerintah pusat. Tapi apapun keputusan nantinya, Nurdin mengaku akan mengikutinya.
"Itu semua kebijakan ada di pemerintah pusat. Kita tinggal menunggu. Tapi selama belum ada penegasan, kita tetap akan mempersiapkan penyelenggaraan pilkada ini 9 Desember. Bagaimanapun juga, kita ikut keputusan pemerintah pusat," kata Nurdin dalam Rakor Pilkada 2020 di Hotel Claro Makassar, Senin (21/9/2020).
1. Ada tren kenaikan kasus positif COVID-19 setelah tahapan pilkada dimulai
Menurut Nurdin, seluruh pihak harus menyamakan persepsi dalam menyikapi penyelenggaraan tahapan pilkada di tengah pandemik COVID-19. Apalagi ada tren kenaikan kasus positif COVID-19 setelah tahapan pilkada dimulai.
Di Sulsel, kata Nurdin, kurang lebih sebulan belakangan kasus positif COVID-19 terus melandai, di mana angka reproduksi atau Rt di bawah satu. Namun beberapa hari terakhir ini menunjukkan tren yang naik. Menurutnya, ini merupakan peringatan bahwa sedikit banyaknya, tahapan pilkada yang sementara dilaksanakan pasti memberikan dampak.
"Maka hari ini kita semua bersepakat untuk membangun kesamaan pandangan menghadapi pemilihan kepala daerah. Kita berharap tidak ada klaster baru yaitu klaster pilkada," katanya.
Baca Juga: KPU Makassar Tunda Sejumlah Tahapan Pilkada Serentak 2020
Baca Juga: IDI Makassar: Pilkada 2020 Berpotensi Munculkan 10 Juta Kasus COVID-19