TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berstatus Waspada, Warga Diimbau Tak beraktivas di Sungai Jeneberang

Pintu air bendungan Bili-bili dibuka seiring hujan lebat

Ilustrasi. Kondisi Sungai Jeneberang di Kabupaten Gowa. IDN Times / Aan Pranata

Makassar, IDN Times - Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) menetapkan status waspada pada elevasi Sungai Jeneberang yang melintasi Kabupaten Gowa dan Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pada  Rabu (10/3/2021) pukul 9.20 Wita, ketinggian air mencapai 31,99 meter di atas permukaan.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ), Adenan Rasyid mengatakan, peningkatan elevasi disebabkan tingginya curah hujan di hulu Sungai Jenelata sejak Selasa, 9 Maret 2021. Karena situasi itu, masyarakat diimbau tidak beraktivitas di hilir Sungai Jeneberang, khususnya di wilayah sempadan.

"Sudah kita beri peringatan ke masyarakat, termasuk sampaikan ke Forkopimda, agar masyarakat kurangi aktivitas di bantaran sungai. Mengambil ikan, tahan dulu, agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan," kata Adenan saat dihubungi, Rabu.

Baca Juga: Hujan Lebat, Sejumlah Jalan Protokol di Makassar Banjir

1. Pintu air bendungan dibuka

Ilustrasi banjir. ANTARA FOTO/Jojon

Adenan mengatakan, curah hujan yang tinggi juga menyebabkan elevasi air di bendungan Bili-bili terus naik. Hingga pukul 11.40 Wita, BBWSPJ mencatat elevasi mencapai 100,01 mdp. Ketinggian itu di atas level normal, yakni +99,50 mdp.

Meski elevasi terus naik, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ), Adenan Rasyid, menyebut status bendungan saat ini masih normal. "Tapi mendekati waspada," kata Adenan.

BBWSPJ pun membuka pintu air setinggi 200 centimeter untuk mengantisipasi banjir di aliran Sungai Jeneberang. Adenan menyebut pembukaan itu sesuai dengan prosedur operasional standar saat musim hujan. Apalagi Jeneberang sudah berstatus waspada.

"Jeneberang kan elevasi waspada di 31,79, tapi versi siaganya 32,24. Tetapi ini terus kita monitor, kita kendalikan dari hulu dari Bili-bili," kata dia.

2. Aliran air dari Sungai Jenelata sulit dikendalikan

Ilustrasi aliran sungai. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Meski bisa mengontrol aliran air dari Bendungan Bili-bili, bukan berarti potensi banjir di Sungai Jeneberang bisa ditekan sepenuhnya. Sebab di saat yang sama curah hujan tinggi menyebabkan naiknya elevasi di Sungai Jenelata, yang juga menuju Sungai Jeneberang.

"Masalahnya kita hanya bisa mengendalikan dari Bilibili karena ada bendungan kan. Tetapi dari Jenelata kita tidak bisa mengendalikan karena belum ada bangunan," kata Adenan.

"Yang jadi maslah jika berbarengan seperti satu-dua hari ini. Dari hulu Jenelata hujan tinggi kemudian dari hulu Bili-bili juga curah hujan tinggi, ini kita agak repot mengaturnya tapi kita masih berusaha semaksimal mungkin," dia melanjutkan.

Baca Juga: Sedimentasi akibat Galian Tambang Ancam Cekdam Bili-bili di Gowa

Berita Terkini Lainnya