TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kinerja Pelabuhan Meningkat Hingga 200 Persen Pascamerger Pelindo

Standar pelayanan nasional mengurangi waktu port stay

Foto udara aktivitas bongkar muat di dermaga peti kemas Kendari, Sulawesi Tenggara, kelolaan Pelindo Regional IV, Senin (19/9/2022). (ANTARA FOTO/Jojon)

Makassar, IDN Times – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 mencatat peningkatan kinerja pada pelabuhan cabang, pascamerger Perseroan sejak 1 Oktober 2021. Meningkatnya kinerja ditunjang perbaikan standar layanan.

Regional Head 4 Pelindo, Enriany Muis mengatakan, pascamerger, sejumlah cabang di regionalnya secara bertahap menjalin kerja sama dengan subholding yang dibentuk setelah Pelindo terintegrasi. Kerja sama memicu perubahan kinerja, sebab operasi bisnis menjadi lebih fokus.

Enriany mencontohkan, cabang yang sebelumnya menangani beberapa segmen jasa seperti peti kemas, non peti kemas, penumpang, dan lainnya, kini bisa bekerja lebih fokus dan optimal. Di Pelabuhan Utama Makassar yang kini dioperasikan bersama Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), kinerja meningkat hingga di atas 200 persen.

“Misalnya untuk curah kering yang ketika ditangani Cabang Makassar, kinerjanya hanya 2.000 sampai 2.500 ton per hari, namun setelah dikelola oleh subholding, kini meningkat jadi 5.000 hingga 6.000 ton perhari,” kata Enriany lewat keterangan persnya yang dikutip, Selasa (20/9/2022).

Sejak Januari 2022, sebagian dari 26 cabang di Pelindo Regional 4 secara bertahap mulai bergabung dengan subholding. Selain SPMT, subholding yang tersedia, antara lain, Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL), serta anak perusahaan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT).

Subholding yang dibentuk mempertajam core competence dan spesialisasi bisnis Pelindo pascamerger. Masing-masing Subholding menjalankan perannya; SPTP berfokus kepada pelayanan dari sisi peti kemas; SPMT berfokus kepada pelayanan untuk barang non kargo; SPJM berfokus memberikan pelayanan unggul untuk mendukung 3 Subholding lainnya dari sisi jasa kapal, peralatan, serta jasa pelabuhan lainnya; serta  SPSL berfokus untuk mengintegrasikan rantai nilai pelabuhan-hinterland serta mewujudkan aliran perdagangan yang lebih efisien. 

Enriany menerangkan, dalam kerja sama itu, pelabuhan cabang tetap bertindak sebagai pemilik aset. Semua kebijakan seperti penetapan tarif, kerja sama, dan lain sebagainya juga dikeluarkan oleh cabang. Hal itu berlaku juga di cabang Pelabuhan Utama Makassar.

“Jadi subholdingnya tetap melakukan koordinasi dan Cabang Makassar berhak untuk memberikan evaluasi. Jadi sebagai pemilik aset, fungsi cabang adalah untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan subholding yang bekerja di wilayahnya,” Enriany menambahkan.

Baca Juga: Jokowi Ingin Perusahaan Kecil Contoh Merger Pelindo

1. Standar pelayanan meningkat, port stay menyusut

Regional Head 4 Pelindo, Enriany Muis. (Dok. Pelindo)

Peningkatan kinerja pelabuhan juga terlihat pada menyusutnya waktu sandar atau port stay kapal. Enriany mengatkaan, pascamerger, Pelindo Regional 4 fokus pada manajemen perubahan (change management) yang bertujuan pada standar nasional. Pihaknya menekankan penerapan planning dan controlling serta kerja sama dengan subholding.

“Contohnya saat ini di Pelabuhan Ambon, yang tadinya port stay-nya 3 hari, kini berkurang menjadi hanya 1 ½ hari. Kemudian juga di Cabang Makassar, sebelumnya port stay-nya 2 hari, saat ini menjadi hanya 1 hari dan di Cabang Tolitoli dari 3 hari menjadi 2 hari,” katanya.

Untuk menunjang operasional, Pelindo Regional 4 menerapkan optimalisasi aset di semua pelabuhan yang dikelola. Aset-aset yang tidak terpakai atau kurang efektif di suatu cabang bisa dialokasikan ke cabang lain.

“Bukan hanya cabang yang berada di Regional 4 saja, tapi semua cabang lingkup Pelindo. Itulah untungnya kita (Pelindo) bersatu. Harapannya, aset-aset yang idle tersebut bisa lebih optimal pemanfaatannya di seluruh pelabuhan di wilayah Pelindo,” Enriany menerangkan.

2. Digitalisasi memungkinkan pelayanan kapal secara seragam di semua pelabuhan

Ilustrasi pelabuhan. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Salah satu upaya change management pascamerger adalah standarisasi pelayanan. Dan wujudnya lewat digitalisasi, baik sistem maupun sumber daya manusia (SDM).

SDM yang bekerja di masing-masing pelabuhan diikutsertakan pada pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi. Sedangkan pelayanan kapal secara bertahap menggunakan aplikasi Phinisi yang tengah dikembangkan Head Office (HO). Nantinya, aplikasi itu memungkinkan pelayanan kapal secara seragam di seluruh pelabuhan di Indonesia.

“Implementasi digitalisasi lainnya yang sudah dilakukan di Regional 4, misalnya di Cabang Makassar dan 11 cabang lainnya yaitu sistem autogate di pintu masuk pelabuhan. Selain untuk mengurangi kontak langsung juga untuk transparansi dan meminimalisir sebisa mungkin tidak ada lagi pungutan liar atau pungli di pelabuhan,” kata Enriany.

Baca Juga: 8 Tahun Tol Laut Jokowi: Waktu Tunggu dan Ketimpangan Volume Muatan

Berita Terkini Lainnya