Marak Pernikahan Mahal di Sulsel, Gubernur Khawatir Pemuda Takut Nikah

Makassar, IDN Times - Usai lebaran Idul Fitri, biasanya mulai marak undangan pernikahan. Tak terkecuali di Sulawesi Selatan yang dikenal dengan budaya uang panai' atau hantaran bagi mempelai wanita yang biasanya dalam jumlah besar.
Beberapa hari terakhir, di media sosial beredar sejumlah informasi pernikahan di Sulsel yang berlabel 'mahal. Dua di antaranya terjadi di Kabupaten Bantaeng dan Enrekang, dengan masing-masing panai' sebesar Rp300 juta dan Rp500 juta.
Informasi itu beredar di berbagai saluran media sosial dan mendapat beragam respons warganet. Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah pun sampai angkat bicara melalui akunnya di Instagram. Dia mengunggah ulang foto tangkapan layar soal pernikahan 'mahal' di Bantaeng.
"Uang panai' adalah salah satu budaya orang Bugis Makassar, akan tetapi sebaiknya berita-berita seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan. Yang kami takutkan, anak-anak muda semakin takut untuk menikah dan lebih memilih jalur yang tidak benar," katanya lewat akun @nurdin.abdullah, pada Sabtu (15/6) lalu.
1. Warganet setuju, bahkan ada yang minta dibuatkan perda

Lewat unggahannya, Gubernur Nurdin sekaligus menyemangati para pemuda agar tidak takut mengusahakan pernikahan. Pada keterangan foto dia menulis, "Pada dasarnya, yang terpenting dalam pernikahan adalah niat dan usaha. Benar atau Betul?"
Hingga Senin (17/6), foto yang diunggan Nurdin telah disukai 14 ribu lebih akun Instagram. Sejumlah akun populer maupun selegram pun ikut mengunggah ulang. Beragam respons warganet mengisi kolom komentar. Tak sedikit yang mendukung Nurdin agar berita pernikahan mahal tidak dibesar-besarkan.
"Setuju Pak Gub. Itu bisa saja berpengaruh terhadap mental dan mindset para pemuda kita di Indonesia khsususnya di sulsel pak Gub'. Jadi ajang gengsi-gengsian atau pamer-pameran panaik. Yang bahaya dampak sosialnya berimbas terhadap pemuda-pemuda yang "maaf" ekonomi masih di bawah/rendah," tulis akun @rayesibrahim.
Ada pula yang mendukung pemerintah daerah agar membatasi uang panai. Seperti yang diutarakan akun @herawatimasdin:
"Buatkan Perda pak, saya sepakat jika ada aturan seperti itu, karena itu hanya ajang gengsi para orangtua saja."
2. Nurdin malah menikah tanpa uang panai'

Pada sejumlah kesempatan, Nurdin Abdullah selalu menceritakan kisahnya menikah tanpa uang panai' saat masih berstatus mahasiswa. Nurdin, pada usia 23 di tahun 1986, menikahi Liestiaty, seorang anak rektor Universitas Hasanuddin.
Nurdin menceritakan, saat kuliah, dia dan orangtuanya hidup pas-pasan. Dia pun sempat bingung mengapa bisa diterima menjadi menantu rektor. Satu hal yang membuatnya percaya diri adalah integritas. Nurdin mengenang, saat pacaran, dia tidak hanya menjalin hubungan baik dengan kekasih, tapi juga dengan orangtuanya.
Istilahnya, Nurdin juga "pacaran" dengan ibu dan bapak Lies. Karena telah dikenal dengan rekam jejak yang baik, Nurdin pun memberanikan diri melamar hingga akhirnya diterima. “Kadang kita (waktu pacaran) tidak jujur, ketemu sembunyi-sembunyi di ujung jalan. Bagaimana mau gratis uang panai’ kalau begitu,” ucapnya beberapa waktu lalu.
3. Uang panai' nilainya variatif

Dalam masyarakat Bugis-Makassar, uang panai' merupakan hantaran dari mempelai pria kepada mempelai wanita saat melangsungkan pernikahan. Syarat ini merupakan tanda kesungguhan pengantin pria, sekaligus penghormatan kepada wanita.
Uang panai' nilainya tidak menentu. Ada yang berkisar puluhan, ratusan, hingga miliaran rupiah.
Baru-baru ini kabar terheboh dari seorang wanita asal Kabupaten Enrekang. Seperti yang dibagikan akun @makassar_iinfo di Instagram, wanita bernama Irmayasari Barung dilamar dengan uang panai' senilai Rp500 juta. Jumlah itu belum termasuk embel-embel berupa berlian dan rumah.
Di Bantaeng, wanita bernama Iin Ariska Shahir dilamar dengan uang panai' senilai Rp300 juta, ditambah satu hektare tanah, satu setel perhiasan emas, satu ton beras, serta satu ekor kuda.