Makassar Merayakan Film Dua Negeri Tetangga dalam Festival Sinema Australia Indonesia 2025
.jpg)
Makassar, IDN Times - Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) yang menjadi agenda tahunan Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal (Konjen) Australia di Indonesia kembali digelar untuk edisi 2025. Berlangsung dari 16 Mei lalu hingga 14 Juni, total ada 10 kota yang disinggahi termasuk Makassar.
Konjen Australia di Makassar, Todd Dias, menyebut bahwa FSAI bertujuan untuk mempromosikan hubungan diplomatik yang sudah terjalin antara Australia dengan Indonesia lewat cara kreatif. Terkhusus lagi, sebaga showcase kualitas industri perfilman yang terus tumbuh selama beberapa tahun terakhir, baik di level nasional ataupun daerah.
"Ini menjadi kesempatan untuk mempromosikan kerja sama antara kedua negara. Selain itu, ada juga diputar beberapa film pendek karya sineas Indonesia yang sempat belajar di Australia, sebagai cara kami mendorong film lokal," papar Dias kepada awak media saat menghadiri pembukaan FSAI Kota Makassar yang berlangsung di XXI Trans Studio Makassar (TSM), Jumat malam (14/6/2025).
1. Jadi ajang kedua negara untuk saling mempromosikan industri kreatif, khususnya perfilman
.jpg)
Hadir dalam kesempatan tersebut, Associate Professor Deakin University yakni Victoria Duckett yang juga menjadi pemateri sesi masterclass bersama 200 sineas lokal Makassar. Dalam kunjungannya yang kedua kali ke Kota Daeng, Duckett mengaku antusias bisa ambil bagian dalam acara tahunan ini. Ia pun sempat menyinggahi Bandung pada 7-8 Mei lalu, juga sebagai rangkaian FSAI 2025.
"Yang saya sangat tertarik adalah perbedaan audiens (kedua kota, red.) dan seperti apa respons mereka untuk film-film Australia," ungkap pengajar dengan fokus studi film tersebut kepada para pewarta.
"Apa yang saya pikir menarik dari platform ini adalah tidak cuma menjadi cara audiens menikmati produk kreatif, tapi juga seperti apa jangkauan produk tersebut, yang dalam hal ini adalah film pendek dan juga film panjang yang diputar," sambungnya.
2. Masterclass bersama Victoria Duckett menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian FSAI 2025 di Makassar
.jpg)
Masterclass bersama Victoria Duckett yang juga menjadi bagian dari FSAI 2025 di Makassar, disebut oleh Kadis Pariwisata Kota Makassar yakni Muhammad Roem sebagai ajang menyerap ilmu. Terlebih topik yang diangkat adalah penggunaan virtual reality dan artificial intelligence dalam memberi pengalaman menonton imersif.
"Yang paling terpenting bukan hanya pemutaran film. Karena pada hari Sabtu (14 Juni 2026) juga ada kelas untuk para sineas lokal Makassar untuk mendapat ilmu dari tamu spesial. Ini yang sangat kita butuhkan, input dan masukan dari luar sehingga perfilman di sini juga semakin berkembang," ujarnya.
Sineas Makassar yang karyanya juga diputar dalam helatan ini, Khozy Rizal, berharap FSAI bisa memacu semangat sesama pelaku sinema. Terlebih momentum mereka untuk berkarja sedang menanjak.
"Saya berharap teman-teman, entah penikmat film atau bercita-cita jadi sutradara, bisa datang ke FSAI untuk menyaksikan ragam sinema yang baru dan lebih luas yang bisa menginspirasi mereka," ucap sutradara film pendek Basri & Salma in a Never-ending Comedy tersebut
3. Total ada 5 film beragam genre yang diputar dalam rangkaian FSAI 2025 di Makassar
.jpg)
Total ada lima film yang diputar dalam FSAI 2025 Makassar dari Jumat kemarin (14/6/2025) hingga Sabtu ini (14/6/2025). Dari full feature ada Heartbreak Motel (2024), film adaptasi novel karya Ika Natassa, penulis fiksi yang juga seorang alumni Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP). Yang kedua yakni The Dry (2020), film drama-thriller Australia yang dibintangi oleh aktor kawakan Eric Bana.
Lalu dari jajaran short movies yang diputar sebelum film panjang ada Ride to Nowhere (2022) karya Khozy Rizal dan film animasi pendek karya penduduk asli Australia yakni The Lost Tiger (2024). Turut pula Risau (Do Not Ask) buatan Vera Isnaini, sineas asal Kalimantan Barat dan penerima Australia Awards.