Konflik Lahan Tebu di Takalar, Petani dan Polisi Kembali Ricuh

- Lahan HGU PTPN sudah berakhir sejak 2024
- Petani luka akibat tindakan kekerasan
- Kapolres Takalar sebut situasi kondusif
Makassar, IDN Times - Warga yang berprofesi sebagai petani terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di lahan tebu Polongbangkeng, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Minggu (24/8/2025) pagi.
Bahkan, situasi dilaporkan semakin memanas saat ratusan aparat kepolisian dikerahkan menuju lokasi konflik. Lebih banyak daripada hari sebelumnya.
"Mereka beralasan jika kehadiran mereka hanya untuk melakukan pengamanan dan menengahi. Namun kenyataan di lapangan aparat kepolisian malah berdiri menjadi tameng melindungi aktivitas ilegal PTPN di atas lahan yang HGU-nya telah berakhir sejak September 2024," tulis akun @agrasulsel.
1. Lahan HGU PTPN sudah berakhir sejak 2024

Ijul, perwakilan Gerakan Rakyat Anti Monopoli Tanah (GRAMT) yang mendampingi petani Polongbangkeng, mengatakan, kericuhan dipicu pihak PTPN yang memaksakan melakukan aktivitas pemanenan tebu di atas lahan HGU yang telah berakhir sejak tahun 2024.
"Lahan HGU tersebut merupakan lahan yang dulunya milik petani Polongbangkeng yang dirampas sehingga saat HGU berakhir, petani menuntut agar HGU tersebut tidak diperpanjang lagi dan dikembalikan kepada petani," ucap Ijul kepada IDN Times, Minggu (24/8/2025).
2. Petani luka akibat tindakan kekerasan

Namun, jelas Ijul, saat petani mempertahankan lahannya, mereka justru mendapatkan tindakan represif. Akibat kejadian itu, sejumlah warga mengalami luka.
"Ada yang luka ringan, memar di lutut," kata Ijul.
3. Kapolres Takalar sebut situasi kondusif

Sementara itu, Kapolres Takalar, AKBP Supriadi Rahman membenarkan bahwa masih ada aksi protes yang dilakukan petani, pihaknya pun mengerahkan 120 personel untuk melakukan pengamanan.
"Hari ini para petani masih panen tebu dan polres mengamankan giat mereka agar tidak terjadi benturan antara masyarakat petani dan masyarakat yang bukan petani (pihak PTPN)," kata Supriadi kepada IDN Times.
Supriadi mengklaim situasi di lokasi cukup kondusif dan aktivitas panen tebu para petani PTPN berlangsung aman dan tertib.
"Dari kemarin kondusif, ini kami baru bubar tinggalkan lokasi panen. Yang bikin tegang kemarin kan karena ada beberapa yang bawa sajam. Akan ada korban jika kami tidak menghalangi antara petani dan yang bukan petani apa lagi bawa sajam," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga yang berprofesi sebagai petani dikabarkan mengalami tindakan kekerasan dari aparat keamanan karena menolak panen tebu yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV di Polongbangkeng, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (23/8/2025).
Peristiwa penganiayaan bermula saat ratusan aparat kepolisian dari Polres Takalar dan unit Brimob bersenjata lengkap mengawal petugas PTPN XIV memanen tebu. Di saat bersamaan, sejumlah warga petani menolak kegiatan panen tersebut.