TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nyatakan Siap Bantu Indonesia, Trump Malah Panen Kecaman dari Warga AS

Dianggap belum serius menangani masalah dalam negeri

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara mengenai respon pemerintah terhadap pandemi virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 5 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Roberts

Makassar, IDN Times - Pemerintah Indonesia secara resmi meminta bantuan ventilator kepada Amerika Serikat. Ini dikonfirmasi langsung oleh Presiden AS, Donald J. Trump melalui akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump pada Jumat (24/4) silam.

"(Saya) baru saja berbicara dengan teman saya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. (Mereka) meminta ventilator, yang akan kita sediakan. Kerja sama yang bagus di antara kita!" demikian cuitan Trump.

Pihak Istana membenarkan percakapan tersebut. Jokowi dan Trump pun disebut sempat saling bertukar pikiran perihal penanganan COVID-19.

"Presiden Jokowi menyampaikan apresiasinya atas kerja sama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat dalam upaya penanganan COVID-19," ujar Biro Pers Istana melalui keterangan tertulis pada Sabtu (25/4).

Namun, upaya Trump untuk membantu Indonesia ternyata mendapat reaksi beragam dari warga AS sendiri. Ada yang mendukung, ada juga yang langsung mencibir.

1. "Apa ya balasannya?"

Tangkapan Layar Twitter @realDonaldTrump

Pengguna akun @dvillella mempertanyakan alasan Trump harus memenuhi permintaan vemtilator dari pemerintah Indonesia. Ia bahkan bertanya apa yang pemerintah Indonesia akan berikan kepada AS sebagai bentuk imbalan.

"Apa yang mereka (Indonesia) tawarkan sebagai #QuidProCoronavirus?", tulis @dvillella. Tentu saja ia merujuk pada istilah quid pro quo (berarti "ini untuk itu" alias barter) yang sempat mencuat saat Trump menghadapi skandal Ukraina tahun lalu.

Dalam percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky antara Mei hingga Agustus 2019, Trump siap mengucurkan bantuan keuangan ratusan juta dolar AS kepada Ukraina. Dengan catatan, Ukraina harus menyelidiki kekayaan Hunter Biden, putra Joe Biden (saingan Trump di Pilpres AS 2020 mendatang) yang menjabat sebagai dewan direksi perusahaan energi Ukraina yakni Burisma Holdings.

Burisma Holdings sendiri sudah diselidiki oleh pihak Jaksa Agung Ukraina sejak 2012 lantaran pemiliknya, Mykola Zlochevsky, diduga terlibat pencucian uang, penggelapan pajak dan korupsi.

Tangkapan Layar Twitter @realDonaldTrump

Pemilik akun @Flerpster menjawab pertanyaan @dvillella dengan nada guyon. "Mereka (Indonesia) sudah memberi sate ayam dan rendang kepada dunia. Mereka bisa memiliki apa saja, sepengetahuan saya," tulisnya.

Baca Juga: Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak Jujur

2. Dukungan dari sesama politikus Republikan

Tangkapan Layar Twitter @realDonaldTrump

Sementara itu, politikus Partai Republik lain yakni DeAnna Lorraine melalui akun @DeAnna4Congress, memuji langkah Trump untuk memenuhi permintaan ventilator yang dilayangkan pemerintah Indonesia.

"Sekali lagi, Amerika Serikat adalah pahlawan dunia. Senang rasanya berada kembali di posisi kuat. Di bawah (pemerintahan) Obama, tidak ada satu pun yang bisa diandalkan untuk memimpin," tulis Lorraine.

Lorraine adalah salah satu komentator politik sayap kanan di YouTube yang acap kali berbicara perihal isu-isu gender, perempuan dan politik dalam negeri terkini di kanal miliknya.

Tak hanya dari Lorraine, masih banyak cuitan berisi dukungan turut membanjiri cuitan Trump. Mayoritas menyebut bahwa ini adalah bukti nyata Trump bisa membawa AS keluar dari krisis.

"Amerika Serikat akan melewati (masa) ini dan akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Terima kasih Presiden Trump atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik," cuit pemilik akun @real_defender.

3. Dikritik atas lambannya mengatasi persoalan dalam negeri

Tangkapan Layar Twitter @realDonaldTrump

Sementara itu, Uskup Talbert Swan yang berasal dari gereja Church of God in Christ (COGIC) secara terang-terangan mengkritik sikap Trump yang dianggapnya lebih antusias membantu pemerintah negara lain ketimbang membereskan masalah dalam negeri terkait wabah COVID-19.

"Saya tidak peduli jika Anda mengirim ventilator ke Mars, Anda bukan orang yang berbelas kasih. Anda bukan orang yang tidak egoistik," tulis Uskup Swan tanpa tedeng aling-aling.

Ia kemudian menjabarkan angka-angka terkait kondisi masyarakat dalam negeri AS di tengah kondisi pandemi virus corona.

Berdasarkan data real time yang dihimpun Johns Hopkins University pada Senin (27/4) pukul 10.31 WITA, saat ini sudah ada 54.391 warga AS yang meninggal dunia akibat wabah ini, dengan total kasus secara akumulatif mencapai 967.585 jiwa atau yang tertinggi di seluruh dunia. Namun, sudah ada lebih dari 5 juta warga AS telah jalani tes untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi virus corona atau tidak.

Sementara itu, data terbaru milik Kementerian Ketenagakerjaan AS menyebut bahwa jumlah pengangguran meroket menjadi 26,5 juta jiwa hanya dalam waktu dua bulan, atau tertinggi sepanjang sejarah. Persentasenya pun diperkirakan naik menjadi 10 persen pada bulan ini, di saat AS terus menerus membayar klaim tunjangan pengangguran yang diajukan.

4. Menyinggung potensi langkanya APD di AS

Tangkapan Layar Twitter @realDonaldTrump

Permasalahan dalam negeri AS juga disoroti oleh pemilik akun @ChrisJZullo. Ia menyoroti sikap administrasi Trump yang dianggap belum bisa mengatasi potensi langkanya Alat Pelindung Diri (personal protective equipment, PPE) yang dihadapi oleh petugas medis.

"Anda dapat mengirim ventilator ke luar negeri tetapi tidak mampu memberi pasokan APD atau alat pengujian (sampel swab) yang dibutuhkan di negara bagian kami sendiri. Anda bisa memicu gelombang kedua. Persediaan sangat dibutuhkan!" tulisnya.

Dikutip dari Reuters, salah satu aturan administrasi Trump untuk para pelaku bisnis di masa wabah adalah wajib menyediakan APD seperti masker dan sarung tangan untuk para staf, menguji mereka yang memiliki gejala, dan melacak asal infeksi. Namun APD yang sekali pakai membuat pemerintah AS harus secara cepat mengisi ulang stoknya.

Sebelumnya pada 8 April lalu, pemerintah AS menerima 450.000 pakaian pelindung buatan perusahaan kimia DuPont yang didatangkan langsung dari Vietnam lewat jalur laut.

Sementara itu, upaya pemerintah Trump melakukan tes massal seluruh warganya terhalang menipisnya peralatan uji seka untuk mengambil sampel swab serta jumlah petugas untuk melakukan tracing yang tak memadai. Masalah ini pun mulai disuarakan oleh sejumlah negara bagian seperti Texas dan Connecticut di tengah desakan sejumlah pihak agar pembatasan sosial dilonggarkan.

Baca Juga: Dokter-dokter Residen di Makassar Mulai Tumbang Terpapar Corona

Berita Terkini Lainnya