Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak Jujur

Dokter Bernadette berstatus PDP saat meninggal dunia

Makassar, IDN Times - Bernadette Albertine Francisca, T,Sp. THT-KL, dokter pertama yang meninggal dunia di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, akibat terpapar virus corona (COVID-19). Hal tersebut diungkapkan Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Makassar, dr Wahyudi Muchsin.

Dokter Bernadette menyandang status pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 saat meninggal dunia di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, pada Sabtu (4/4) dini hari. Sebelumnya dokter spesialis THT itu dirawat di Rumah Sakit Awal Bros Makassar selama dua hari sebelum pindah perawatan.

"Kalau di Makassar baru satu, tapi banyak teman-teman dokter yang masuk kategori PDP dan positif, iya betul," kata Wahyudi saat memberikan keterangan kepada jurnalis di Makassar, Sabtu.

1. Hasil foto thorax menunjukkan gejala pneumonia

Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak JujurIlustrasi petugas medis menggunakan pakaian hazmat (ANTARA FOTO/cnsphoto via REUTERS)

Wahyudi mengatakan, dokter Bernadette menjalani perawatan intensif tim medis rumah sakit sesuai standar penanganan pasien terkait COVID-19. Sepanjang perawatan, kondisi kesehatan dokter senior itu lambat laun semakin menurun. Hasil foto thorax pun menunjukkan bahwa dokter Bernadette menunjukkan gejala pneumonia.

Selain itu, sang dokter juga sempat menjalani rapid test. Begitupun dengan pemeriksaan swab dan PCR. Namun, hasil tes saat ini, kata Muchsin, belum diketahui. "Hasil foto thorax-nya juga ada sedikit ciri khas dari pneumonia. Tapi kan belum dilakukan pemeriksaan lanjutan, apakah positif atau negatif," ucap Wahyudi.

Usai dinyatakan meninggal dunia, jenazah dokter Bermadette ditangani lebih lanjut oleh tim medis. Subuh tadi, jenazah dokter Bernadette dimakamkan di pemakaman khusus pasien COVID-19 di Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel.

Sementara pihak keluarga sang dokter, saat ini telah diminta untuk melakukan isolasi mandiri. Mengingat, mereka telah masuk dalam orang dalam pemantauan (ODP) dari hasil penelusuran kontak almarhumah. Kondisi pihak keluarga akan diketahui selama 14 hari ke depan setelah masa isolasi mandiri selesai.

2. Dokter Bernadette terpapar akibat transmisi perseorangan dari pasien COVID-19

Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak JujurIlustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Almarhumah Bernadette, merupakan dokter spesialis yang bertugas di RS Awal Bros Makassar. Dia kerap berhadapan langsung dengan pasien COVID-19. Kepada sejawatnya, Bernadette, kata Wahyudi, enggan bercerita dan membagi keluh kesah saat merawat pasien.

Dokter Bernadette berjuang dan bekerja keras agar pasien yang dirawat bisa betul-betul terhindar dari COVID-19. "Pasiennya itu sudah ada gejala COVID-19, cuman dia (pasien) tidak menyampaikan ke dokter bahwa dia ada gejala COVID-19. Yah termasuk riwayat perjalanannya, sehingga kena (dokter Bernadette)," ucap Wahyudi.

Tanda-tanda dokter Bernadette terpapar virus corona muncul sejak 14 hari lalu sebelum ia dirawat. Setelah menjalani perawatan, tim medis menyatakan bahwa kondisi Bernadette semakin menurun. Karena itu pula, IDI Makassar, jelas Wahyudi, prihatin dengan sikap masyarakat yang kerap menutup diri apabila mengalami gejala COVID-19.

"Tuhan berkehendak lain. Jadi kami IDI sangat berduka sekali. Tidak semestinya ini tejadi, jika masyarakat lebih menyayangi dirinya kalau dia cepat menyampaikan. Artinya kalau dia menyampaikan sejujurnya, tentu cepat ditindaklanjuti. Tidak saat fase gawat. Itu yang pertama," ungkap Wahyudi.

Baca Juga: Viral Video Dokter di Makassar Kekurangan APD Tangani Pasien Corona

3. Masyarakat mesti paham bahwa virus corona bukan aib, pemerintah juga didesak membuka data pasien

Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak JujurIlustrasi (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Peristiwa gugurnya dokter Bernadette, menurut Wahyudi, menjadi pelajaran berharga untuk seluruh dokter dan tenaga medis di Makassar. Masyarakat diminta untuk berani membuka diri dan harus sadar bahwa corona bukanlah aib yang mesti disembunyikan.

Dikhawatirkan, apabila masyarakat masih tetap membandel, kejadian serupa tidak menutup kemungkinan kembali terulang. Yang dirugikan bukan hanya diri sendiri, melainkan orang-orang yang ada di lingkungan sekitar mereka. Utamanya adalah tenaga medis.

"Kami harapkan kepada seluruh masyarakat terbukalah kalau ada gejala batuk kering dan demam langsung periksa ke dokter. Kalaupun sempat terkontaminasi dengan orang positif atau PDP atau temannya, sahabat, kerabatnya tolong sampaikan pada saat sakit, terbuka saja. Kalau pernah ke luar negeri sampaikan juga," tegas Wahyudi.

IDI Makassar, lanjut Wahyudi, juga meminta kepada pemerintah untuk lebih serius dalam melakukan langkah penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona. Minimal, pemerintah harus segera menyiapkan alat pelindung diri (APD) bagi tim medis. Pemerintah juga diminta untuk transparan dan tidak menutup-nutupi data pasien.

Keterbukaan pemerintah adalah cara lain yang secara tidak langsung sangat membantu tenaga medis. "Makanya kami dari IDI meminta pemerintah untuk membuka data pasien, karena ini kan dalam UU Kedokteran membolehkan jika dalam pandemi. Jangan sampai, paramedis ini bertumbangan semua," tegas Wahyudi.

Baca Juga: IDI Berduka, Dokter di Makassar Meninggal Terkait Covid-19

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya