TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aktivis Perempuan Lian Gogali Raih Penghargaan Four Freedom Awards

Aktif promosikan perdamaian di Institut Mosintuwu

Lian Gogali, aktivis perempuan asal Sulawesi Tengah (Instagram.com/roosevelt_foundation)

Makassar, IDN Times - Lian Gogali, aktivis perempuan asal Sulawesi Tengah (Sulteng), mendapat penghargaan Four Freedom Awards kategori Freedom of Worship. Pemberi penghargaan tersebut adalah lembaga perdamaian Roosevelt Four Freedoms yang bermarkas di Belanda.

"Lian Gogali menerima penghargaan atas komitmennya yang teguh dan berani untuk dialog antaragama dan kebebasan beragama di daerah yang dilanda konflik di Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia," demikian petikan pernyataan pihak Roosevelt Four Freedoms di situs resminya, Kamis pekan lalu (10/2/2022).

1. Berangkat dari fakta bahwa perempuan terpinggirkan dari cerita kelam konflik Poso

Ilustrasi Konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Lian Gogali melihat dengan mata kepala sendiri betapa konflik komunal di Poso pada akhir 1990-an memberi luka batin bagi para penduduk lokal. Padahal, seluruh umat beragama sudah hidup rukun tanpa gesekan selama beberapa generasi. Sehingga, ikatan kekerabatan antarpenduduk sangat erat.

Selain itu, lulusan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta tersebut menganggap ada yang luput dari sorotan media selama konflik pahit memecah Poso. Nasib perempuan seolah terpinggirkan dari segala pemberitaan. Padahal mereka terjebak di tengah konflik dan menjadi korban paling menderita.

Baca Juga: Kopi Arabika Organik dari Poso Bakal Diekspor ke Jerman

2. Mendirikan Institut Mosintuwu sebagai bentuk pemberdayaan perempuan di Sulteng

Kegiatan "Sekolah Pembaharu Desa" yang dilaksanakan Institut Mosintuwu pada September 2020. (Instagram.com/mosintuwu)

Berangkat dari sekolah studi perdamaian khusus perempuan penyintas konflik Poso yang ia inisiasi, Lian kemudian mendirikan organisasi masyarakat akar rumput bernama Institut Mosintuwu pada tahun 2009. Mosintuwu, dalam kosa kata bahasa suku lokal Pamona, berarti "bekerja bersama-sama."

Lewat Institut Mosintuwu, Lian Gogali mendorong perempuan dari berbagai desa di Sulteng, dengan latar belakang etnis dan agama, untuk berperan aktif dalam perekonomian desa dan masyarakat. Belakangan mereka melebarkan fokus ke isu lingkungan, agraria, dan sosial-budaya.

Baca Juga: Melihat Keindahan Poso lewat Kemah Budaya Tanah Adat 19-21 Maret 2021

Berita Terkini Lainnya