TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Satu Keluarga di Sigi Dibunuh, 150 KK Tinggalkan Desa

FKUB Sulteng imbau masyarakat tidak terpovokasi

Ilustrasi teroris. IDN Times/Mardya Shakti

Makassar, IDN Times – Empat orang dalam satu keluarga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, dibunuh sekelompok orang misterius dalam sebuah penyerangan, Jumat 27 November 2020. Pelaku dilaporkan membakar sejumlah rumah.

Sekretaris Desa Lembatonga, Rifai mengatakan, korban pembunuhan merupakan mertua, anak, dan menantu. Kejadian diperkirakan berlangsung pada Jumat 27 November 2020, sekitar pukul 9.00 WITA. Akibat penyerangan itu, sejumlah orang memilih meninggalkan desa untuk mengungsi ke tempat aman.

“Kalau situasi tentunya masih mencekam, mayat untuk sementara masih di TKP,” kata Rifai kepada Antara, Jumat.

Baca Juga: Satu Keluarga di Sigi Dibunuh, Warga Sekitar Bersembunyi di Hutan

1. Polisi belum kaitkan pelaku dengan kelompok MIT

Garis polisi (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Rifai mengatakan lokasi pembunuhan terletak di desa terpencil dan sangat sepi. Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyautama menyebut aparat polisi masih menuju ke lokasi untuk mengecek kejadian.

Yoga belum bisa menerangkan soal motif pembunuhan maupun pelakunya. Termasuk soal kemungkinan terkait dengan kelompok dalam pencarian orang (DPO) Mujahidin Indonesia Timur Posi.

“Ia kita masih cek, lokasinya itu di atas bukit. Nanti kita informasikan lagi ya,'' katanya.

2. Warga desa mengungsi ke tempat aman

Lokasi Desa Tongoa, Sigi, Sulawesi Tengah. Google Maps

Kepala Desa Lemban Tongoa, Deki Basalulu, saat dihubungi Antara, Sabtu (28/11/2020), mengatakan sekitar 150 kepala keluarga setempat mengungsi ke tempat aman usai kejadian.

''Saat ini aman, semua warga di lokasi sudah diungsikan ke daerah yang ramai penduduk,'' katanya.

Berdasarkan keterangan saksi mata, kata Deki, pelaku yang melakukan penyerangan itu berjumlah enam orang. Tapi belum diketahui identitas mereka.

Ia sudah mengimbau masyarakat Lemban Tongoa, agar tidak mudah terprovokasi ketika menerima informasi di media sosial, sebab kontennya tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Saya tidak suruh warga untuk meng-upload di media sosial. Saya berharap tidak ada yang terprovokasi,'' katanya.

Baca Juga: Polisi Tembak Mati DPO Teroris MIT di Poso

Berita Terkini Lainnya