5 Kebiasaan Buruk yang Menurun dari Orang Tua, Bisakah Diubah?

Kebiasaan dan perilaku ditentukan oleh apa yang kamu lakukan dan bagaimana kamu bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Karena alasan ini, kebiasaan dari orang tua juga dapat dengan mudah diturunkan kepada anaknya semasa kecil.
Selain karena meniru kebiasaan orang tua, sains juga telah membuktikan bahwa beberapa kebiasaan buruk mungkin disebabkan oleh faktor genetik. Meski begitu, bukan berarti kita akan selamanya terikat pada satu kebiasaan. Jika ada kebiasaan negatif yang kamu miliki, kamu punya pilihan untuk mengubahnya.
Seiring dengan pertumbuhan, kamu akan menyadari bahwa tidak semua yang kamu lihat atau pelajari dari orangtua adalah hal yang terpuji. Perlahan, kamu akan mampu membedakan perilaku yang patut ditiru dan perilaku yang harus dijauhi. Meskipun sulit, ini sangat patut untuk diusahakan seiring kita bertumbuh menjadi orang dewasa yang matang.
Berikut adalah kebiasaan buruk yang mungkin menurun dari orangtua, serta cara mengubahnya.
1. Kemampuan mengelola stres

Cara mengelola stres sering kali merupakan perilaku yang dipelajari dari orangtua, dikutip dari Bustle. Misalnya, jika seorang ayah menunjukkan stres menjelang musim liburan, seorang anak akan mulai percaya bahwa waktu liburan adalah saat yang tepat untuk menunjukkan bentuk-bentuk stres tersebut. Pada gilirannya, mereka mungkin bereaksi serupa sang ayah menjelang musim liburan.
Jika kamu mulai menunjukkan bentuk-bentuk stres menjelang liburan, ada baiknya kamu mengevaluasi kembali caramu bereaksi terhadap stres, serta mengapa kamu bereaksi seperti itu. Misalnya, kamu mungkin menganggap liburan adalah momen di mana kamu harus menghambur-hamburkan uang, tuntutan untuk mudik, macet-macetan di jalan, dan sebagainya. Setelah melakukannya, kamu dapat mulai belajar cara menangani momen seperti ini dengan tepat.
2. Makan makanan yang tidak sehat

Tingkat pendapatan yang rendah dan tidak adanya waktu untuk memasak makanan bergizi adalah alasan utama kenapa orangtua cenderung memberikan makanan yang praktis pada anak. Sayangnya, kebiasaan ini membuat anak tidak mendapatkan makanan berkualitas dan bergizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang.
Mirisnya lagi, kebiasaan ini kemungkinan besar akan diserap anak dan bertahan hingga mereka dewasa, dikutp dari Hack Spirit. Anak akan percaya bahwa segala sesuatu yang praktis adalah yang terbaik. Mereka juga akan cenderung memilih makanan yang terasa lezat di lidah daripada yang bernilai gizi baik.
3. Suka menunda-nunda

Kebiasaan menunda-nunda mungkin dipelajari dari orangtua. Menurut penelitian tahun 2014 yang dimuat dalam jurnal Psychological Science, hampir setengah dari kecenderungan penundaan disebabkan oleh faktor genetik.
Amigdala adalah bagian otak yang berperan sebagai pusat pemrosesan. Mereka yang memiliki amigdala yang lebih besar cenderung suka menunda-nunda. Nah, ukuran amigdala yang besar ternyata diturunkan dari orangtua ke anak.
4. Ketidakmampuan mengekspresikan diri

Banyak orangtua kesulitan mengekspresikan diri dan menunjukkan emosi. Sayangnya, hal ini dapat menurun pada anak-anaknya. Jadi, jika selama ini kamu terbiasa menyembunyikan emosi, ini mungkin karena orangtuamu juga melakukan hal yang sama.
Dijelaskan Bustle, ini mungkin merupakan perilaku yang dipelajari, tetapi juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Untuk mengatasinya, cobalah memberi label pada perasaanmu, seperti marah, kecewa, takut, malu, menyesal, sedih, dan sebagainya. Berikan ruang pada perasaanmu untuk berkeliaran di dalam diri, meskipun kamu tidak mengekspresikannya pada orang lain.
5. Khawatir berlebihan

Jika kamu merasa otakmu tidak pernah berhenti berpikir dan khawatir tentang segala hal, kemungkinan besar itu diperoleh dari orangtua. Dilansir Hack Spirit, kecenderungan untuk khawatir berebihan mempunyai akar genetik dan lingkungan, artinya hal ini bisa disebabkan oleh sifat dan bagaimana dirimu dibesarkan. Namun, bukan berarti kamu harus bertahan dengan kebiasaan ini seumur hidup.
Untuk mengendalikan pikiranmu, kamu perlu menyadari apa saja yang bisa kamu kendalikan dan apa yang tidak. Selanjutnya, fokuslah pada apa yang bisa kamu kendalikan.
Kamu juga bisa menuliskan semua hal yang kamu khawatirkan. Saat membacanya, kamu akan sadar bahwa beberapa kekhawatiranmu tidak beralasan dan patut diabaikan. Selain itu, pertimbangkan untuk berbicara dengan psikolog jika rasa khawatir sudah mengganggu kehidupan sehari-harimu.
Jika kamu memiliki beberapa kebiasaan buruk yang kamu pelajari dari orangtua, jangan menyalahkan diri sendiri. Sebab, genetika dan dinamika keluarga adalah kekuatan yang luar biasa.
Namun, ini juga bukanlah alasan untuk menyalahkan orangtua atas segala kebiasaan buruk yang kamu miliki. Saat beranjak dewasa, kita seharusnya sudah mampu membedakan mana perilaku yang patut ditiru dan harus dihindari. Mulailah dengan mengenali kebiasaan burukmu, lalu lakukan upaya untuk melakukan perubahan.


















