Mengenal Filosofi Cara Menerima Tamu dalam Budaya Suku Bugis

Tak lepas dari falsafah "sipakatau" dan "sipakalebbi"

Suku Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel) punya seperangkat aturan tata krama untuk segala jenis aktivitas sehari-hari. Salah satunya saat melayani tamu yang datang bertandang.

Nah, ternyata kebiasaan tertentu dalam menerima orang yang datang berkunjung punya makna mendalam dalam pandangan Bugis tentang interaksi sosial. Terdapat pula makna mendalam yang kerap diingat baik oleh tamu atau pemilik rumah.

Berikut ini IDN Times menyajikan filosofi dari adab menerima tamu menurut suku Bugis, seperti dihimpun dari berbagai sumber.

1. Jadi gambaran gamblang sikap seseorang

Mengenal Filosofi Cara Menerima Tamu dalam Budaya Suku BugisIlustrasi tamu. IDN Times/Rizka Yulita

Ada sebuah istilah yang keraanp diucapkan oleh masyarakat Bugis: "Macca duppa to pole, panguju to lao." Artinya adalah "pintar menerima tamu, membekali orang pergi."

Meski kerap diidentikkan dalam konteks mencari jodoh, sejatinya istilah tersebut juga memberi makna bahwa gambaran gamblang perihal sikap seseorang terlihat kerita ia menjamu tetamu. Ini jadi salah satu pemaknaan falsafah "sipakatau" ("saling menghormati").

2. Menjamu tamu bagaikan raja

Mengenal Filosofi Cara Menerima Tamu dalam Budaya Suku BugisHidangan kue dalam bosara' di upacara pernikahan masyarakat Bugis Makassar. Instagram.com/fikriesul

Istilah "tamu adalah raja" juga tertanam dalam benak masyarakat Bugis. Sang tuan rumah ingin agar tamu merasa nyaman dan sama sekali tak merasa diperlakukan kurang baik.

Salah satu caranya yakni menyajikan hidangan. Tapi, harus sesuai dengan kemampuan sang tuan rumah. Misalnya, seseorang bertandang ke rumah keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Maka mereka bakal menjamu tamu dengan sejumlah makanan sederhana.

Namun, para pemilik rumah juga kerap rela merogoh kocek lebih dalam. Meski begitu, tamu juga harus memahami keadaan kondisi rumah yang ia datangi serta penghuninya.

3. Mempererat jalinan tali silaturahmi

Mengenal Filosofi Cara Menerima Tamu dalam Budaya Suku BugisRumah adat Bugis. Instagram.com/@ping.anchorage

Lewat perlakuan yang membuat tamu merasa dihargai dan nyaman, masyarakat Bugis mencerminkan tingginya rasa dermawan. Ini senada dengan takwil falsafah "sipakalebbi" yang berarti "saling menghargai.

Ini bisa membuat jalinan tali silaturahmi kian erat. Sebab tamu dan tuan rumah terlibat dalam proses interaksi saling memanusiakan dan penuh rasa hormat.

Baca Juga: Mengenal 5 Jenis Gender di Masyarakat Suku Bugis

4. Menanamkan nilai etika sejak dini

Mengenal Filosofi Cara Menerima Tamu dalam Budaya Suku BugisIlustrasi tamu. IDN Times/Rizka Yulita

Dalam masyarakat Bugis juga dikenal tradisi sopan-santun serta etika yang disebut mappatabe'. Dan menghargai tamu juga jadi bentuk terapan dari kebiasaan turun-temurun itu. Terlebih jika tamu adalah orang tua, sehingga tuan rumah harus lebih menjaga tindak-tanduk.

Tradisi mappatabe' juga memberi batasan tingkah laku tuan rumah saat menerima tamu. Antara lain tak menghentakkan kaki saat ada ada yang datang tertandang, menjaga tutur kata, mengucap salam serta permisi ketika meninggalkan tamu untuk beberapa saat.

Tradisi baik selalu diajarkan sejak dini, agar anak-anak bisa membangun karakter dan etika. Dari tradisi pula, generasi penerus bisa memaknai hidup serta interaksi dengan sesama.

Baca Juga: Mengenal Baju Bodo, Busana Adat Tradisional Bugis-Makassar

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya