Resep Rakang Lame-lame, Kuliner Tradisional Khas Bantaeng

Bantaeng merupakan daerah yang terletak di arah selatan Sulawesi Selatan. Bantaeng terkenal dengan julukan "Butta Toa" ini memiliki potensi bahari dan agraris.
Selain dapat mendongkrak perekonomian masyarakat, potensi agraris juga menghadirkan budaya kulinernya. Salah satu diantara kuliner lokal yang hadir dari hasil pertanian masyarakat Bantaeng ialah rakang lame-lame. Nah, berikut uraian resep dan makna sosial budaya dibalik rakang lame-lame khas Bantaeng. Disimak terus, ya!
1. Bahan dan cara membuat rakang khas Bantaeng

Durasi memasak: 30 menit
Bahan-bahan:
- 500 kentang berukuran besar ataupun ukuran sedang
- 50 gram parutan kelapa
Cara membuat:
- Bersihkan kentang dengan air mengalir.
- Kupas bersih kentang dan sisihkan.
- Potong menjadi beberapa bagian kentang pada kentang memiliki ukuran terlalu besar.
- Panaskan air di atas api berukuran sedang lalu masukkan potongan kentang.
- Selagi menunggu kentang masak sempurna, bersihkan dan parut kelapa.
- Setelah matang, sisihkan kentang.
- Terakhir tambahkan parutan kelapa pada kentang, rakang lame-lame pun siap disajikan.
2. Saran penyajian

Rakang lame-lame atau dikenal dengan sebutan rakang, jika disajikan tampak berwarna alami khas kentang dan bertabur parutan kelapa. Makanan ini sekilas tampak seperti lupis, walaupun nyatanya menu ini berbahan kentang utuh.
Menu berselimut parutan kelapa ini, secara tersendiri sudah terasa sangat nikmat. Tetapi, rakang lame-lame akan terasa lebih lezat jika dicocol dengan sambal. Seperti sambal kacang dan sambal terasi.
Rakang lame-lame sangat cocok disajikan pada suhu dingin, utamanya pada musim penghujan. Dengan cita rasa gurih dan pedas dari sambalnya, membuat menu ini pas dijadikan cemilan. Selain itu, karbohidrat yang tinggi pada kentang juga menjadikan rakang lame-lame cocok sebagai pengganti nasi.
3. Makna menu Rakang bagi masyarakat agraris di Bantaeng

Rakang lame-lame memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat agraris di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Dari sudut pandang budaya, kuliner berbahan dasar kentang ini merupakan cara masyarakat agraris Bantaeng mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas rezeki yang diberikan melalui hasil panen kentang. Ini menunjukkan keyakinan bahwa keberhasilan panen bukan hanya hasil usaha manusia, tetapi juga berkat campur tangan Tuhan.
Selain itu, menu ini juga menjadi penggambaran pandangan masyarakat agraris tentang alam. Masyarakat agraris Bantaeng khusunya masyarakat Kecamatan Uluere memandang alam sebagai mitra kehidupan. Melalui menu rakang lame-lame, mereka menghormati alam dan mengakui pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem agar terus menghasilkan panen kentang yang baik.
Hasil panen kentang yang melimpah dimanfaatkan secara optimal melalui budaya kuliner, rakang lame-lame. Pemanfaatan hasil pertanian kentang di Bantaeng patut menjadi tujuan wisata kuliner bagi para pecinta kuliner nusantara. Nah, gimana? Punya rencana berwisata di Bantaeng gak? Jangan lupa mencicipi kuliner tradisional ini, ya!
Referensi
- https://youtu.be/mSSBGCvKkwE?feature=shared
- https://youtu.be/rkmt1256qMI?si=YLkP89o_1nwXKzBS
- https://www.libur.co/kulinery/oleh-oleh-khas-bantaeng
- https://www.gotravelly.com/blog/6-makanan-khas-bantaeng-sulawesi-selatan/amp/
- https://keluyuran.com/makanan-khas-bantaeng/
- https://cookpad.com/id/resep/12921542-rakang-khas-bantaeng