Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Syamsuddin Batolla, Abdikan Seluruh Hidupnya untuk Sepak Bola

Syamsuddin Batolla saat menjadi pelatih kepala PSM Makassar pada ajang Piala Menpora 2021. (Instagram.com/psm_makassar)

Makassar, IDN Times - Kabar duka mengejutkan pencinta sepak bola nasional. Legenda PSM Makassar, Syamsuddin Batolla, meninggal dunia dalam kecelakaan mobil di Tol Pasuruan-Probolinggo pada Kamis lalu (12/12/2024). Saat itu ia akan menghadiri Match Coordination Meeting bersama Asprov PSSI Jatim jelang Liga 4 yang dimulai pada awal tahun 2025.

Setelah dilepas oleh para pemain Persewangi Banyuwangi pada Kamis malam, jenazah pelatih berusia 57 tahun tersebut dikebumikan di Kampung Talawe, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, pada Jumat siang (13/12/2024). Sejumlah mantan anak asuhnya di PSM ikut serta mengantar Syamsuddin ke peristirahatan terakhir.

Ungkapan dukacita berdatangan dari pelaku sepak bola nasional. Mulai dari PSSI, klub-klub Liga 1, hingga mantan pemain. Hening cipta untuk Syamsuddin juga dilakukan pada awal seluruh pertandingan pekan ke-14 BRI Liga 1 2024/25.

Dikenal sebagai libero tangguh, nama Syamsuddin dikenal oleh dua generasi sekaligus: ada yang mengenalnya sebagai pemain, ada yang mengenalnya sebagai pelatih. Bisa dibilang, ia sudah mengabdikan hidup untuk sepak bola. Untuk mengenang capaian selama hidup, berikut IDN Times menyajikan profil lengkap Syamsuddin Batolla seperti dihimpun dari berbagai sumber.

1. Memulai karier junior di Diklat Ragunan, memperkuat Timnas Pelajar Indonesia pada tahun 1984

Syamsuddin Batolla saat menjadi pelatih kepala PSM Makassar pada ajang Piala Menpora 2021. (Instagram.com/psm_makassar)

Lahir di Maros pada 6 Juli 1967, darah sepak bola memang sudah mengalir di keluarganya. Sang ayah, Haji Batolla, menjadi langganan tim-tim tarkam di Maros saat masih muda. Kakaknya, Herman Taka, cukup tersohor di dekade 1970-an lantaran memperkuat beberapa klub lokal Makassar. Lalu turut pula Zain Batolla, adik Syamsuddin, yang ikut andil mempersembahkan gelar Ligina 1999/2000 untuk PSM.

Syamsuddin Batolla sudah menekuni sepak bola sejak masih remaja. Ia memulai karier juniornya dengan status sebagai pemain Diklat PPLP Sulawesi Selatan dari 1982 hingga 1984. Setamat SMP, ia langsung merantau dan berstatus sebagai penggawa Diklat Ragunan di Jakarta.

Saat di Diklat Ragunan, ia terpilih memperkuat Timnas Junior (saat itu masih disebut Tim Pelajar Indonesia) asuhan trio Omo Suratmo - Maryoto - Bukhard Pape untuk ajang Piala Pelajar Asia 1984. Berlangsung di New Delhi, India, Indonesia menjadi jawara usai menekuk Thailand di partai final.

Selain Syamsuddin, terdapat beberapa pemain lain di skuat Tim Pelajar Indonesia 1984 yang kelak menjadi tulang punggung sejumlah klub Galatama dan Perserikatan. Sebut saja I Made Pasek Wijaya, Frans Sinatra Huwae, Noah Meriem dan Yudi Guntara.

2. Syamsuddin (jongkok, paling kiri) akhirnya mengecap sukses saat memperkuat PSM Makassar

Syamsuddin Batolla (jongkok, paling kiri) saat masih bermain untuk PSM Makassar di ajang Divisi Utama Liga Indonesia musim 1995/96. (Dok Istimewa)

Lulus dari Diklat Ragunan, Syamsuddin memulai karier profesionalnya bersama klub ibu kota Pelita Jaya. Setelah dari The Young Guns, ia kemudian digaet oleh Pupuk Kaltim di tahun 1990 dan memperkuat klub tersebut hingga 1994. Bersama tim yang berbasis di Bontang tersebut, Syamsuddin sempat mengalami cedera lutut parah sehingga membuatnya absen selama satu tahun.

Malang melintang di Galatama, Syamsuddin menerima tawaran tim raksasa PSM Ujung Pandang di tahun 1994. Benar saja, keputusan untuk berseragam merah marun mendatangkan banyak capaian. Ia mengantar Juku Eja menjadi runner-up Divisi Utama Liga Indonesia (Ligina) 1995/96.

Namun, ia butuh waktu empat tahun untuk mengecap sukses sebagai jawara kompetisi domestik, sekaligus satu-satunya trofi liga dalam kariernya sebagai pemain. Ini terjadi pada musim 1999/2000. PSM menjadi juara setelah mengandaskan PKT Bontang, mantan klub Batolla, di partai puncak yang berlangsung di Jakarta dengan skor 3-2.

Selain merajai pentas nasional, Batolla bersama PSM turut merasakan sengitnya kejuaraan internasional. Ia ikut tampil di babak penyisihan Asian Club Championship 1996/97, perempat final Asian Cup' Winners Cup 1997/98, perempat final Asian Club Championship 2000/01, dan jawara Ho Chi Minh City Cup 2001. Tak lupa capaian trofi di ajang minor seperti Habibie Cup (1995, 1996 dan 1997) serta Jusuf Cup edisi 1999.

3. Menjadi pelatih selepas gantung sepatu, terakhir menjabat sebagai juru taktik Persewangi dan Direktur Akademi PSM

Syamsuddin Batolla saat menjadi pelatih kepala/caretaker PSM Makassar pada ajang Piala Menpora 2021. (Dok. PT Liga Indonesia Baru)

Dilepas PSM pada tahun 2001, Syamsuddin pulang kampung dengan memperkuat Persim Maros. Lagi-lagi, ia ikut andil dalam kebangkitan Kupu-Kupu Raja. Persim menjadi jawara Grup D Divisi Satu 2002/03, tapi finis sebagai di peringkat 7 pada Babak 8 Besar yang berformat kompetisi penuh.

Setelah itu, Syamsuddin memutuskan gantung sepatu. Sempat terjun ke dunia bisnis, rupanya ia tak bisa jauh-jauh dari sepak bola. Ia memutuskan menjadi juru taktik, dan mengawalinya sebagai asisten pelatih Persim Maros dari tahun 2005 hingga 2006. Setelah itu, fokusnya dialihkan ke level grassroot dengan menangani SSB Merpati Putih (2007-2011), Porda Kabupaten Maros (2011-2014) dan Diklat PPLP Sulsel (2014-2017).

Masuk tahun 2017, Robert Rene Alberts merekrutnya sebagai salah satu asisten pelatih PSM. Capaiannya sebagai tim peracik taktik Juku Eja yakni runner-up Liga 1 2018 dan juara Piala Indonesia 2018/19. Saat menjabat sebagai caretaker untuk PiaIa Menpora 2021, bahkan bisa mengantar tim tersebut ke semifinal bermodal skuat 100 persen pemain lokal. Syamsuddin masuk dalam tim kepelatihan PSM hingga akhir musim 2021/22.

Pada Juli 2023, pemilik lisensi Pro AFC ini didapuk sebagai Direktur Akademi PSM. Ini membuatnya selalu berinteraksi dengan Bernardo Tavares yang menaruh perhatian khusus pada pemain muda. Pada Januari 2024, Persipal Palu menunjukkan sebagai juru taktik untuk mengarungi Babak 12 Besar Liga 2 2023/24.

Sejak September 2024 lalu, Syamsuddin merantau ke Jawa Timur lantaran menjabat pelatih kepala klub Liga 4 yakni Persewangi Banyuwangi. Juru taktik Laskar Blambangan (julukan Persewangi) dan Direktur Akademi PSM adalah dua jabatan yang diembannya hingga akhir hayat.

IDN Times turut menyampaikan rasa dukacita mendalam atas berpulangnya Syamsuddin Batolla. Segala prestasi dan capaian beliau di pentas sepak bola nasional akan selalu dikenang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ach. Hidayat Alsair
Aan Pranata
Ach. Hidayat Alsair
EditorAch. Hidayat Alsair
Follow Us