Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasca Juara di Tahun 1999/2000, PSM Kerap Terganjal di Tangga Terakhir

Liga-Indonesia.id

Makassar, IDN Times - Target PSM mendulang poin di kandang Bhayangkara FC gagal terlaksana. Skor kacamata akhiri duel di Stadion PTIK Jakarta Selatan pada Senin (5/12) malam, gagalkan ambisi Wiljan Pluim cs merebut kembali pucuk klasemen dari tangan Persija.

Terpaut sebiji poin dan selisih gol yang jomplang, armada milik Robert Rene Alberts masih menyisakan satu pertandingan dengan menjamu PSMS Medan. Peluang juara memang belum tertutup sepenuhnya, meski bisa dibilang mustahil. Apalagi Persija si pesaing terdekat hanya ditantang tim papan bawah Mitra Kukar.

Sontak pikiran pun tertuju pada serangkaian episode pahit yang dialami Juku Eja sejak menyabet status jawara Ligina edisi 1999/2000. Berikut ini kami ajak pembaca mengingat kembali apa saja yang terjadi pada musim-musim di mana mimpi PSM harus kandas di penghujung jalan.

1. Ligina 2001: Terjegal Macan di GBK

FourFourTwo

Berstatus sebagai juara bertahan, PSM kembali tancapkan dominasi. Dengan susunan pemain yang tak berubah banyak, pasukan Syamsuddin Umar ini hanya alami 3 kekalahan dari 25 laga sepanjang babak penyisihan Wilayah Timur.

Namun, tanda-tanda jika Persija datang memberi kesulitan terlihat pada Grup B fase 8 Besar. Berlangsung di Mattoanging, PSM ditaklukkan tim ibukota melalui gol tunggal Budi Sudarsono pada menit ke-87.

Dengan 2 kali menang dan satu kekalahan, Bima Sakti cs harus puas melangkah ke semifinal sebagai peringkat dua. Usai menaklukkan PSMS melalui drama adu penalti, mereka menerima kenyataan harus kembali bertemu Macan Kemayoran.

Saat laga puncak di SUGBK, si anak ajaib Bambang Pamungkas hadirkan mimpi buruk. Sepasang angka Bepe (42' dan 47') lengkapi gol cepat Imran Nahumarury. Kendati sudah mengejar lewat penalti Miro Baldo Bento dan lesatan Kurniawan Dwi Yulianto, gol penyama kedudukan tak kunjung datang. Skor 3-2 bertahan hingga peluit panjang.

2. Ligina 2003: Memang milik Persik Kediri

Twitter.com/MaczmanUMI

Hanya mencapai semifinal di Ligina 2002, PSM kembali menjadi pesaing potensial dalam perburuan gelar juara. Namun pada edisi 2003, format satu wilayah digunakan alih-alih pembagian berdasarkan letak geografis.

Ditinggal Miro Baldo Bento dan Ariel Gutierrez, manajemen menemukan pengganti sepadan yakni duet Cristian Gonzalez - Oscar Aravena. Duo Latin ini bahu membahu menyumbang mayoritas gol Badai Dari Timur sejak pekan pertama kompetisi.

Namun siapa sangka, pesaing kuat mereka adalah Persik Kediri yang berstatus sebagai tim promosi. Dua kali mereka kalah di tangan Macan Putih, 2-3 di Mattoanging dan lagi-lagi 3-2 di Brawijaya. Tim asuhan Jaya Hartono itu sukses keluar sebagai jawara di akhir musim dengan torehan nilai 67.

PSM sendiri harus puas menempati posisi kedua dengan selisih lima poin. Beruntung penyerang andalan mereka kuasai daftar pemain tersubur. Oscar menyabet gelar top skorer berkat 31 gol, sementara Gonzales duduki peringkat tiga dengan koleksi 27 angka.

3. Ligina 2004: Sengit hingga pekan pamungkas

Striker.id

Kerap disebut sebagai salah satu gelaran paling sengit dalam sejarah kompetisi sepak bola nasional. PSM harus bersaing dengan Persija dan Persebaya yang baru saja kembali dari Divisi Satu (sebutan Liga 2 saat itu).

Bajul Ijo cukup istimewa musim itu. Mereka memiliki Kurniawan Dwi Yulianto (eks penggawa PSM), bomber Christian Carrasco yang direkrut dari Persim Maros, serta gelandang Danilo Fernando.

Perjalanan Pasukan Ramang sendiri sedikit tertatih. Oscar Aravena kembali ke Persela Lamongan. Cristian Gonzales terkena sanksi skorsing hingga akhir musim lantaran memukul salah satu ofisial Persita Tangerang. Beruntung masih ada sosok penyelamat dalam diri Ronald Fagundez dan Marc Otagu Orlando.

Ketiga kesebelasan tersebut silih berganti duduki singgasana. Sayang, PSM dipastikan tak mampu merebut trofi lantaran hanya menang 2-0 atas PSPS Pekanbaru di Mattoanging pada pekan ke-35. Selisih gol cukup jauh dari Persebaya dan Persija membuat peluang Ponaryo Astaman dan kawan-kawan menipis.

Benar saja, partai penentuan di pekan pamungkas Persebaya dan Persija di Stadion Gelora 10 November Tambaksari Surabaya, berhasil dimenangkan tuan rumah dengan skor tipis 2-1. Green Force pun ditahbiskan sebagai juara Ligina edisi ke-7.

4. Liga 1 2017: Sakitnya kalah di rumah sendiri

Instagram.com/psm_makassar

Inilah yang masih segar dalam ingatan. Di paruh kedua kompetisi musim kemarin, kandidat juara mengerucut pada tiga nama yakni PSM, Bali United dan Bhayangkara FC "si anak bawang".

Pekan ke-33, Hamka Hamzah cs wajib menang atas Serdadu Tridatu di Mattoanging untuk menyegel gelar juara setelah BFC hanya bermain imbang 1-1 di kandang Mitra Kukar. Sayang, cerita klasik nan pahit terulang lagi. Pasukan meneer Robert terpeleset justru jelang musim tutup buku.

Sang tuan rumah dipaksa bertekuk lutut 0-1 setelah gol menit akhir Sylvano Comvalius ke gawang Rivky Mokodompit buyarkan mimpi suporter. Arena berkapasitas 12 ribu orang itu mendadak menjadi lautan tangis.

Namun drama justru datang dari kubu pesaing. Saat Bali United siap menggelar pesta, The Guardian diberi tiga poin dari Komdis setelah Mitra Kukar dianggap turunkan pemain yang masih dalam masa skorsing ketika saling jajal. Sebuah akhir mengejutkan sekaligus mengundang tanya dari khalayak ramai.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Developer
Ach. Hidayat Alsair
3+
Developer
EditorDeveloper
Follow Us