TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenang Ali Baba, Bek Tangguh PSM Penyandang Gelar Doktor Ekonomi

Dialah kapten PSM di final Ligina musim 1996/97

Instagram.com/jacksen_tiago

Makassar, IDN Times - Hari Selasa (9/7), segenap publik sepak bola Makassar dikejutkan dengan kabar berpulangnya legenda PSM yakni Ali Baba. Bek tangguh penggawa Juku Eja era Ligina tersebut berpulang lantaran penyakit tumor hati dan kelenjar getah bening yang dideritanya setahun terakhir.

Ucapan belasungkawa pun datang dari sesama rekan pemain, pelatih hingga suporter. Jacksen F. Tiago --penyerang PSM di musim 1995/96-- melalui unggahan akun Instagram pribadinya menyebut Ali sebagai sosok yang berhati lembut, pendiam dan pintar meski terkenal di lapangan sebagai bek tangguh tanpa kompromi.

Berikut ini IDN Times menyajikan perjalanan hidup sosok kelahiran Sidrap 17 November 1968 tersebut sejak berseragam merah marun hingga terjun ke dunia pendidikan.

Baca Juga: Punya Kantong Bekas Semen? Jangan Dibuang, Bisa Jadi Tiket Nonton PSM

1. Bek tangguh PSM Makassar dekade 1990-an

Instagram.com/memori_psm

Ali Baba sulit dipisahkan dari perjalanan klub kebanggaan Kota Daeng. Lolos seleksi pada 1984, ia mengiringi kisah Juku Eja selama lebih dari lima belas tahun. Dia bertandem dengan Bahar Muharram, Josef Wijaya, Charles Lionga, Ronny Ririn, hingga Syamsuddin Batola. Sempat bertualang di Galatama bersama Putra Samarinda (1992-1994), Ali kembali ke Makassar jelang Ligina edisi pertama (1994/95).

Final liga teratas dirasakan pada 1996/97. PSM, penguasa Wilayah Timur, bersua dengan sang penguasa dari wilayah seberang yakni Mastrans Bandung Raya yang waktu itu diperkuat duo haus gol Peri Sandria - Dejan Gluscevic. Ali Baba didapuk sebagai kapten tim oleh pelatih M. Basri. Namun, MBR-lah yang keluar sebagai juara. Dua gol bersarang ke gawang Ansar Abdullah tanpa sanggup dibalas.

Saat PSM menjadi kampiun edisi 1999/2000, Ali Baba hanya menyaksikan rekan setimnya berlaga dari bangku cadangan. Hal serupa terulang pada final 2000/01, ketika PSM ditekuk dengan skor tipis 3-2 oleh Persija di babak puncak. Namun dia menjadi bagian sentral dari perjuangan musim 2003 di mana Ayam Jantan dari Timur finis sebagai runner-up.

Untuk ajang internasional dan Asia, Ali Baba mencicipi kerasnya Bangabandhu Cup Bangladesh 1996-97 (PSM keluar sebagai juara dua) serta perempat final kejuaraan antar klub Asia (Asian Club Championship) 2000/01.

2. Dari pemain menjadi asisten pelatih Juku Eja

Instagram.com/memori_psm

Setelah gantung sepatu pada 2003, Ali Baba masih menjadi bagian dari PSM Makassar. Namun tak lagi mengawal para penyerang tim lawan di lapangan hijau dengan tekelan dan hadangan.

Sosok asal Sidrap ini berubah tugasnya menjadi salah satu peracik taktik dan mengawasi permainan dari pinggir lapangan. Ali Baba banting setir menjadi asisten pelatih pada gelaran Ligina 2007 sebagai pembantu pelatih kepala Carlos de Mello --eks penggawa PSM dari 1999 hingga 2005--, yang kemudian diganti oleh juru taktik asal Bulgaria yakni Radoy Minkovski.

Ia lanjut mendampingi Raja Isa pada edisi perdana Liga Super Indonesia di musim 2008/09, sebelum pelatih berpaspor Malaysia dipecat oleh manajemen.

Baca Juga: Undian Final Piala Indonesia: PSM Melawat ke Jakarta Lebih Dulu

Berita Terkini Lainnya